18

3.9K 370 19
                                    

The only limitation in life is bad behavior.
🍁
-Scott Hamilton

🍁-Scott Hamilton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
Eighteen

**
Kini pesta BBQ sudah di mulai namun aku masih berada di kerumunan meskipun tidak sebanyak tadi.

Aku sendirian sedangkan irin entah kemana dia pergi bersama dengan perempuan yang terbilang cukup tampan seperti lelaki.

Mata ku menemukan sosok gadis imut itu yang sedang berlari menghampiri ku. Dia benar benar lucu seperti anak kecil.

"P'Becky penampilan mu luar biasa" ucapnya memujiku

"Terimakasih, ngomong ngomong aku belum tau nama mu" -becky

"Nama ku primiily" -primiily

"Apa kau kemari hanya untuk memuji ku?" -becky

"Bukan. P'Freen minum sangat banyak, banyak orang menahannya namun dia sepertinya kehilangan kendali" -primiily

Aku mengerutkan kening ku. Apa yang salah jika seseorang minum banyak. Bukankah itu hal yang wajar.

"Bagus dong minum banyak" -becky

"Bukan begitu! Dia minum alkohol" -primiily

Otakku masih mencerna apa yang keluar dari mulut mungilnya. Ada tanda loading di atas kepala ku.

"Dia mabuk" -primiily

Seketika aku tersadar dengan perkataan nya. Mata ku melotot tidak percaya. Aku panik.

"Ok. Dimana dia sekarang?" -becky

"Dia sedang di luar. Memeluk pohon" -primiily

"Baiklah makasih" -becky

Aku berlari mencari keberadaan nya. Tidak terlalu sulit karena banyak orang di sana. Manusia apa yang mabuk malah memeluk pohon. Tapi bisa saja si, lagipula dia mabuk hal gila pun biasa di lakukan.

Merepotkan

Aku langsung masuk ke dalam kerumunan itu. Dia benar benar seperti monyed yang bergelantungan di batang pohon. Untungnya batang pohon tidak terlalu tinggi.

Mata ku menyipit saat melihat irin yang berada di sini dan sebelahnya sepertinya aku pernah melihatnya. Ah aku ingat dia MC saat perlombaan.
Aku langsung menghampiri mereka berdua.

"P'irin tolong suruh pacar mu bubarkan kerumunan nya" -Ucapku berbisik di telinganya

"Dia bukan pacar ku!" -irin mencubit perutku dengan suaranya yang pelan

"Siapapun itu tolong bubarkan kerumunan nya" -bisik ku lagi

Irin mengganguk. Tangannya melingkar berbentuk okay. Aku melihatnya sedang berbicara dengan perempuan tampan itu. Benar benar bisa di andalkan.

Aku melihat perempuan tampan itu membubarkan kerumunan orang orang tersebut. Hingga tidak ada orang lagi yang bergerombol di sana.

"Kenapa si?" -irin

"Dah makasih. Pacaran gih huss" -becky

Dia menyentil keningku. Perempuan tampan itu kembali. Aku menyenggol tangan irin mengasihnya kode agar cepat pergi. Dengan malas dia menuruti permintaan ku.

Setelah di rasa benar benar sudah aman. Aku menghampiri Freen yang masih bergelantungan di sana.

"Turun!" -becky

Dia menggeleng pelan kepalanya.

"Turun atau aku bakar pohonnya sekalian kamu jadi gosong kek arang" -becky

Ancaman ku berhasil membuat nya turun. Aku langsung menangkapnya saat dia kehilangan keseimbangan. Aroma alkohol memasuki Indra penciumanku. Aku sangat tidak suka aroma nya yang menyengat.

"Kenapa minum banyak banyak kalo ga kuat?" -becky

"Kau lebih peduli kepada nya daripada aku" -freen

"Siapa?" -becky

"Nggak kenal" -freen

Jadi dia cemburu dengan seseorang tapi dia tidak mengenalinya. Aku memapahnya membantu nya berjalan masuk ke villa. Sambil otakku bertanya tanya siapa orang yang di maksud.

"Kamar mu dimana?" -becky

"Paling ujung dekat patung" -freen

Aku sedikit kesusahan karena tubuhnya yang berat sedangkan tubuhku ini mungil jadi tidak seimbang. Aku mencari cari kamar yang berada di paling ujung dan dekat patung seperti perkataannya. Hingga akhirnya aku menemukan patung berbentuk hewan.

Tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu kamar itu yang tidak terkunci.

Kosong

Tidak ada siapa pun di dalam kamar ini. Sepertinya teman sekamarnya belum balik tapi mengapa kasurnya hanya satu.

"Kau sekamar dengan siapa?" -becky

"Aku sendirian" -freen

"Bukannya sekamar 4 orang?" -becky

"Ga. Aku maunya sendiri" -freen

Aku mengganguk pelan kemudian kita masuk ke dalam kamarnya. Sangat rapi tidak berantakan seperti dirinya.

"Pintu, kunci" -freen

"Kalo di kunci. Aku gimana keluarnya?" -becky

"Mau kemana?" -freen

"Kembali ke kamar" -becky

"Ninggalin aku?" -freen

Jika di pikir pikir meninggalkan seseorang dengan keadaan mabuk tidak baik tapi jika kita bersama orang yang sedang mabuk akan berbahaya.

Tapi kita sama sama perempuan bukan lawan jenis. Aku berpikir keras, meninggalkannya atau menemaninya. Aku tidak mungkin hamil dengan perempuan kan.

Aku mengunci pintu kamarnya kemudian membantunya berbaring di kasur. Dia memejamkan matanya.

Masih bergelut dengan pikiran ku. Melihatnya seakan ingin tertidur mungkin aku akan menemaninya.

"Pakaian mu terlalu terbuka" -freen

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

I WILL GIVE U MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang