Jasmine

2.5K 196 7
                                    


"Pasukan Jeon terakhir kali bertugas dipelabuhan ini" Bae Minji,  salah satu anggota pasukan khusus berjalan beriringan dengan Elios yang sedang menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Sial,  benar-benar tidak ada jejak. Sebaiknya kita menyisir pelabuhan ini. Jangan lewatkan satupun petunjuk"

"Baik Captain! "

"Tunggu Minji, para korban itu dibuang ke laut,  jika mereka tidak ditemukan dimanapun di daratan ini,  mereka jangan-jangan masih berlayar dengan kapal mereka"

"Minji,  apa kau sempat memeriksa cctv wilayah ini?"

"Maaf captain,  cctv tidak berfungsi saat kejadian"

"FUCK OFF! "

Akibat tidak ada petunjuk sama sekali. Elios dan teamnya harus bekerja lebih keras lagi. Bahkan mereka sudah meminta bantuan negeri tetangga untuk melacak Kim Vicle, kalau-kalau Kim Vicle sempat lewat di salah satu wilayah negara tetangga.

...............


Kim Vicle terus mendiaminya sampai saat ini.

Jeon Hidup selama 24 tahun, dan dia baru pertama kali merasakan perasaan sesak yang lama akibat didiami seperti ini. Jeon berusaha acuh, namun tetap tidak bisa. Nuraninya menggema bahwa dia bersalah akibat menolak pelukan dari orang yang sedang rapuh. Berkali-kali Jeon bilang pada dirinya bahwa itu bukan salahnya dia mengapa Kim Vicle menjadi sedih. Kim Vicle orang jahat dan dia pantas mendapatkan itu, hal itu sudah berusaha Jeon tanamkan pada dirinya, namun nuraninya tetap menggema kalau dia salah.

Pemuda tampan itu masih hanya mengenakan sepotong handuk untuk menutupi area privasinya,  tubuhnya yang habis mandi mengguarkan aroma mint yang terlampau sering dihirup oleh Jeon akhir-akhir ini. Rambutnya pun masih menjuntai basah di depan dahinya.

"Makan makananmu Jung,  kau tidak makan dari siang"

Akhirnya lelaki dewasa berumur 30 tahun itu bersuara.

Memang benar daritadi Jeon hanya menatap sepiring spagethi yang dipesankan untuknya.

"Kau tidak mau makan? " Kim bersuara sekali lagi,  namun kali ini Jeon yang diam.

Set!

Piring spagethi itu diambil oleh Kim dari hadapan Jeon, yang mana hal itu membuat Jeon berjengit.

"KEMBALIKAN MAKANANKU KIM! " teriak Jeon tanpa sadar. Dia lapar,  hanya saja dia enggan makan karena ada Kim Vicle disana. Tapi Jeon tidak terima kalau makanannya diambil seperti itu.

"Kau hanya menatapnya saja,  jadi lebih baik aku ambil saja"

"Itu karena aku tidak nafsu makan melihatmu Kim! "

"Oke, jadi kalau aku tidak disini, kau akan makan? "

Jeon mengangguk.

"Baiklah,  ini Jung" Kim kembali menaruh piring spagethi di hadapan Jeon.

Lelaki itu melahap sehelai spaghetti yang tersisa di piringnya,  lantas berdiri,  berjalan menuju lemari.

Blam!

Dan mengurung dirinya sendiri dalam lemari.

"Hee? " Jeon cengo dengan kelakuan absurd buronan itu.

"Aku sudah tidak ada di hadapanmu,  cepat makan! Atau aku yang keluar dan memakanmu! " ujar Kim dari dalam lemari.

Sontak saja Jeon langsung melahap spagethinya dengan cepat.

"Pffftt... " Kim menahan tawanya ketika melihat orang kesayangannya makan dengan lahap hingga pipi Jeon menggelembung,  persis seperti tupai yang memakan kacang.

Beberapa saat kemudian,  Jeon selesai makan, Kim melihat itu dari celah lemari lantas langsung keluar.

"Bagus, kau sudah makan" Kim berjalan ke arah Jeon yang melongo dengan hiasan saus bolognese yang masih menempel pada bibir mungilnya.

"Kau sudah tidak marah lagi denganku?Kim?"

"Untuk apa? Bukankah kau yang marah padaku? " Kim duduk di sofa depan Jeon,  mengambil sebatang rokok di atas meja, menyelipkannya di bilah bibir tebalnya,  mengambil korek api dan menyalakannya. Ketika ujung rokok telah terbakar, Kim menyedot batangan nikotin itu dua kali lantas menghembuskan asapnya ke arah belakang agar tidak mengenai kesayangannya.

"Bukankah kau marah karena aku menolak berpelukan ketika berada di mobil?" Jeon berusaha menjelaskan, namun Kim kembali diam,  malah menatap matanya tajam.

"Jangan bahas itu lagi,  ayo siap-siap,  kita akan pergi ke suatu tempat" Kim lantas berdiri,  mengambil sepotong hoodie dan celana jeans hitam dari dalam lemarinya. Memakainya tanpa sungkan di depan Jeon yang kini telah menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketika Kim bertelanjang bulat dihadapannya.

Set!

Setelah selesai berpakain Kim juga melempar hoodie dan celana jeans hitam yang sekiranya pas juga untuk Jeon.

"Ganti pakaian,  kita akan pergi sekarang juga Jung"

Dan Jeon tidak bisa berkata 'tidak' pada perintah yang dilemparkan seenaknya kepada dirinya.

Pemuda manis itu langsung menuju kamar mandi dan berganti pakaian. Persetan dengan mandi,  lagipula Kim telah memerintahkan untuk pergi 'sekarang' Jeon terlampau paham.

Beberapa saat kemudian,  Jeon keluar dengan pakaian yang sama dengan Kim.

Rokok masih setia  berada di antara belahan bibir Kim, Kim yang sedang duduk sambil melipat tangannya di depan dada, mengunci matanya pada sosok mungil dan putih dengan hoodie kebesaran membuat tampilan Jeon sangat menggemaskan.

Kim menarik rokok dibibirnya, menjepit rokok itu diantara jari telunjuk dan jari tengahnya lantas menghembuskan asapnya ke samping.

"Sekarang bulan desember. Dingin. Apa kau perlu jaket tambahan Jung? "

Jeon berpikir sebentar, lantas mengangguk.

Kim berdiri dan mengambil sebuah black leather jacket, melemparnya ke arah Jeon. Jeon pun langsung memakainya.

Kim berdiri lantas menarik tangan Jeon untuk keluar dari ruangan itu menuju parkir.

"Katakan 'Hello' kepada Jasmine"

"Jasmine? " Jeon tidak mengerti.

"Iya, dia Jasmine" Kim menunjuk sebuah motor hitam besar.

Kim lantas memberi Jeon sebuah helm, baru lantas dirinya yang memakai helm yang sama-sama berwarna hitam.

Kim tak lupa menyedot rokoknya kembali sebelum melemparnya ke tanah dan menginjaknya dua kali.

Lelaki dewasa itu lantas naik ke atas Jasmine,  menghidupkan kuda besi itu yang mana membuat suara bising.

"Ayo naik Jung! "

Jeon langsung tersentak dari lamunannya dan naik ke atas Jasmine,  tepatnya di belakang Vicle.

Set!

Tangan pucat Jeon langsung ditarik oleh Kim,  menyebabkan dada sekalnya membentur punggung keras milik Kim.

"Pegangan yang erat kalau kau tidak mau terjungkal ke belakang"

Brroooommmmm





Tbc...

WILD FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang