Kamis, hari keempat Nara hanya bisa terbaring di ranjang. Meskipun demamnya sudah turun tubuhnya masih lemas. Namun hari ini ia sudah bisa menggerakkan badannya. Ibunya pun mulai berkerja lagi setelah tiga hari cuti.
Gadis bersurai hitam itu tengah berjalan ke dapur, hendak mengambil makan siang yang sudah dibuatkan ibunya yang hanya tinggal dipanaskan.
Sang ibu memasak bubur jamur kesukaannya. Nara dengan lahap melahap bubur itu. Saat sedang asyik menyantap makanan, bel rumahnya berbunyi. Gadis itu bergegas menuju pintu depan.
"Iya siapa?" Saat Nara membuka pintu ia mendapati sosok laki-laki yang sedang ingin ia hindari.
"Hai! Gimana kondisimu sekarang?" Tanya Reza sembari tersenyum.
"Ya keliatannya aja gimana." Jawab Nara acuh tak acuh.
"Aku boleh masuk nggak? Aku bawa buah nih."
Nara menggeleng, "diluar aja, nggak ada mamah."
"Tumben banget ke sini." Tutur Nara sembari menghempaskan pantatnya ke kursi yang ada di teras. "Duduk, ngapain berdiri aja."
Reza terkekeh, "kan belum disuruh duduk."
"Kapan mau masuk sekolah, bener sudah membaik? Aku tiga hari ini ke rumahmu terus loh semenjak denger kamu sakit."
"Gue harus sakit dulu ya, biar lo perduli." Ucap Nara lirih.
"Kamu bilang apa? Maaf aku nggak denger."
Nara memalingkan wajahnya. Hatinya masih sakit bisa teringat kejadian empat hari lalu. Dulu maupun sekarang Ia menyukai Reza, tapi selalu bertepuk sebelah tangan.
Gadis bersurai hitam itu menyesal dulu ingin tahu awal kedekatan Alisya dan Reza seperti apa. Sekarang saat ia melihat dengan mata kepalanya langung, ia bahkan tak sanggup mengingatnya. Jika kejadian itu terlintas dipikiran ia merasakan sakit pada hatinya.
"Sepertinya kamu masih marah karena aku pulang meninggalkanmu begitu saja. Aku minta maaf ada sesuatu yang mendesak hari itu."
Gadis itu tertawa kecil, "oh mendesak ya."
Raut wajah Reza seperti orang yang tertangkap basah berbuat salah. Laki-laki itu bahkan kini tak berani menatapnya.
"Udahlah nggak usah dipikirin, udah gue maafin. Tapi lain kali kakak nggak usah bohong, gue tau kok apa urusan penting yang kakak maksud."
"Gue masih nggak enak badan, mau istirahat lagi. Kakak pulang aja."
"Tapi Nar—"
Ucapan Reza dipotong Nara, "ini buat gue kan? Makasih ya udah nengokin." Ujar Nara sambil membawa buah dari Reza.
Setelahnya gadis bersurai hitam itupun masuk ke dalam rumah. Meninggalkan tamunya yang masih termenung di teras.
—⏳—
Sepulang sekolah Tania datang berkunjung ke rumah Nara. Ia bersyukur kondisi temannya sudah membaik dan bisa bersekolah esok hari. Sebenarnya sekolah tidak begitu menyenangkan selama empat hari Nara tidak ada.
"Memang sekolah bebas ya Tan?" Tanya Nara.
Keduanya sedang mengobrol santai di dalam kamar Nara sembari nyemil.
"Ya begitulah, yang nggak remedial nggak wajib sekolah. Tapi hari ini rata-rata berangkat, terutama panitia bazar, persiapan buat besok sih."
"Loh iya gue baru inget, besok ada bazar sama porak ya."
Tania mengangguk, "iya untung lo udah sembuh, nyesel pasti kalau nggak ikut."
"Itu sih lo kali, gue mah biasa aja, nggak begitu suka acara ribet begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Repeating Time
TeenfikceKematian orang yang ia cintai, membuat Nara terpuruk. Apalagi gadis itu menganggap bahwa sifat buruknya lah yang menyebabkan kematian orang yang cintainya. Setelah mengistirahatkan diri selama sepekan, Nara akhirnya masuk sekolah kembali. Itupun ber...