6. Memori masa lalu

165 12 0
                                    


Kesadaran Nara kembali, ia mendapati dirinya terbaring di ranjang ruangan serba putih dengan bau obat yang mendominasi.

Terdengar suara seseorang yang sedang berbincang di depan ruang UKS.

"Ruang UKS disini bu, silahkan masuk. Saya permisi dulu." Dari suaranya Nara dapat mengenali ia seorang wanita.

"Iya, terimakasih." Suara berikutnya terdengar amat familiar.

Pintu ruang UKS terbuka, Dela masuk dengan kekhawatiran yang tampak jelas diraut wajahnya.

"Nara, kamu sakit nak? Ayo kita periksa ke dokter!"

Gadis itu menggeleng pelan. "Nggak mah. Nara nggak sakit, cuma kecapean aja."

"Kalau gitu ayo kita pulang. Mamah sudah ambil tas kamu, perawat uks juga menyuruh kamu pulang lebih awal."

Gadis bersurai hitam legam itu hanya mengangguk.

–⏳–

Mobil minibus putih milik Dela memasuki area perumahan Griya Asri. Dela mengklakson satpam perumahan yang sedang berjaga di pos.

Tin!!

"Siang pak Tarno!" Sapa Dela.

Satpam bernama Tarno itu hormat saat disapa. "Siang juga Bu! Tumben sekali sudah pulang jam segini."

"Nara sakit, jadi saya jemput."

"Oh begitu, semoga putri ibu cepat sembuh."

"Aamiin, terimakasih pak do'anya."

"Sama-sama bu!"

Setelah tiga menit perjalanan mereka terhenti, akhirnya minibus Dela berjalan kembali.

"Mah!"

"Iya sayang?"

"Sepertinya kita punya tetangga baru." Tutur Nara melihat rumah almarhum Reza.

Disana sedang ada orang-orang yang memindahkan perabot rumah dari mobil box.

Dela tersenyum, Nara dapat melihatnya dari kaca spion mobil. "Iya yah, rumah itu sudah lama kosong."

Alih-alih menjawab pertanyaan mamahnya, Nara justru menghela  nafas panjang. Ia lalu bergumam kecil yang membuat Dela mengerutkan keningnya.

"Kenapa semua orang secepat itu melupakan kak Eza."

–⏳–

Drap! Drap!

"Mah!" Panggil Nara yang baru saja turun dari tangga.

"Iya sayang, badan kamu sudah mendingan?"

Nara mengangguk lalu menunjuk piring-piring dimeja makan yang diisi banyak makanan beranekaragam.

"Mau ada kolega bisnis dateng mah?"

Dela menggeleng sambil tersenyum. "Saat kamu tidur tadi mamah pergi ke rumah tetangga baru kita. Mamah ngajak mereka makan malem bareng."

Nara memutar bola matanya, jengah dengan kelakuan ibunya yang sering sekali mengajak tetangga makan di rumah. Dulu saat keluarga kak Eza baru pindah kesini juga ibunya mengajak mereka makan bersama.

Maksud ibunya memang baik, tapi merepotkan karena Nara juga jadi ikut-ikutan obrolan penuh basa-basi dengan para tetangga.

"Huhh..." Untuk kesekian kalinya di hari ini Nara menghela nafas panjang.

Nara masih tidak habis pikir dengan orang-orang yang semudah itu melupakan Reza. Mungkin memang hanya Nara yang menganggap Reza seberharga itu, tapi mereka tak sepatutnya melupakan orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

Repeating TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang