Jeon berbinar-binar ketika melihat seisi kota Qingdao. Setelah keluar dari pelabuhan yang berisik, tangan pucat Jeon ditarik untuk menuju ke tengah kota oleh Kim Vicle.
Jeon sejenak tidak memedulikan kalau dia sedang diculik oleh Kim, mata pemuda manis itu sibuk berpedar mengelilingi seisi kota Qingdao.
Bangunan-bangunan khas eropa berdiri begitu gagah. Maklum, Qingdao adalah bekas jajahan negara Jerman.
Tidak seperti di pelabuhan, di tengah-tengah kotanya sungguh tenang. Semilir angin lembut menerpa wajah Jeon yang ditutupi oleh hoodie kebesaran milik Kim, yang mana membuatnya semakin menggemaskan tenggelam dalam pakaiannya.
Kembali sibuk melirik, Jeon melihat cafe-cafe dengan makanan lezat, terutama roti-roti yang terlihat masih dengan asap mengepul.
Tep.
Tiba-tiba Kim yang memakai masker wajah itu terhenti, begitu juga dengan anak buah yang mengikutinya.
"Kau ingin roti sweety? "
Jeon meneguk ludahnya kasar, dirinya ketahuan melirik roti!
"Tidak"
Kreeookkkk
"HAHAHAHAHAHA! " Kim tertawa ketika mendengar bunyi perut Jeon yang terlampau nyaring.
Sontak saja kedua pipi gembil Jeon memerah malu setengah mati, dirinya merasa ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
"Ayo kalau begitu sweety... " Kim menarik tangan Jeon ke salah satu toko roti.
"Tidak! Aku tidak mau! Lepas! " Jeon berusaha menarik tangannya, namun itu hanya membuat tangannya sakit.
"Diam! Dan tunjuk mana yang kau suka" Kim meninggikan suaranya, membuat Jeon terhenyak sekilas.
Pemuda manis itu sebenarnya sangat ingin makan roti-roti hangat yang lezat, namun dia gengsi kalau meminta pada penjahat disampingnya sekaligus orang yang ditolaknya mentah-mentah.
Kim yang melihat Jeon terdiam saja akhirnya menghela nafas.
"Jor, bungkus beberapa roti. Mm, dan kalian juga bisa memilih roti yang kalian inginkan. Gunakan ini" Kim menyerahkan salah satu kartu hitam di dompetnya kepada Jor.
"Te-terimakasi tuan! " Balas anak buah Kim serempak, ada sekitar 10 orang, mereka dengan senang memilih roti yang mereka sukai. Jeon melihat hal itu, sepertinya Kim tidaklah sekeji yang dia bayangkan.
Sedangkan Jeon masih berdiri kaku, menonton anak buah Kim yang berebut roti, perutnya sudah terasa perih, namun Jeon sudah memakan egonya bulat-bulat.
Setelah anak buah Kim selesai membeli roti, mereka segera berjalan ke arah markas Kim Vicle yang berada di pusat kota Qingdao.
Beberapa saat kemudian, Jeon melihat sebuah gedung menjulang, dirinya ditarik oleh Kim ke arah parkir bawah tanah, yang mana kesepuluh anak buahnya itu tampak menganalisis situasi, berpencar ke segala arah.
"Aman tuan, tidak ada orang" ujar Jor.
Kim hanya mengangguk lantas menarik Jeon ke ujung parkir bawah tanah yang notabene ujungnya itu adalah sebuah tembok.
Tap.
Jeon memperhatikan kalau Kim menaruh telapak tangannya di dinding itu.
Set!
Mata cantik sang polisi manis membelalak ketika dinding terbuka dan menampakan sebuah lift.
Mereka lantas masuk kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD FLOWER
ActionTentang Jeon Jarrel dan buronan nomor wahid di Korea Selatan. "Sweety rekanmu sedang ditenggelamkan satu-persatu oleh anak buahku. Sepertinya menonton itu dengan bibirmu sebagai cemilan akan terasa luar biasa"