Chapter 5

26.6K 2K 42
                                    

"Tapi dari cerita Lookism memberitahukan pada kita betapa pentingnya berteman tanpa memandang status hanya ketulusan yang bisa disebut sebagai pertemanan"

*
*
*

"Hiks... sen..." Gumam dari mulut kecil Luca memanggil Arsen membuat Arthur mengulurkan tangannya pada kening Luca, panas yang ia rasakan.

Arthur segera menekan tombol urgent disamping brankar. Selang beberapa menit seorang dokter datang diikuti suster dibelakangnya.

"Mohon maaf, permisi tuan bisakah anda  menepi sebentar? Saya akan mengecheck keadaan tuan kecil" ucap suster.

Arthur mengangguk saja membiarkan dokter mengecek keadaan Luca.

"Tuan tidak perlu khawatir, ini hanya demam biasa namun jika dalam 24jam panasnya tidak turun maka pasien harus melaksanakan perawatan intensif" jelas donter, "untuk obatnya nanti suster akan mengantarkannya bersamaan dengan makanan untuk pasien"

"Benar tidak ada masalah lain dengan putraku?" Tanya Arthur dengan raut wajah emm sedikit menyeramkan padahal dalam dirinya sedang mengkhawatirkan kondisi Luca.

Roy yang berada tak jauh dari Arthur hanya menggeleng, "benar-benar deh orang ini salah memilih ekspresi membuat salah paham saja" batinnya.

"Benar tuan, jika ada sesuatu tolong panggil saya. Kalau begitu saya permisi" pamit dokter Doni yang langsung pergi dari sana diikuti oleh suster dibelakangnya.

"Wajar aja mereka langsung kabur bos, orang muka bos bikin bulu kuduk berdiri" batin Roy kembali sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tidak terdengar suara rengekan anak kecil namun yang ada anak kecil yang tengah menunduk takut pada pria yang didekatnya yang terus menatapnya dengan tatapan tajam tapi jika diperhatikan kembali dengan seksama bahwa pria itu tengah menatapnya dengan lembut.

Lalu Roy yang selaku sebagai asisten Arthur membisikkan sesuatu yang pada awalnya Arthur menggeram namun setelah itu ia menghela nafasnya dengan susah payah.

Pria dengan wajah sedikit menyeramkan itu apalagi ada bekas luka diarea pelipisnya menambah kesan galak diawal pertemuan.

Arthur mengusap lembut kepala Luca membuat anak kecil itu mendongak menatap Arthur dengan bola mata bulat menambah keimutan bocil usia lima tahun itu.

"Kau lupa dengan Daddy hm?" Tanya Arthur dengan suara beratnya.

"Uh? Didi?" Cicitnya sambil memiringkan kepalanya membuat wajah Arthur memerah menahan hasrat untuk mencubit pipi Luca.

Arthur mengangguk, "iya, hm bunga? Iya bunga, Daddy yang membeli bunga milikmu waktu itu"

Otak kecil milik Luca berusaha mengingat kejadian kemarin, seketika mata Luca berbinar lalu mengangguk sambil menepuk tangannya gembira, "unga? Waahh... Mu Didi uca?" Tanya Luca.

Alis Arthur berkerut tak paham apa yang Luca katakan.

"Ekhem... Mungkin maksud tuan kecil adalah bunga? Kamu daddynya Luca? Begitu tuan" ucap Roy menjadi penerjemah dadakan, beritahu Arthur untuk menambah gaji Roy seratus ah tidak usah serakah cukup satu juta kali lipat saja karna sudah mengerjakan pekerjaan yang terus bercabang.

LUCA (Life Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang