Chapter 7

27.3K 2.1K 29
                                        

"meminta atau memberi? Mana yang ingin kau utamakan?"

*
*
*

Putra keempat Arthur itu susah ditebak, seperti sekarang ini dirinya terus menempel pada adik baru nya.

"Sekolah Arsa!!" Ucap Arthur jengah, sedari tadi duda itu terus mengatakan hal yang sama hingga ia jengah sendiri.

"Gak!! Kalau Arsa sekolah nanti adek ilang!" Bantah Arsa yang terus memeluk Luca.

Anak kecil itu terlihat sangat tertekan apalagi kekuatan Arsa memeluk dirinya sangat besar dan erat sekali.

"Tidak akan!! Cepat pergi dari sini! Lihat adikmu sudah siap menumpahkan tangisnya!!" Peringat Arthur.

Seketika Arsa melihat wajah adiknya sudah memerah ingin menangis, ia melonggarkan pelukannya, "yaudah adek ikut Abang aja!!"

Arthur membelalakkan matanya terkejut, "tidak boleh!!" Ucap Arthur melarangnya dengan tegas.

"Hiks.... Huaaa..... Sasa akal huaaa Didi!!" Tangisan Luca mulai pecah, bocah itu mengangkat kedua tangannya meminta sang ayah menggendongnya.

Arthur langsung mengambil alih tubuh Luca lalu menatap tajam Arsa yang menampilkan wajah watadosnya.

"Ck, iya iya Arsa sekolah ini!" Arsa mencebikkan bibirnya lalu keluar dari kamar sang ayah.

Arsa itu baru berusia lima belas tahun dan baru kelas satu SMA. "Awas aja kalau adek gak ada pas pulang, gue gak mau tau pokoknya Daddy harus dikasih hukuman!" Dumelnya.

Berbeda dengan Arthur yang terus berusaha menenangkan si kecil yang tidak mau berhenti menangis, "cup.... Cup.... Sudah ya? Tadi Abang cuman gak sengaja, hm gimana kita jalan-jalan hari ini?"

Luca terlihat tertarik membuat Arthur tersenyum bangga, "lihatlah, anakku saja seperti cerminanku dulu, aku emang ayah yang hebat!" Batinnya bangga.

"Hiks... Ayan-ayan? Mana?" Tanya Luca yang masih sesegukan.

"Iyap kemana ya? Hm bagaimana ke kantor Daddy saja??" Usul Arthur dengan wajah senang.

Luca mengangguk saja padahal dirinya tak paham apa yang diucapkan Arthur, "yeayyyy ayan-ayan!!" Serunya sambil mengangkat kedua tangannya keatas dengan mengepal.

Arthur terkekeh, "baiklah, kita mandi dulu habis itu kita sarapan lalu pergi ke kantor Daddy!"

Luca mengangguk sekali lagi dengan wajah senangnya lalu memeluk sang ayah dengan erat.

*****

Wajah Arsa terus tertekuk dan sudah berkali-kali ia berdecak bosan, saat ini pemuda itu tengah duduk dirooftop sekolah milik keluarganya bersama teman-temannya.

"Lo kenapa sih sa? Hari ini Lo keliatan banget pundungnya" decak salah satu dari mereka.

"Gue kangen banget sama dia gueeeee!!! Argghhh harusnya tadi dia gue bawa sekolah aja!! Huhu dia tuh separuh nyawa gue sekarang!" Ucap Arsa frustasi.

Mereka saling pandang tidak paham apa yang Arsa katakan, malah mereka berpikir jika pemuda gila itu telah memiliki kekasih.

"Lo kangen dia? Ya tinggal telpon lah apa susahnya!" Sambar pemuda berambut ikal.

LUCA (Life Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang