Mendengar hal itu, Jeon terdiam, menangis dalam diam, dirinya tidak kuat ketika melihat pemandangan teman-temannya yang ditenggelamkan ke laut hidup-hidup. Dia sudah lelah, pun tubuhnya terasa sakit semua atas perlawanannya sedari tadi.Kim perlahan menarik Jeon masuk kembali ke dalam kabin setelah puas menonton satu persatu polisi yang ditenggelamkan. Kim lantas mengunci pintu kabin.
"Kau diamlah disini, aku akan melakukan sesuatu. Jangan menangis terlalu lama, nanti matamu bengkak"
Jeon terdiam, malah menatap sengit ke arah kelereng sehitam jelaga milik Kim Vicle.
Kim hanya terkekeh pelan mendapat tatapan benci dari Jeon, sama sekali tidak takut, bahkan dengan santai dia....
Cup!
Mencuri kecupan pada bibir basah Jeon.
"BRENGSEK! " Teriak Jeon kala Kim sudah berjalan menuju pintu dengan santai.
Blam!
Dan menguncinya di kabin.
Jeon terduduk di tepi kasur, menunduk dalam, dia merasa sangat tidak berguna karena membiarkan teman-temannya mati sia-sia. Tubuh moleknya bergetar akibat tangis yang masih berkelanjutan.
Ceklek!
Jeon langsung menoleh ke arah pintu.
Seorang wanita tua berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah, pun sama sekali tidak dibalas oleh Jeon. Disamping nenek itu ada seorang lelaki besar yang menangkapnya tadi, lelaki itu berdiri di sudut ruangan, melempar tatapan yang kelewat dingin pada Jeon.
Nenek itu masuk dan menutup pintu, tangan keriputnya membawa nampan berisi makanan hangat.
Dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, dia menaruh makanan itu di atas nakas samping kasur.
"Hai nak, aku Kim Jieun. Berhentilah menangis, tuan muda memang terlihat kejam, namun dia berhati lembut"
"Apanya yang lembut dari seorang iblis berdarah dingin sepertinya? " Jeon sekarang malah menatap tajam ke arah nenek Jieun yang sedang menatapnya lembut.
"Kau hanya belum mengenal dia. Oh, tunggu sebentar" nenek itu meraba-raba sesuatu di kantongnya"
"Ini dia! " Nenek Jieun berbinar ketika menemukan sebuah kunci.
"Kemarikan tanganmu" Jeon menurut.
"Aigo... tanganmu yang mulus itu lecet-lecet" Nenek Jieun lantas melepaskan borgol yang ada di pergelangan tangan Jeon.
"Siapa kau? " Jeon berujar dengan penuh kedinginan.
"Aku pengasuh tuan muda Vicle"
Set!
"Akh! "
Ketika tangannya terlepas, Jeon langsung menarik tangan si nenek. Memelintir tangan si nenek dari belakang.
"LEPASKAN TANGANMU DARI NENEK JIEUN! "
"AKU AKAN MEMBUNUHNYA JIKA KAU TIDAK MELEPASKANKU!"
Tik!
Beberapa detik kemudian, Jeon merasakan ada jarum yang menusuk perutnya.
"Apa yang kau tusukan!" ujar Jeon, semakin memelintir tangan nenek, si nenek sudah merintih kesakitan, namun lelaki di ujung ruangan malah tersenyum miring, berjalan mendekati Jeon yang tiba-tiba pandangannya mengabur, tubuhnya melemas perlahan, cengkraman pada tangan nenek Jieun melonggar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD FLOWER
ActionTentang Jeon Jarrel dan buronan nomor wahid di Korea Selatan. "Sweety rekanmu sedang ditenggelamkan satu-persatu oleh anak buahku. Sepertinya menonton itu dengan bibirmu sebagai cemilan akan terasa luar biasa"