Chapter 1

37.7K 2K 40
                                    

"Tuhan itu adil, hambanya saja yang tidak bersyukur akan pemberiannya"

*
*
*

"LUCA!!!" Teriakan itu menggema diseluruh ruangan membuat seorang pria paruh baya menghampiri istrinya yang tengah berkacak pinggang.

"Apa yang anak itu perbuat hingga istriku ini sering sekali marah-marah hm?" Tanyanya pada sang istri.

"Ck!!" Wanita itu berdecak, sepertinya dia sudah kepalang emosi hingga dia pergi untuk menyeret bocah laki-laki yang tadi tengah meringkuk diatas kardus.

"Sini kamu, bangun!!!" Ucapnya dengan menarik kasar tangan mungil bocah itu.

"Bi" lirihnya karena ia merasa tubuhnya sangat sakit akibat hukuman yang diberikan oleh pamannya kemarin karena menjatuhkan makanan

"Saya bilang kamu jangan bicara!!! Suara kamu itu bikin sakit telinga!! Sekarang kamu harus pergi dari sini!!" Wanita itu dengan tidak berperasaan menyeret tubuh mungil itu lalu mendorongnya keluar rumah.

Bruk.....

Prak.....

Bocah itu terdorong hingga dirinya tak sengaja menyenggol meja yang diatasnya ada vas bunga yang terbuat dari tanah liat hingga terjatuh mengenai punggungnya ingin menangis namun ia harus tahan karena bibinya pasti akan menambah hukuman padanya.

Plak....

Bibinya menampar pipinya lalu berjongkok dihadapannya lalu memberikan secarik kertas pada Luca lalu mencengkram dagu anak itu menatapnya nyalang.

"Berikan ini nanti pada pamanmu jika bertemu! Bilang kalau bibi sudah tidak mau mengurusmu!" Ucapnya penuh kebencian. "Sekarang pergi dari sini atau saya akan membuangmu ke jalanan!" Ancamnya.

Luca menggeleng takut ia bersujud menyentuh kaki sang bibi berharap tidak mengusirnya, "anan... Pu ang uca" ucapnya terbata-bata.

Wanita itu lagi dan lagi menendang bocah bertubuh ringkih dengan tidak berperasaan.

Bruk...

Lagi dan lagi tubuh ringkihnya itu harus tersungkur, tidak ada yang ingin membantunya mereka hanya menatap tak peduli pada anak malang itu.

"Saya sudah muak! Cepat pergi sana!!" Ia cepat-cepat mendorong anak itu untuk menjauh dari area rumahnya.

Melihat sang bibi menolaknya, dirinya hanya bisa pasrah apalagi cuaca hari ini terlihat mendung. Suami serta anak dari bibinya hanya menatap dingin kearahnya.

Bocah malang itu menggendong tas kecil yang hanya berisikan satu set baju serta jaket yang sudah lusuh.

Kaki kecil itu melangkah tanpa arah tadi bibinya menyuruh untuk pergi kerumah pamannya namun ia tak tahu dimana rumahnya, bibinya hanya memberikan kertas tadi dan juga satu lembar uang berwarna ungu saja.

Hari mulai gelap dan hujan mulai turun, dirinya bingung ingin berteduh dimana.

Seketika matanya berbinar ada sebuah bangunan tua yang letaknya tidak jauh darinya. Kaki kecilnya segera berlari dengan buru-buru karena hujannya semakin deras.

LUCA (Life Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang