WARNING!
Banyak typo bertebaran! Tandai bagian typo atau penggunaan kata yang salah, TRIms sahabat.... 🙇🏻*****
Arsa memasuki mansion dengan penampilan seperti gembel, seragam yang sudah kumel, dasi yang diikat dikepala lalu tas yang ia seret.
"Tuan muda, biar saya membawa tas anda" ucap maid bernama Rena.
Arsa mengangguk malas, ia mengedarkan matanya mencari seseorang namun ia sepertinya benar-benar malas jadi ia memutuskan untuk segera pergi ke kamarnya.
Sama halnya dengan Arsen ia juga baru pulang dari kampusnya, dirinya sudah tak sabar untuk menemui adik kecilnya.
Ia berlari masuk kedalam mansion tanpa menghiraukan maid yang menyambutnya, dirinya berlari kearah kamar sang ayah, biasanya sih Luca ada dikamar tersebut.
Brak.....
"Adikkk!!! Kakak pulang!!" Ucapnya sedikit teriak setelah membuka pintunya dengan kasar.
Krik.... Krik.... Krik....
Tak ada jawaban apapun, hanya keheningan melanda kamar itu, "eh? Adik kemana? Hallo dik?"
Pemuda itu mencari disetiap sudut kamar sampai dibawah ranjang pun tidak ada.
"Lohh adek kemana???!!" Pekiknya ia langsung berlari keluar untuk mencari sang adik.
Berbeda dengan keadaan buruk Arsen, Luca sudah bangun sejak sepuluh menit yang lalu.
Ia ingin bangun namun pelukan dari pemuda yang memeluknya itu tak bisa ia lepaskan hingga matanya siap menumpahkan cairan bening yang sudah menggenang diarea matanya.
"Hiks.... Epas!! Huaaa Didi!!" Tangisnya langsung pecah membuat pemuda disampingnya membuka matanya, sebenarnya ia sudah bangun sebelum bocah itu bangun hanya saja dirinya ingin mengerjai sang adik tapi malah membuat adiknya menangis.
Arhan bangun lalu menggendong Luca, "ssttt sudah ya? Nanti tenggorokan kamu sakit" ucapnya dengan lembut sambil menghapus air mata Luca.
Luca menatap Arhan dengan seksama "hiks Didi!!" Bocah itu memeluk Arhan dengan erat, ia salah mengenali pemuda yang menggendongnya. Wajah Arhan memang 11 12 dengan Arthur, sangat mirip apalagi wajah Arthur masih terlihat muda.
Arhan terkekeh adiknya mengira jika dirinya adalah ayahnya, "ini Abang, bukan Daddy..."
Luca diam tak mau mendengarkan Arhan, "hiks... Didi nta mimi"
"Hm mimi? Maksud kamu minta enen tapi Abang gak punya boing-boing?" Tanya Arhan bingung, ketahuilah sifat Arhan yang sebenarnya bukan cool namja city tapi 11 12 dengan adik-adiknya cuman ia tutupin biar terlihat berwibawa didepan adik-adiknya, dirinya berfikir keras kembali lalu seperti mendapat ilham dikepalanya,"Ohhhh mau susu?" Tanyanya untuk memastikan.
Luca mengangguk, "baiklah, ayo kita keluar minta may buatkan minum untuk bayi Abang ini" ucapnya senang.
Pemuda itu membawa sang adik keluar kamar, Arhan dengan santai mendengarkan celotehan Luca walau dirinya tak terlalu paham apa yang Luca ucapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCA (Life Story)
Fiksi RemajaKedua orangtuanya telah meninggal saat dirinya baru dilahirkan, Mereka meninggal dengan cara yang berbeda, sang ibu meninggal setelah melahirkannya lalu sang ayah meninggal akibat kecelakaan tunggal menuju rumah sakit tempat sang istri akan melahirk...