"Apapun yang terjadi, karena hidup ini singkat.... Aku akan melakukan apa yang aku suka"
HAPPY READING!
Luca dan Arven kini telah sampai didepan pintu utama dengan penampilan mereka berdua tidak bisa dikatakan baik-baik saja, apalagi Luca tengah menangis sambil memeluk sesuatu didekapannya.
"Ssttt dek udah ya nangisnya nanti Abang dimarahin sama Daddy loh" bisik Arven pada Luca.
"Hikss aju u-ca ko-..toy gala-gala a-ba-ng" ucapnya sambil sesegukan.
"Tapi kan itu Abang udah kabulin permintaan adek hufft" pasrah Arven, "ekhem ya gini deh besok Abang beliin satu lagi yang kayak gini" bisik Arven sambil menunjuk sesuatu yang dipegang oleh Luca.
Luca mengangguk cepat, "Anji?" Ucapnya sambil melihat kearah Arven dengan mengacungkan jari kelingking yang terlihat mungil.
Paham dengan maksud sang adik, Arven segera mengaitkan jari kelingking pada milik Luca, "huum janji" ucapnya mantap untuk meyakinkan Luca.
Luca menghapus air matanya lalu mereka berdua masuk kedalam mansion keluarga Theodorico.
"Arven" suara bariton terdengar menggema didalam ruangan yang mereka berdua lewati.
Sontak membuat langkah kaki mereka berhenti, Luca segera bersembunyi dibalik tubuh kekar milik sang kakak keduanya itu.
"Dari mana?" Tanya Arthur dengan wajah datarnya.
Arven menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menunjukkan deretan gigi putih miliknya alias nyengir kuda haha....
"Baju kotor penuh lumpur begitu, kamu habis ngapain? Kamu sudah dewasa masih saja seperti anak kecil dan juga siapa yang dibelakang mu?" Ucap Arthur dengan nada tegas diakhiri dengan bertanya.
Luca mengintip dibalik tubuh arven takut-takut ia juga akan dimarahi oleh Arthur.
"Hikss anan mayah-mayah" cicit Luca sedikit lancar dengan mata yang siap menumpahkan air mata.
Arthur membulatkan kedua matanya kala mendengar suara yang ia kenali, "BABY?!" kagetnya, pria setengah baya itu langsung meraih tubuh Luca yang penuh dengan lumpur.
"Apa yang terjadi?! Cepat jelaskan Arven!" Ucapnya mengintimidasi.
Sedangkan seorang pria berusia lebih dari setengah abad hanya menonton sambil memakan popcorn yang tadi maid hantarkan untuknya.
Flashback saat Luca dan Arven sebelum kecemplung got.
"Meong ....."
Arven menghentikan sepedenya lalu menurunkan Luca dari keranjang depan.
"Tenapa enti?" (Kenapa berhenti) tanya Luca sambil menatap bingung Arven.
"Sssttss diem cil, sini ikutin gue" arven menutup mulutnya dengan jari telunjuk.
Luca mengangguk saja sambil mengikuti Arven dibelakang yang sedang berjalan mengendap-endap.
"Meong..... Meongg...." Suara itu semakin terdengar keras saat mereka semakin dekat lubang selokan.
"Ucing!!" Ucap Luca gembira dengan mata berbinar-binar kalau didunia anime mungkin mata bulat Luca dipenuhi dengan blink blink bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCA (Life Story)
Fiksi RemajaKedua orangtuanya telah meninggal saat dirinya baru dilahirkan, Mereka meninggal dengan cara yang berbeda, sang ibu meninggal setelah melahirkannya lalu sang ayah meninggal akibat kecelakaan tunggal menuju rumah sakit tempat sang istri akan melahirk...