"Dan juga untuk teman tidur? Seseorang yang bisa diajak bergumul di kasur? "
Deg.
"A-apa maksudmu sayang?"
"Cih" Jeon segera mendorong dada bidang milik Kim Vicle lantas menatap taja ke arah mata elang yang diliputi kebingungan.
"berhenti bilang kalau kau mencintaiku. Aku hanya hiburan semata kan? Kau punya banyak jalang di luar sana untuk ditiduri!"
"Jeon, i-itu..." Kim tergagap.
"Itu benar kan tuan Kim?'
"Tapi itu hanya masa laluku....sejak menyukamu, aku tidak pernah berurusan dengan orang lain lagi"
"Memangnya aku percaya? Penjahat tetaplah penjahat. Misimu untuk membuatku jatuh cinta sudah gagal total, kenapa kau tidak membawaku pulang? Oh, atau memmbunuhku lalu menjual organku? itu lebih menguntungkan kan?" Jeon berhenti berbicara, menatap Kim yang sedang menundukan wajahnya.
"Lakukan semuanya semaumu Kim, lalu nikahi jalang-jalang itu supa-"
"CUKUP JEON! SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG AKU MENCINTAIMU!" teriakan Kim membuat Jeon langsung terdiam.
Jeon memperhatikan mata tajam Kim yang berkaca-kaca serta dada yang kembang kempis seperti menahan sebuah gejolak rasa.
Jeon menarik nafas, udara terlampau dingin masuk ke dalam hidungnya. Lalu menghembuskan nafasnya perlahan, kepalanya mendongak, menatap tajam ke arah Kim.
"Ya, katakan omong kosong itu semaumu"
"Tapi itu bukan omong kosong Jung" cicit Kim dengan suara bergetar sebab, tenggorokannya terasa tercekat ketika Jeon melempar pandangan dingin padanya.
"Sudahlah" Jeon sudah muak, maka dia membalikan badan, hendak kabur dari hadapan buronan itu.
Set!
"Hei! " memekik dilakukan oleh Jeon ketika Kim menariknya tangannya lantas menyeret pemuda manis itu kembali ke panti asuhan.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Malam telah berganti pagi, Beijing masih diselimuti oleh salju, namun hal itu tidak menghentikan Kim untuk kembali ke markasanya yang ada di Beijing.
Mobil sedang dikendarai oleh Jor dengan kecepatan tinggi, menembus udara dingin yang sumpah menggelitiki seluruh tubuhnya.
Disampingnya terdapat Jeon yang menopang dagunya, melihat ke arah luar jendela, menikmati pemandangan orang-orang oriental berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing, pun salju yang menyelimuti atap-atap khas bangunan China membuat Jeon tertarik karena banyak bangunan yang berisi patung naga, kepala naga yang gagah itu diselimuti oleh salju.
Sedangkan Kim bukannya menatap pemandangan kota Beijing, dia malah menatap Jeon yang hampir memunggunginya. Pemuda manis itu benar-benar tidak mau bicara padanya sejak insiden kemarin. Bahkan saat mereka berpamitan untuk pergi kepada para penghuni panti asuhan, Jeon hanya memasang wajah dingin. Terutama kepada Mia, bahkan ketika Mia hendak mengajaknya bersalaman, Jeon hanya melihat Mia dari atas ke bawah lalu membiarkan tangan Mia menggantung di udara begitu saja.
Kim menghela nafas, apakah dia sebegitu jeleknya di mata polisi cantik itu?
Kim rindu untuk menganggu dan mencuri kecupan pada bibir mungil itu, namun keinginannya harus dia tahan sebab, Kim tidak mau membuat Jeon semakin tidak menyukainya. Alhasil helaan nafas meluncur dari bibir tebalnya yang terasa pahit, pun tangan besarnya mencengkram ujung coat tebalnya, menyalurkan rasa gelisah pada hatinya karena didiami sang pujaan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD FLOWER
ActionTentang Jeon Jarrel dan buronan nomor wahid di Korea Selatan. "Sweety rekanmu sedang ditenggelamkan satu-persatu oleh anak buahku. Sepertinya menonton itu dengan bibirmu sebagai cemilan akan terasa luar biasa"