15. Drama

9 2 0
                                    

Jumat, hari diadakannya bazar dan porak. Acara tahunan super meriah yang diselenggarakan sekolah.

Nara berangkat ke sekolah berboncengan motor dengan Reza, keduanya sudah baikan pagi ini. Kemarin Nara sudah memutuskan akan memperjuangkan cinta sepihaknya.

Sesampainya disekolah, Tania langsung menyeret dan menodongnya dengan pertanyaan seputar hubungannya dan Reza yang tampak telah membaik.

"Seperti yang lo lihat udah baikan." Jawab gadis bersurai hitam itu.

Keduanya asik mengobrol sampai ke lapangan tempat bazar diadakan. Bazar mengunakan lapangan outdoor, sedangkan porak di adakan dilapangan indoor. Lokasi kedua lapangan ini bersebelahan. Dengar-dengar dari Tania, tahun ini akan ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Perwakilan kelas 11 akan menampilkan sebuah drama kejutan untuk lebih memeriahkan acara. Padahal sebelum Nara mengulang waktu tidak ada drama semacam ini.

"Lo tau nggak Tan, siapa aja yang jadi perwakilan drama gabungan kelas 11?" Tanya Nara.

"Kalau itu sih, belum pada tahu soalnya ini rahasia, yang tahu cuma kelas 11 aja."

Nara hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka akhirnya sampai ke tempat stand bazar milik kelas mereka. Nara tidak pernah diajak jika ada acara seperti ini, jadi dia tidak kebagian tugas untuk menyiapkan stand ataupun menjaga stand makanan. Karena ia juga tidak mahir berolahraga, ia juga tidak pernah ikut acara porak.

Sedangkan Tania dia akan ikut berpartisipasi menjadi tim voli kelasnya, dan kemarin dia sudah membantu untuk menyiapkan stand bazar. Jadi sebelum porak dimulai Tania bebas menikmati bazar bersama Nara.

Setelah membeli beberapa makanan dan aksesoris, Nara dan Tania pergi ke taman dekat lapangan indoor. Keduanya menikmati makanan yang mereka beli sambil mengobrol dan bercanda.

"Tapi ngomong-ngomong Nar, gue tuh nggak ngeliat kak Reza dari beberapa hari yang lalu di acara penyiapan stand bazar sama persiapan buat porak. Masa dia nggak berpartisipasi sih? Atau mungkin sebenarnya dia juga ikut drama ya?"

Ucapan Tania membuat Nara over thinking. Bagaimana tidak, biasanya jika ada acara-acara seperti ini, Alisya dan temannya lah anak yang paling aktif ikut.

Tania berdecak kesal, "lah si dodol malah ngelamun!"

Melihat Nara yang tidak menggubris ucapannya, Tania kemudian melihat ke arah pintu lapangan indoor dan melihat sosok tinggi dengan paras rupawan berbadan atletik, berjalan ke arahnya.

"Weh Nara! Itu ada kak Ian!"

Tania meradang, Nara terlalu fokus dengan pikirannya sendiri. Tania tidak lagi memperdulikan temannya dan fokus ke arah Ian yang sedang menghampiri mereka.

"Nara kenapa Tan? Masih sakit kah dia?" Tanya Ian.

Tania hanya menggedikan bahunya, sudah malas dengan Nara yang seperti itu.

Ian menjitak pelan kepala Nara, hingga gadis itu tersadar dari lamunannya. "Aww sakit! Apaan sih!"

"Lagian lu ngelamun aja, kenapa sih? Temen lo dianggurin aja dia sampai bete banget."

"Ehh! Maaf Tan, maaf!" Tutur Nara sembari menunjukkan ekspresi wajah memelas.

Ian merebut batagor yang ada di tangan Nara, "dari pada dilalerin, ya mending gue makan."

Nara kesal sebetulnya melihat tingkah seenaknya Ian, tapi ia sedang tidak punya tenaga untuk membalas jadi ia biarkan saja.

"Tumben banget, Unyil nggak tantrum. Biasanya langsung sewot kalau makanannya direbut." Tutur Ian keheranan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Repeating TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang