Dela mengantar putri semata wayangnya sekolah. Biasanya Nara akan turun di sebrang jalan, tapi hari ini Nara meminta menurunkan di depan sekolah.
Sejujurnya Nara masih trauma akan kecelakaan yang menimpanya kemarin—atau tahun depan ya? Entahlah Nara binggung mana yang benar.
Gadis bersurai hitam legam itu masih mengingat jelas bagaimana kondisi tubuhnya saat itu. Saking parnonya Nara sampai bergidik.
"Nara, lo kenapa?"
"Ahkk!" Teriak Nara terkejut tiba-tiba saja Ian berjalan di sampingnya.
Saat ini Nara sedang berjalan di koridor hendak ke kelas.
"Dari tadi dipanggil nggak nyaut, lo nggak papa kan?" Tanya Ian tampak khawatir.
Kalau dipikir-pikir kemarin saat Nara pingsan hanya Ian yang ada di kelas itu. Mungkin Ian lah yang membawanya ke UKS.
"Gue baik-baik aja. Kak kemarin siapa yang bawa gue ke UKS?"
"Apa itu penting?" Ian justru balik bertanya.
"Hah?" Jawab Nara binggung.
"Kondisi lo lebih penting Nara. Kalau gitu gue duluan ya, bye!" Ian kemudian berjalan lebih dulu dan naik ke tangga, karena kelasnya berada di lantai dua.
Nara sering binggung dengan sikap Ian, sedari dulu laki-laki itu memang aneh.
Karena terlalu fokus memikirkan Ian, Nara sampai tidak sadar dirinya sudah sampai di kelas. Gadis itu langsung duduk dikursi paling belakang.
Beberapa siswi yang satu kelas dengannya duduk berkerumun di sudut ruangan. Gosip pagi adalah rutinitas para siswi di kelasnya. Karena jaraknya tak jauh, Nara bisa mendengar topik yang mereka bicarakan samar-samar.
"Dia emang centil banget, dari kejadian saat MOS gue nggak suka sama dia." Ucap salah seorang gadis berambut pendek yang membuat gadis lainnya mengangguk bersamaan.
"Bisa-bisanya kemarin dia digendong pas pingsan sampe UKS!" Kali ini gadis berpipi chubby yang angkat bicara.
"Ini keduanya kalinya dia kayak gitu. Gue denger dia abis ke kelas kak Ian sebelum pingsan." Sambung gadis yang sedang memoles wajahnya dengan bedak ditangan.
Sepertinya Nara mulai mengerti topik yang sedang gadis-gadis itu bicarakan. Mereka sedang bergosip tentang dirinya yang pingsan kemarin dan ternyata benar Ian yang membawanya ke UKS.
Sialan, orang sakit saja jadi bahan gosip. Nara tidak mengerti jalan pikir gadis-gadis kurang kerjaan itu.
Untunglah guru mata pelajaran pertama cepat datang, kalau tidak mungkin telinga Nara sudah terbakar saking panasnya.
—⌛—
Awan kelabu menyelimuti langit kota Jakarta di sore hari. Seorang gadis bersurai hitam berjalan tergesa-gesa menuju halte bus di depan sekolah.
Rintik hujan turun perlahan senada dengan derap langkah kaki gadis bersurai hitam itu.
Tubuhnya sudah setengah basah saat sampai di halte, orang-orang yang ada disana lebih dulu darinya menatapnya sambil perlahan bergerak menjauh. Mereka tidak mau duduk bersebelahan dengan Nara yang basah kuyup.
Tin, tin!!
Suara klakson mobil amat nyaring membuat semua orang di halte menutup telinga dan menatap tidak suka pada minibus yang berhenti di halte.
Kaca mobil itu terbuka perlahan, sosok laki-laki rupawan tersenyum di dalam mobil itu. Di sebelah sosok rupawan itu seorang wanita paruh baya melambaikan tangan ke arah salah seorang yang ada di halte bus.
"Nara bareng saja yuk! Sini naik!" Muti lalu menyuruh anak bungsunya turun untuk membujuk Nara.
Para gadis SMA Pelita Bangsa yang sedang menunggu bus di halte terpana dengan paras rupawan laki-laki itu. Begitu pula dengan Nara.
"Nara kok diam saja, ayo naik! Hujannya makin deras." Tutur laki-laki itu sambil menggandeng tangan Nara dengan lembut.
Nara yang juga terpana dengan sosok laki-laki itu, menurut saja dibawa masuk ke dalam mobil.
"Haduh... kamu basah kuyup. Eza ambilkan handuk di dasbor." Ucap Muti saat melihat Nara yang duduk di kursi belakang.
"Makasih Tante." Jawab Nara sembari menerima handuk yang diberikan Reza.
Minibus itu perlahan bergerak menjauh dari halte bus sekolah. Sementara Nara sibuk sendiri mengeringkan rambutnya yang basah.
"Kebetulan banget ketemu Nara, jadi tante bisa bilang sekarang. Reza besok sekolah di sini, tante minta tolong bantu Reza beradaptasi ya Nara."
Nara mengangguk, "iya tante, Nara akan bantu sebisa Nara."
Gadis bersurai hitam itu tiba-tiba berhenti mengelap rambutnya, ia teringat sesuatu. Nara merasa dejavu dengan kejadian di halte bus. Ini bukan pertama kalinya, kejadian ini pernah terjadi dan persis terjadi seperti tahun lalu.
Tanpa sadar gadis itu menjatuhkan handuknya hingga handuk itu kotor.
Reza yang melihat itu langsung memberikan handuk baru."Hati-hati." Ucapnya seraya tersenyum.
Nara merebahkan tubuhnya di senderan kursi dan memejamkan mata. Ia mencari ketenangan untuk berfikir.
Jika Nara benar-benar mengulang waktu itu artinya ia bisa memperbaiki semua kesalahannya dan Reza bisa saja tidak akan meninggal akibat kecelakaan di masa mendatang.
Gadis itu membuka mata, sorot matanya berubah tajam. Ia akan berusaha jika memang bisa memperbaiki semuanya, itulah pilihan yang ia pilih.
—⌛—
By Zaenuna

KAMU SEDANG MEMBACA
Repeating Time
Teen FictionKematian orang yang ia cintai, membuat Nara terpuruk. Apalagi gadis itu menganggap bahwa sifat buruknya lah yang menyebabkan kematian orang yang cintainya. Setelah mengistirahatkan diri selama sepekan, Nara akhirnya masuk sekolah kembali. Itupun ber...