Red.

2.7K 229 43
                                    

Udara dingin menerpa kulit pucat milik Kim, angin lembut berhembus membuat rambut hitam Kim berterbangan diterpa angin malam,  matanya menatap kosong ke arah depan, hanya terdapat hamparan bangunan beserta cahaya-cahaya dari setiap lampu yang menerangi bangunan.

Bilah bibirnya mengapit sebatang rokok, ujung rokok menjatuhkan abu beserta bara apinya,  terbang terbawa angin bersama dengan perasaan kalut milik sang buronan.

Sudah dua jam dia duduk di atap bangunan markas miliknya,  hamparan pemandangan kota yang kerlap kerlip itu biasanya mampu membuat dirinya merasa lebih baik,  tapi nyatanya sepotong sweater hitam dengan aroma strawberry pada genggamannya adalah obat yang sesungguhnya.  Ya,  satu-satunya peninggalan Jeon yang Kim curi,  dia tidak yakin kalau dia akan mendapat barang Jeon beserta aroma sang pemilik kalau Kim tidak mencuri.  Tebak,  pasti dirinya akan seribu kali frustasi ketika sama sekali tidak ada barang yang setidaknya bisa dia sentuh untuk mengurangi rasa rindu pada sang pujaan hati yang telah dia lepaskan. Miris memang,  tapi apa daya,  menjadi terlalu egois tidaklah baik.

Kim mengapit rokoknya diantara jari telunjuk dan tengahnya,  mencabut gulungan tembakau itu dari bibirnya, berlanjut pada kabut nikotin yang keluar dari bibir tebalnya.

Mata elangnya melihat ke arah bawah,  ada banyak puntung rokok yang bergelempangan diantara sepatu pantofel hitam mengkilapnya. Tentu mendefinisikan bagaimana frustasinya seorang Kim Vicle, walau terlihat tenang,  sebenarnya di dalam dirinya masih ada gemuruh badai kesedihan yang membuat hatinya hancur porak-poranda. Terasa sakit dan perih, Kim terasa dibunuh pelan-pelan ketika setiap tarikan nafas terasa menyayat kala pikirannya mengandung sang pujaan hati; Jeon.

"Anda tidak makan dari pagi. Apa rokok adalah makanan pokok tuan sekarang? "

Suara berat yang terlampau familiar di telinga Kim membuat Kim segera menoleh ke belakang dan mendapati Jorr yang sedang membawa nampan berisi makanan di atasnya.

"Pergilah Jorr"

"Tidak"

"Kau membantah perintahku? "

"Saya bebas membantah perintah tuan kalau itu menyangkut keselamatan tuan. Saya memiliki pilihan sendiri ketika tuan sedang tidak dalam kondisi baik saat membuat perintah"

Kim menghela nafas lantas kembali menoleh ke arah depan. Jorr sudah dalam mode cerewet,  berarti Kim sedang dalam kondisi paling buruk dan berpontensi membunuh dirinya sendiri dengan menghisap puluhan batang rokok dari kemarin malam.

Tap

Tap

Tap

Sejak kapan langkah kaki Jorr begitu terasa mencekam di telinga Kim?

"Makan tuan" pun, Jorr  telah berdiri di depannya dengan wajah datar.

Jorr sudah seperti ayah bagi Kim,  melihat bagaimana Jorr bukanlah sekedar tangan kanan, tapi juga mampu menjadi 'Kim Vicle versi tua' yang mampu mengambil keputusan sendiri yang dianggapnya benar ketika Kim sedang tidak mood, bergerak dalam ranah yang lebih pribadi sekarang; memperhatikan Kim seperti anak kecil berumur 5 tahun.

"Makan tuan"

"Tidak"

"Kau akan sakit kalau merokok terus ja-"

Praaaangggg

Nampan berserta makanan itu telah saling menyapa dengan lantai beton dibawah kaki Kim. Sesuatu yang membuat Jorr kecewa.

"Apa kau mengerti dengan kata 'tidak'?" tatapan Kim berubah tajam,  menusuk tepat di mata Jorr.

"Anda bisa mencari lelaki lain yang lebih manis dari tuan Jeon, tidak perlu sampai menyiksa diri anda seperti ini hanya karena ditinggal olehnya" Jorr berkata sambil melipat tangannya di depan dada, balik menatap Kim dengan pandangan lebih tajam.

WILD FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang