Sudah tujuh hari.
Gadis itu mengurung diri di kamarnya yang minim cahaya. Sambil memeluk foto dirinya dan seorang laki-laki, berbingkai motif bunga dandelion.
Matanya bengkak, akibat tujuh hari menangis tanpa henti. Meski ia terus sesenggukan, ia tidak bisa mengeluarkan setetes pun air mata.
Tok, tok!
Pintunya diketuk untuk kesekian kalinya di pagi ini.
"Nara. Nak, turun yah. Ian ada dibawah, dia dateng mau nemuin kamu." Dela berucap lirih membujuk, berharap anak gadisnya mau keluar kamar dan menjalani kehidupan seperti sedia kala.
Semenjak kematian Reza, Nara tidak mau keluar kamar.
Kriet...
Pintu kamar akhirnya terbuka, menampilkan sosok sang pemilik dengan kondisi berantakan. Mata hitam, hidung merah berair dan pipi tirus.
"Suruh kesini aja." Tuturnya lalu menutup pintu kamar lagi.
Dela tersenyum. Setidaknya Nara tidak lagi menolak bertemu temannya yang berusaha menemuinya selama tujuh hari belakangan.
-⏳-
Hening. Sedari tadi tidak ada satupun dari keduanya yang memulai percakapan."Ekhem!"
Ian berdehem cukup keras guna menghilangkan rasa canggung diantara dirinya dan Nara.
"Lo udah makan?" tanya Ian.
Tapi tidak dijawab gadis itu. Nara malah menatap Iam tajam, hingga membuat laki-laki itu salah tingkah sendiri.
"Gak usah basa-basi. Gue tahu lo pengen tahu semuanya. Alasan tentang kenapa gue selalu nyalahin diri gue atas kematian kak Eza."
Ian menelan salivanya dengan kasar. "Sial, sejak kapan Nara jadi begitu peka." Ian membatin.
"Kalo Lo mau, gue bakal ceritain semuanya dari awal. Lagi pula gue butuh temen cerita." Sambungnya.
Nara berdecak saat Ian hanya diam saja, "gue anggap jawaban lo iya."
Siang itu. Hari dimana Reza membuat pengakuan mengejutkan dan menyakiti hati Nara tanpa laki-laki itu tahu.
Reza mengatakan bahwa dirinya menyukai seorang gadis kelas sebelah, mereka sama-sama anak kelas 12. Oke itu tidak mengejutkan yang mengejutkan adalah gadis yang disukai laki-laki itu.
Dari ratusan siswi SMA Pelita Bangsa, Nara tidak mengerti mengapa harus gadis itu yang disukai sahabatnya.
Gadis yang disukai Reza adalah orang yang pernah mempermalukan Nara, hingga tiap hari Nara selalu jadi bahan ejekan orang-orang satu sekolah. Gara-gara tragedi itu juga, Nara tidak memiliki banyak teman, hanya sedikit orang yang mau berteman dengannya.
Tentu saja Nara tidak rela bila sahabatnya akan berpacaran dengan gadis macam setan itu. Apalagi Nara memang menyukai Reza sejak mereka pertama kali bertemu.
Awalnya Nara mencoba untuk membuat Reza tahu bahwa gadis yang disukainya bukanlah orang baik. Reza tidak mengetahui tentang tragedi tahun lalu yang menimpanya yang disebabkan gadis yang disukai Reza, jadilah Nara menjelaskan semuanya.
Tapi hal yang Nara lakukan justru membuat hubungannya dan Reza merenggang.
Reza mengatakan bahwa seseorang bisa saja melakukan kesalahan, itu hal yang wajar dilakukan manusia dan Nara seharusnya bisa memaafkan orang itu, karena bisa saja orang itu benar-benar menyesal telah berbuat buruk pada Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeating Time
Teen FictionKematian orang yang ia cintai, membuat Nara terpuruk. Apalagi gadis itu menganggap bahwa sifat buruknya lah yang menyebabkan kematian orang yang cintainya. Setelah mengistirahatkan diri selama sepekan, Nara akhirnya masuk sekolah kembali. Itupun ber...