"Dari anime lookism kita belajar bahwa yang good looking lebih banyak diminati ketimbang yang biasa aja"
*
*
*Sekarang sudah pukul dua siang dimana Luca sudah menjalani pemeriksaan lanjutnya.
Pemuda yang menyelamatkannya semalam juga masih disana menemani Luca.
"Seperti yang saya jelaskan tadi, beberapa tulang rusuk anak itu mengalami keretakan terlihat dari dadanya ada lebam akibat pukulan atau tertatap benda tumpul, pasien harus dirawat inap disini selama dua Minggu dan kami akan memantau perkembangannya, selain masalah itu tidak ada yang perlu dicemaskan" jelas dokter.
"Baik terimakasih dok"
"Kalau begitu saya permisi" pamitnya, pemuda itu mengangguk lalu duduk disamping brankar.
"Eungh..."
Luca melenguh lalu membuka matanya perlahan, "eh... Nih minum dulu" ucapnya.
Anak itu menurut lalu meminum airnya perlahan, "acih" cicitnya membuat pemuda itu kebingungan.
"Acih?? Hm... Abang gak tau kamu ngomong apa tapi sama-sama" ucapnya sambil mengusap lembut kepala Luca.
"Nama Abang Arsen, hm nama kamu siapa?" Tanya Arsen.
"Eum? Sen?" Arsen mengangguk, "iya Abang Arsen, nama kamu siapa?" Tanyanya gemas.
"Uca" ucapnya.
"Uca??" Dia berpikir keras jika ini dunia anime mungkin kepalanya sudah mengeluarkan asap. "Uca? Ruca, Lucas, rucika?"
Luca menggeleng lucu, "emm.. uca"
"Lu-luca?" Ucapnya dengan ragu.
Luca mengangguk lalu tersenyum senang membuat Arsen terpaku melihat senyuman indah yang tercetak pada anak kecil itu, hatinya menghangat.
Kruuukk....
Seketika ruangan itu hening kembali dan Luca wajahnya memerah lalu menunduk malu membuat Arsen terkekeh.
"Wahhh sepertinya ada yang laper nih" godanya membuat wajah Luca semakin bak kepiting rebus.
"Haha... Baiklah baiklah... Abang sudah siapin makanan buat kamu" ucapnya sambil mengambil semangkuk bubur dimeja samping brankar.
"Akan... Ndili" cicitnya.
"Haha?? Makan sendiri?" Tanya Arsen , Luca mengangguk, "tidak... Biar Abang suapin ok? Aaaa pesawat datang..."
Arsen memeragakan perannya membuat wajah Luca penuh binar.
Hap....
Luca makan dengan lahap membuat suasana menghangat, "sudah habis, pintarnya!!" Puji Arsen.
"Kalau begitu sekarang kita nonton tv ya, kalau main kamu juga pasti sakit" ucapnya menyalakan tv.
Luca mengangguk lucu, "eum" matanya fokus pada layar tv yang menayangkan kembar botak.
Mata Arsen terus menatap pada bocah yang sudah menarik perhatiannya tanpa bosan, wajahnya imut dengan tubuh yang kecil seperti usia tiga tahun padahal usianya sudah lima tahun.
Tangannya mengulur untuk mengusapnya membuat fokus Luca teralihkan dan menatap kearah Arsen.
"Sen.... Atuk" ucapnya dengan suara kecil.
"Hm? Ngantuk? Okelahh saatnya dedek bayi bobo!!" Ucapnya langsung menidurkan Luca.
"Cini" Luca menepuk sisi samping kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCA (Life Story)
Teen FictionKedua orangtuanya telah meninggal saat dirinya baru dilahirkan, Mereka meninggal dengan cara yang berbeda, sang ibu meninggal setelah melahirkannya lalu sang ayah meninggal akibat kecelakaan tunggal menuju rumah sakit tempat sang istri akan melahirk...