"Baik paman, aku pasti mencarinya. Percayakan Jung padaku. Aku akan bekerja sekarang, paman jangan khawatir, sampai jumpa"Elios mengakhiri telepon itu dengan menghela nafas.
Brakk!
Kaki meja ditendang, menjadi pelampiasannya.
Baru saja ayah Jarrel Jeon menelponnya, dengan nada yang terlampau panik meminta Elios untuk segera menemukan putra manisnya.
"Kim Vicle sialan. Aku akan mencongkel matamu saat aku menemukanmu"
Berita di televisi ruangannya memperlihatkan kantung-kantung mayat yang berisikan para polisi yang ditenggelamkan oleh Vicle dua hari lalu. Beberapa mayat polisi yang bertugas saat itu ditemukan dan ada pula yang tidak, ada badan mayatnya masih lengkap, ada juga yang tidak lengkap karena mungkin dimakan hewan di laut.
Tubuh Elios gemetaran ketika memikirkan hal terburuk, yaitu Jeon telah mati. Tapi dia tidak boleh menyerah begitu saja, dia harus mencari tahu kebenarannya. Di salah satu kantung mayat itu tidak ada Jeon. Jadi Elios masih bisa berharap.
Elios atau Red tiger menelpon seseorang.
"Pasukan khusus, team Apple. Berkumpul sekarang di tempat biasa" tentu titah sang ketua team pasukan khusus menjadi tak terbantahkan ketika beberapa saat kemudian pintunya diketuk dan menampilkan anggota pasukan khusus lainnya.
"Kita akan menangkap Kim Vicle, hidup atau mati. Kita harus bisa menemukannya"
....................
"Kau tidak mau ikut denganku? Meetingnya hanya sebentar"
"Tidak! Aku tidak mau! "
"Oke, kalau begitu kau tunggu di ruangan ini, tapi aku akan memberimu satu penjaga" Kim lantas mengambil handphonenya, menelpon seseorang.
Tiba-tiba datanglah seorang berperawakan besar dengan senyum dimple menawan memasuki ruang tunggu itu.
"Jonathan hyung, jaga kekasihku. Aku mau meeting sebentar, dia tidak mau ikut denganku"
"HEI AKU BUKAN KEKASIHMU! " Teriak Jeon namun tidak dipedulikan oleh dua orang itu.
Jeon melihat orang tinggi besar itu, dia sama menakutkan seperti Kim Vicle namun bedanya si Jonathan ini lebih murah senyum.
"Halo adik ipar"
Jeon terlihat bingung ketika Jonathan menyapanya dengan panggilan itu.
"Perkenalkan dia kakakku Jung, Kim Jonathan. Aku meeting dulu" Kim berusaha menjawab kebingungan Jeon, namun setelah itu dia menghilang memasuki ruang meeting yang berada di sebelah ruang tunggu.
Jonathan mengulurkan tangannya, sedangkan pemuda manis itu tidak kunjung membalas jabatan tangan Jonathan, malah melihat Jonathan dari ujung atas sampai bawah.
Nampaknya Jonathan terlihat tidak seberbahaya Kim Vicle, maka Jeon dengan ragu mengulurkan tangannya, membalas jabatan tangan Jonathan.
Cup!
"Kau cantik sekali. Pantas saja adikku tergila-gila padamu"
Dan hal tidak terduga menghampirinya, Jonathan menangkap tangan pucatnya dan mengecup punggung tangannya.
Jeon memucat, dia tidak merasa aman. Pemuda manis itu menarik tangannya dengan cepat.
Tok!
Tok!
"KIM! BUKA PINTUNYA! "
Tok!
Tok!
"Ada ap-"
Jeon langsung bersembunyi di balik punggung kokoh Vicle. Pemuda manis itu juga membenci Kim Vicle, namun entah kenapa berlindung dibelakang punggungnya membuat perasaan aman baginya.
"Kau apakan milikku hyung? " Kim menggeram ketika melihat Jeon nampak pucat di balik punggungnya.
"Aku hanya mencium punggung tangannya sebagai sapaan"
"Jika kau bukan kakakku, sudah kupastikan akan kupotong bibirmu! Jangan macam-macam padanya! Aku tidak suka! Ingat! Kau sudah memiliki kekasih! "
Blam!
Dan itu lah, malam ini sekitar jam 9 waktu setempat, Jeon telah duduk di samping Kim Vicle yang sedang berceloteh kepada 10 anak buah yang duduk di depannya.
Mereka sedang berada di ruangan dengan meja bundar.
Dan Jeon harus ikut mendengarkan percakapan yang berisi seputar perdagangan hal-hal ilegal.
Terlebih lagi para anak buah Kim menatapnya dengan bermacam-macam pandangan. Ada yang menatapnya sinis, ada yang berbinar, ada pula yang menatapnya jijik. Terutama perempuan dengan rambut merah panjang, Jeon bisa melihat aura gelap mengitari perempuan itu.
"Baiklah, kita akan memutar rute perdagangan ini ke Kazakhtan saja, sepertinya menembus Rusia cukup rumit, penjagaannya terlalu ketat di seluruh titik masuk negaranya"
"Baik tuan" ujar semua anak buahnya serentak.
..................
Jeon menopang dagunya, menatap malas ke arah luar jendela mobil yang berisikan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang berkilau akibat terkenal sinar mentari pagi.
Tadi Jeon telah diberitahu oleh Kim, mereka akan bertolak ke Tianjin. Markas Kim Vicle selanjutnya.
Hell, pemuda manis itu ingin segera kabur, otaknya sibuk memikirkan hal itu. Namun dia juga takut kalau orang tuanya dibunuh akibat dia melarikan diri. Apa gunanya dong dia melarikan diri kalau 'rumah' yang mau dia tuju malah terbunuh.
"Haah.... " Jeon menghela nafas bosan. Pemuda manis itu lantas menoleh ke arah Kim yang duduk di sampingnya, mereka berada di jok belakang dengan Kim yang sekarang telah tertidur lelap.
"Jor, berapa lama lagi kita baru sampai di Tianjin? " Jeon bertanya, membuat Jor menoleh ke arahnya sekilas, mungkin dia terkejut ketika namanya diucap pertama kali oleh Jeon.
"Normalnya kita membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam dari Jinan ke Tianjin dengan mengendarai mobil. Kita telah berkendara selama 2 jam, semoga tidak ada macet sehingga dua atau satu setengah jam lagi kita sampai tuan... " Jor menjelaskan dengan detail membuat Jeon paham dan mengangguk.
"Ngghh..."
Jeon menoleh ke arah Kim yang menggeliat dalam tidurnya, keringat sebiji jagung mengalir di pelipisnya.
"J-jonah... ibu... mhh"
Nama 'Jonah' kembali keluar dari bibir Kim Vicle. Rasa penasaran menggerayangi akal Jeon.
"Jor, siapa itu Jonah? Aku mendengarnya beberapa kali dari percakapan Kim"
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD FLOWER
AcciónTentang Jeon Jarrel dan buronan nomor wahid di Korea Selatan. "Sweety rekanmu sedang ditenggelamkan satu-persatu oleh anak buahku. Sepertinya menonton itu dengan bibirmu sebagai cemilan akan terasa luar biasa"