Fight.

2.6K 190 12
                                    


Gang itu tak terlalu sempit dan tak terlalu besar. Namun orang-orang berwajah oriental berlalu lalang ramai disana.

Suara kecipak becek dari air sisa hujan di dalam gang itu membuat Jeon tidak nyaman. Kumuh.

Namun apa daya,  tangan pucatnya terus digenggam oleh pria buronan di depannya.

Kembali Jeon memperhatikan di gang itu ada beberapa kedai makanan dan juga tempat judi.

Siang-siang begini,  tempat judi itu paling ramai dikerubungi orang-orang oriental yang sedang bersorak-sorak ramai, melingkar penuh, entah apa yang di dalam lingkaran itu Jeon tidak tau.

"Kenapa kita kesini? " Jeon melontarkan tanya pada Kim yang tetap fokus berjalan ke depan tanpa melonggarkan sedikitpun pergelangan tangannya.

"Aku lapar"

"Ada tempat yang lebih bagus. Kenapa harus kesini Kim? "

Tep.

Kecipak becek di bawah sepatu Kim Vicle terhenti,  menyebabkan Jeon pun ikut berhenti.

Pria tampan itu menoleh,  sedikit menundukan wajahnya agar sejajar dengan pujaan hati.

"Aku buronan. Aku tidak bisa leluasa menunjukan diriku di tempat umum yang 'biasa'" ujar Kim tepat di depan bibir Jeon,  membuat pemuda manis itu seketika menahan nafasnya karena jarak terlampau dekat,  sedikit saja bergerak,  maka bibir mereka akan bertabrakan.

Kim menjauhkan wajahnya,  kembali menarik tangan pucat Jeon.

Jeon merasa menjadi seperti boneka yang ditarik kemanapun pemiliknya pergi.

Jeon kembali melihat gang kumuh dengan tempat judi yang merajarela.

Jeon sudah paham, dia memang tidak berada di 'tempat umum biasa'.  Lihat saja,  orang-orang mabuk, berjalan sempoyongan sambil mengumpati satu sama lain,  wanita-wanita yang hampir telanjang itu berusaha menggoda setiap lelaki yang dilihatnya.

Jeon meneguk ludahnya kasar. Jujur,  Jeon belum pernah melihat pemandangan separah ini. Mereka semua di gang itu melakukan hal buruk secara terang-terangan, seolah itu hal lumrah. Ya,  memang lumrah di tempat yang tepat.

Beberapa saat kemudian,  Kim Vicle dan dirinya sampai di sebuah kedai yang ornamennya lebih banyak terbuat dari kayu. Terlihat kalau tempat ini lebih elit dari kedai-kedai lainnya.

"Ho! Vicle! Oyeeeeee! "

"Chen! "

Kim otomatis melepas genggamannya pada tangan Jeon,  memilih untuk berlari, menyatukan peluk bersama dengan seorang lelaki oriental yang bertato dari ujung rambut sampai kaki. Bahkan wajahnya juga dihiasi tato. Rambutnya pirang,  juga dengan tindik yang menghiasi hidung, bibir dan telinganya.

Pria yang dipanggil 'Chen' itu memeluk Kim Vicle sangat erat, terlihat kalau alisnya bertaut. Sepertinya dia terharu? Mungkin mereka sangat lama tidak bertemu?, Jeon mengedikan bahunya,  memilih untuk berjalan mengitari cafe yang terlihat minimalis. Jeon salah fokus dengan dekorasinya. Ada kepala rusa,  beruang,  panda,  dan juga tengkorak manusia. Semua itu diletakan di sebuah toples besar,  dideretkan di sebuah meja kayu tua yang berdebu. Agaknya tidak layak disebut sebagai tempat makan yang baik.

"Heol! Siapa si cantik itu! "suara Chen membuat Jeon berhenti mengamati benda-benda aneh di atas meja tua, 

"Dia kekasihku" suara Kim membuat Jeon seketika menoleh horor,

"AKU BUKAN KEKASIHNYA! " teriak Jeon pada Chen dan langsung dihadiahi tawa terbahak dari pria penuh tato ini.

"Oh dude!  Ku tebak kau pasti menculiknya kan! Mana mau pria cantik itu dengan lelaki bar-bar sepertimu! " Chen memukul dada Kim main-main,  masih dengan suara tawa yang mengikuti kalimat. Kim hanya mengangguk,  membenarkan perkataan sahabatnya.

WILD FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang