i have to leave?

2.7K 217 82
                                    

Genggaman segelas air hangat di tangannya mulai mengerat.

Matanya pun menelisik sudut bar dengan lampu remang-remang, terlihat antik dengan ornamen serba kayu.

Sekali lagi, Jeon mengeratkan genggamannya pada gelas, tidak berharap untuk gelas itu pecah,  namun ada rasa cemas menggeletik dari perut sampai ke seluruh tubuhnya,  menyebabkan kaki dan tangannya keluar keringat dingin.

Jeon menggigit bibir bawahnya,  sejak beberapa jam lalu mendarat di Qingdao,  kembali lagi ke kota dengan arsitektur eropa itu. 

Sejak beberapa jam lalu,  dari dirinya dipaksa untuk naik mobil dengan kecepatan tinggi bersama Jorr, sampai dirinya sampai di Qingdao lalu dihempaskan di sebuah bar dengan pemiliknya yang menyambutnya dengan senyuman hangat.

Elios menyerang markas Kim di Beijing,  dan Jeon sekarang dilarikan ke Qingdao, tentu saja pemuda Kim tidak ikut dengannya dan Jeon tau apa penyebabnya. Kim sedang bertempur dengan Elios. Mengetahui perkara yang terjadi, entah kenapa Jeon merasa tidak beres kalau dirinya tidak bersama dengan Kim Vicle. Di otaknya hanya berisikan Kim Vicle dan Kim Vicle. Beberapa kali dia membenturkan kepalanya di meja dan tetap Kim Vicle muncul di otaknya. Seharusnya Jeon mengkhawatirkan Elios, bukanlah Kim.

"Seharusnya aku senang kalau dia mati dihancurkan oleh Elios. Mengapa aku harus memikirkannya" gumam Jeon dengan segala egonya.

"Kalau kau memikirkannya,  berarti kau sedang jatuh cinta dengannya, mmm... Jeon? " suara lembut seorang pria mengalun, pria itu duduk di sampingnya.

Jeon menatap pria itu tajam,  diketahui kalau pria itu adalah sang pemilik bar.

"Aku sudah mendengar semuanya dari Jonathan dan Jorr. Kim Vicle mencintaimu,  seharusnya kau merasa beruntung. Pria mafia itu menguasai seperempat jalur perdagangan di China"

Jeon masih terdiam,  tidak menggubris lelaki tinggi nan cantik di sebelahnya.

"Dulu akupun begitu. Aku tidak sadar kalau aku jatuh cinta dengan Jonathan. Aku membencinya,  dia dulu adalah saingan bisnis barku. Tapi lama-kelamaan aku semakin memikirkannya dan aku baru sadar kalau aku jatuh cinta setelah mendengar debaran jantungku sendiri"

"K-kau pacarnya Kim Jonathan? Kakak dari Kim Vicle itu? " Jeon menjawab karena mulai tertarik dengan kenyataan yang dihadapinya.

"Yup, aku Kim Stefan. Dan aku akan menjagamu dengan baik sebelum Kim Vicle kembali menjemputmu disini,  oh atau...." Stefan menggantungkan kalimatnya.

"atau apa? " Jeon menaikan sebelah alisnya.

"atau Kim Vicle tidak akan menjemputmu karena kemungkinan dia sudah ditangkap atau dibunuh oleh polisi-polisi itu... "

Deg.

"TIDAK MUNGKIN! " Teriakan Jeon membuat pelanggan bar terdiam sesaat,  begitu juga Stefan yang mengerjapkan matanya pelan.

Jeon segera menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

"Lihat? Kau tidak akan berteriak seperti itu kalau kau tidak menyukai Kim Vicle, jangan membohongi dirimu sendiri" Stefan melipat tangannya di depan dada lantas menatap tajam ke arah Jeon.

"Aku tidak menyukai seorang penjahat. Aku ini polisi kau tau Stefan? "

"Dan cinta tidak peduli itu"

"Dan aku tidak peduli" Jeon balas menatap Stefan yang menghela nafas kasar.

"Kau kepala batu" Stefan merotasi matanya dengan malas.

Jeon hanya terdiam, dirinya sekarang fokus pada gelas dengan air yang sudah mendingin. Diam-diam memikirkan lamat-lamat apa yang dikatakan oleh Stefan.

WILD FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang