Serumit Rumus

27 7 0
                                    

Sapuan angin begitu sejuk, menghirup udara yang terasa segar, memenjamkan kedua matanya menikmati sinar matahari yang menyorotinya terasa hangat. Sejuk dan hangat menyatu dipagi hari, itulah yang Javanica sukai dengan suasana dipagi hari.

Menghempaskan masalah-masalah yang membisik pikirannya, sejenak menyejukkan suara-suara yang mengganggungnya. Berharap semuanya selesai dengan hati yang lega namun itu hanya ilusi semata. Hidupnya penuh kekacaun, untuk mengembalikan hidupnya pun butuh beberapa tahun.

Javanica melirik kearah bawah, yang menampilkan sebuah lapangan cukup besar sedang dihuni oleh para murid yang sedang beraktivitas dipagi hari ini.

Hari sabtu, hari dimana jadwal bebas. Semua murid disekolahnya ini bebas melakukan apa saja yang penting absensinya terisi tak kosong. Kebanyakan para murid mengambil ekskul dihari sabtu untuk memenuhi jadwal bebas dihari sabtu ini.

Seperti halnya dilapangan dibawah sana, banyak seragam ekskul berbeda-beda. Namun satu yang membuat Javanica berkeinginan ikut ekskul tersebut namun Javanica urungkan karna tak mungkin dirinya bisa bergabung dan berbaur dengan grub ekskul tersebut.

Melihat bagaimana gerakan-gerakan yang begitu menarik perhatiannya membuat Javanica tanpa sadar menghafal gerakan tersebut.

"Kenapa? Kakak tertarik dengan ekskul bela diri itu."

Senyuman Javanica menghilang digantikan wajah datarnya menatap lelah dengan lelaki yang selalu mengikutinya kemana saja. Siapa lagi kalau bukan Andrian.

"Kalau kakak tertarik, aku bisa bantu kakak masuk kegrub mereka. Kakak pilih mau ikut karate, silat, tapak suci, taekwondo, judo terus apa lagi ya. Ahh kung fu panda eh salah tak pakai pandanya." Andrian tersenyum lebar membuat kedua matanya menyipit membuat kedua matanya seperti bulan sabit. Terlihat manis namun itu tak berlaku bagi Javanica.

Javanica memutar bola matanya dengan malas tanpa menunggu lama dirinya melangkahkan kakinya meninggalkan Andrian yang berdecak kesal. Bagaimana tidak kesal? Diabaikan terus, mana ditinggalkan.

Andrian berlari mengejar Javanica dan berusaha berjalan dengan langkah yang sama. "Kakak tau tidak? Sekarang aku mengikuti ekskul yang sama dengan kakak ya walaupun itu membuat kepalaku rasanya ingin meledak."

Javanica hanya diam mengabaikan total Andrian dengan terus mengoceh padanya. Sungguh, Javanica tak menyukai orang yang cerewet ya walaupun ibunya cerewet tapi mau bagaimana lagi ibunya adalah ibu yang melahirkannya jadi dirinya tak bisa berbuat apa-apa.

"Matematika bikin aku stres tapi kalau aku tak mengikuti ekskul ini nilaiku akan jelek. Lumayan masuk ekskul matematika bisa menjadi penyelemat nilai matematika ku."

Javanica menghembuskan nafasnya dengan kasar, ingin marah tapi tak bisa. Membuat Javanica memijit pelipisnya, pusing mendengar ocehan Andrian yang tak ada berhentinya. Apalagi duduknya berdampingan, dan mana lagi guru matematika yang bertugas mengajari ekskul matematika diminggu ini. Lama sekali datangnya.

Javanica mengepalkan tangan kanannya sebagai rasa melampiaskan kesalnya terhadap Andrian.

***

Substitusi sin 60° = √3/2
⇒ (√3/2) sin 20° (sin 60°-20°) sin (60°+20°)
⇒ (√3/2) sin 20° (sin 2 60° – sin 2 20°)
⇒ (√3/2)(¼) [3 sin 20° – 4 sin 3 20°]

Menghembuskan nafasnya dengan kasar sembari memijit pelipisnya. Kepala menunduk melihat kearah buku yang ia tulis, banyak coret-coretan dibukunya membuatnya rasanya pusing melihat angka semua.

"Matematika adalah kelemahanku, pusing sekali." gumamnya pelan dengan mencoret-coret bukunya abstrak.

Suara deheman membuat Javanica yang sedang mengeluh dengan pelajaran matematika menoleh melihat Andrian yang berada disampingnya dengan tersenyum aneh kepadanya. Membuat Javanica mengangkat satu alisnya seakan bertanya ada apa?

Jiwa MonasritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang