13. Awan & hati kelabu

6 2 0
                                    

Pukul 22.00, malam kamis. Nara masih berkutat menyelesaikan soal-soal kimia. Meski matanya tinggal lima Watt, Nara menahan kantuknya. Ini adalah malam terakhir Nara belajar mati-matian. Ian sebagai mentor belajarnya sangat keras, Nara bahkan tidak boleh remedial satupun di ujian.

"Akhirnya selesai!" Tutur Nara sembari beranjak ke tempat tidurnya. Sebelum tidur ia berdoa semoga mendapat nilai yang bagus.

Meski tidak memantau secara langsung Ian akan mengawasinya jarak jauh, sampai Nara benar-benar menyelesaikan soal-soal yang Ian berikan.

Ini buktinya, pukul sebelas malam Ian menelponnya. Ini sudah ke empat kali laki-laki itu menelponnya, sekedar mengecek apakah Nara sudah menyelesaikan tugasnya atau belum.

"Hallo, kenapa?" Tutur Nara saat mengangkat telepon.

"Ya Allah mbak lemes amat. Udah belum?" tanya Ian.

"Udah."

"Sekarang lagi ngapain?"

"Mau tidur."

"Dingin amat mbak."

"Ngantuk."

"Oh yaudah semoga besok ujiannya lancar. Bye!" Setelah itu Ian mematikan sambungan telepon dan Nara tertidur pulas.

—⏳—

Nara berjalan di koridor sekolah membawa kertas hasil ujiannya sambil bersenandung kecil. Sementara Tania ikut tersenyum melihat suasana hati temannya sedang baik.

"Ada apa Nar? Kayaknya seneng banget." Tanya Tania.

"Hehehe, gue berhasil Tan! Gue berhasil! Nilai ulangan gue nggak ada yang diremed, ya meskipun matematika sama kimia pas-pasan sih."

"Wahh bagus dong!"

"Lo mau langsung pulang atau kemana? Kalau nggak ada kegiatan mau ke caffee deket sekolah nggak?" Tanya Tania.

"Maaf ya Tan, lain kali aja. Gue mau minta traktiran karena gue berhasil nggak diremed semua pelajaran."

"Oh gitu ya, yaudah gue duluan ya. Byee!"

Nara melambaikan tangannya pada Tania lalu berbelok ke arah lapangan indoor.

"Wah siapa nih! Tumben banget ke sini, ada apa?" Tutur Ian saat melihat Nara ada di pintu masuk lapangan. Ian kemudian berlari menghampiri Nara.

"Bawa apa tuh? Bungkus gorengan? Harusnya lo bawa gorengannya dong, jangan bungkusnya aja."

Nara menendang tulang kering laki-laki dihadapannya, "sialan! Ini kertas ulangan gue. Lihat nih nggak ada yang diremed, kapan mau traktir gue?"

"Sama senior kasar bener ya Lo! Entar lah, lo nggak liat ini gue pake Jersey. Klo mau hari ini tungguin gue main bentar aja."

"Dih mau nagih utang aja ribet banget. Kak Eza mana?" Tanya Nara sembari mencari keberadaan laki-laki yang dicarinya.

"Nggak ada disini. Dia bukan anggota eskul basket, waktu itu ikut main karena gue yang minta."

"Jih nggak bilang dari tadi. Bye! gue mau nyari kak Eza, lo mah pelit padahal udah janji."

Saat Nara hendak keluar lapangan indoor, tangannya ditahan oleh tangan kekar Ian. "Gue ganti baju bentar, tunggu gue diparkiran."

Nara melenggang pergi, "ogah! Mending berduaan aja sama kak Eza."

—⏳—

Nara terkejut dengan apa yang ia lihat. Reza sedang membenarkan wireless sekolah bersama Alisya di aula. Alisya adalah gadis cantik terpopuler seantero sekolah, dia ketua OSIS dan seorang selebgram.

Repeating TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang