Chapter 7: Sepi
***
Seluruh anggota tim diam-diam melirik interaksi Atsumu dan (name). Benar-benar berubah.
Atsumu tak mempedulikan (name) lagi.
"Bener-bener berhenti" bisik Suna ke Samu.
"Hm"
"Kita istirahat 15 menit" seru Shinsuke.
"Siap!!"
(Name) bergerak melaksanakan tugasnya untuk memberikan sebotol minuman ke masing-masing anggota.
"Ini minumannya"
"Terimakasih (name)"
"Minumannya kak"
"Thanks (name)"
"Ini.. minumannya" (name) memberikan minuman tersebut ke Atsumu.
Atsumu menerimanya, "Makasih"
(Name) mengangguk, lalu beralih ke tim yang lain.
"Gue tau lo belum bisa ngelepasin (name).." sahut Suna yang berada di samping kanan Atsumu.
Atsumu melirik ke Suna, "Lo nggak tau apa-apa tentang isi hati gue"
"Nebak doank"
"Pulang sekolah kita ke rumah sakit, hari ini jadwal Lo check up ke dokter"
Atsumu mengangguki ucapan Samu yang berada di samping kirinya.
"Jaga kesehatan Lo Tsumu, mau tanding loh"
"Iya Suna Rintarou terhormat"
***
Kembali ke masa dimana Atsumu belum memasuki kehidupan (name). Hari ini (name) pulang sendiri tanpa ditemani oleh Atsumu lagi.
Niat mau nyatain perasaannya, malah Atsumu udah nyerah.
"Atsumu bener, gue telat.."
"Gue telat nyatain perasaan gue-" (name) menggigit bibir bawahnya merasa suaranya yang bergetar.
"Lo nggak boleh nangis (name)! Lo nggak boleh nangisin dia! Dia bukan siapa-siapa elo!"
(Name) tidak bisa menahannya. Air matanya mengalir jatuh dengan derasnya.
Ia berdecak, "Lo bodoh (name)! Harusnya gue nggak usah mikir dulu buat pergi ke rooftop! Harusnya gue langsung ke sana, sebelum Atsumu berhenti-!..hiks- cuma mau nyatain perasaan gue doank.. kenapa susah banget sih?!"
***
Esok hari tiba. Di kediaman keluarga Kita, sarapan sudah tersaji di meja makan. Shinsuke melangkah menuju kamar (name) untuk membangunkannya.
Ceklek..
"(Name) bangun, udah pagi"
Sejenak (name) terusik.
"Bangun cepet, nanti telat"
(Name) membuka matanya dan beranjak bangun dari tidurnya.
Shinsuke menatap lekat kedua mata adiknya yang terlihat bengkak.
"Kamu nangis semaleman? Nangisin siapa? Nangisin Atsumu?"
(Name) diam, tak bisa menjawab.
"Nggak perlu nangisin dia. Kalian juga nggak ada hubungan apa-apa. Kakak juga udah pernah bilang, katakan cepat sebelum terlambat. Lihat sekarang.. Atsumu berhenti"
(Name) beranjak berdiri mengabaikan Shinsuke, ia melangkah menuju kamar mandi.
***
(Name) melangkah menuju kelasnya usai melewati area parkiran.
"TSUMU! KEMBALIIN PUDING GUE, ANJ*NG!"
"NANTI GUE GANTI!"
"NGGAK! LO BOHONG!"
"GUE GANTI KOK!--"
Brukk
"Uwa-!"
"Eeehh SORRY!" Atsumu berhenti berlari karena ia menabrak seorang siswi.
"Bodoh"
"Diem Lo monyet!"
Siswi tersebut berdiri dan menoleh ke Atsumu, "Atsumu.."
"Eh (name).. sorry nabrak Lo tadi, gue nggak liat"
(Name) mengangguk.
"Gue duluan yah" pamit Atsumu lalu pergi, di susul dengan Samu.
"Dia nggak nanyain keadaan gue.. Atsumu bener-bener berhenti"
"Gue harus berhenti juga?.."
Berjam-jam berlalu. Kehidupan yang (name) rasakan sangat sunyi. Ia terlanjur sudah terbiasa dengan ocehan Atsumu, tapi sayangnya Atsumu udah nggak Deket dia lagi.
Tanpa mengalihkan pandangannya, (name) terus menatap Atsumu yang tengah latihan dengan anggota lain.
Melihat tingkah jail Atsumu ke Samu maupun Suna. Juga melihat pertengkaran Atsumu dan Samu hanya karena masalah sepele.
Meski dapat melihat keceriaan Atsumu dan juga ocehan Atsumu ke tim lain, (name) tetap merasa sepi. Yang dia inginkan bukan itu.
(Name) ingin Atsumu berisik di dekatnya.
Jika bisa, ia mau mendengarkan Atsumu selama 24 jam.
Seluruh anggota tim bergegas pulang usai latihan.
"Hari ini jadwal membersihkan gym untuk Suna dan Akagi, besok Atsumu dan Samu" seru Shinsuke.
"Siap kapten!"
Mendengar nama Atsumu di sebut, (name) merasa ada harapan.
"Besok.. gue harus bisa ngomong sama Atsumu!"
-----
To be continued..
Fight! Mbak (name)!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will not Leave You || Miya Atsumu x Readers [END]✓
Novela JuvenilDia mengesalkan. Tapi aku menyayanginya. Kenapa aku bisa terpikat dengan Jamet kuning itu? Tapi.. Itu keberuntungan ku, dia mengisi kehidupan ku dengan kebahagiaan. Ada dimana saat dia hampir meninggalkan ku, benar-benar mempertaruhkan nyawa. "Don't...