Solo again.

2.9K 190 4
                                    

Kejahatan.

Jeon sangat benci. Dan itulah kenapa dia memilih menjadi seorang polisi di tengah-tengah keluarga yang nyaris semuanya berprofesi sebagai dokter.

Keinginannya sempat ditolak oleh keluarganya karena takut ketika Jeon sedang bertugas, dia mendapatkan luka. Namun Jeon  bersikeras agar cita-citanya terwujud.

Suasana kota yang damai ini kacau ulah orang-orang jahat,  dan Jeon bertekad untuk membersihkan mereka.

"Jeon,  kau akan ditugaskan untuk mencari buronan ini, kualifikasimu sesuai.  Jadi,  selamat bertugas! "

Tep.

Di atas meja kerjanya sudah terdapat file dengan sampul hitam yang baru saja di letakan oleh Jack.

Jeon melihat file itu, terdapat foto pria tampan namun Jeon langsung membencinya.

Lihat saja detail kejahatan yang dilakukannya, ada berlembar-lembar dan itu adalah kriminalitas tingkat tinggi.

"Aku akan menangkapmu,  lihat saja karena sudah mengacaukan dunia yang damai ini"

.
.

Selang beberapa hari,  setelah mengumpulkan beberapa informasi. Jeon dan rekan-rekannya datang ke sebuah tempat di Seoul, tepatnya sebuah bar. Mereka sedang menyamar menjadi pengunjung bar.

Jeon duduk di depan counter bar,   melihat-lihat suasana bar itu.

Set!

Tak sengaja,  mata Jeon bertemu dengan kelerang hitam yang mencatut matanya langsung. Orang itu berada di lantai dua,  sedang bertumpu pada pagar pembatas lantai dua, satu tangannya memegang gelas berisi minuman keras.   Paras tampan buronan yang dia cari itu seketika mengunci matanya. Pesonanya memang Jeon akui sangat hebat,  namun pemuda manis itu langsung menggelengkan kepalanya ketika melihat Kim Vicle mengedipkan sebelah mata padanya.

Jeon langsung memerintahkan rekannya untuk segera beraksi,  namun hari itu gagal karena Kim Vicle begitu lihai melarikan diri seperti belut.

Keesokan harinya, Jeon mendapat surat-surat cinta dari buronan itu secara terang-terangan dikirim ke kantor polisi,  membuat Jeon kesal setengah mati.

Jeon benci penjahat, apalagi penjahat yang satu ini. Walau penjahat ini bilang suka padanya,  penjahat ya tetap penjahat. Tidak ada toleransi menurutnya.

Jeon mengendarai Jasmine dalam gemerlap malam kota Tianjin, otaknya tadi tiba-tiba kembali flasback bagaimana dia bisa menjadi polisi dan bagaimana pertemuan pertama dengan si buronan.

Suasana malam di kota Tianjin begitu cantik,  namun tidak dengan suasana hatinya.

Tin!

Tin!

Tin!

Jeon menoleh ke arah spion ketika mendengar klakson dari arah belakang, sebuah motor hitam juga seperti sedang membuntutinya.  Namun Jeon bodo amat dan tetap melajukan Jasmine.

Motor hitam di belakangnya tiba-tiba melaju lebih cepat membuat Jeon menaikan sebelah alisnya. 

Karena takut terjadi sesuatu, Jeon lebih keras memutar gas hingga angin malam seperti mengoyak,  menembus tubuhnya.

Perlahan,  motor hitam yang membuntutinya itu mulai tertinggal, hingga sekarang dari kaca spion terlihat motor hitam itu hanya seukuran semut, yang berarti jaraknya sudah cukup jauh dan tidak mengekorinya lagi.

WILD FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang