Tiupan angin yang disertai lebatnya hujan turun membuat suasana kota seketika sepi. Namun tidak berlaku bagi pengguna jalan, masih ada beberapa kendaraan berlalu lalang diderasnya hujan.
Dan ada seorang perempuan memakai jas hujan untuk melindungi pakaiannya dari air hujan. Perempuan itu berjalan dengan santai nya sembari mendengarkan musik diearphonenya.
Tidak mempedulikan sepasang sepatu putihnya terkena genangan air yang membuat sepatunya kotor. Bahkan rambut hitam panjangnya sedikit terkena air hujan membuat rambutnya terlihat repek.
Perempuan itu menghentikan langkahnya dan menatap datar kearah pagar menjulang tinggi dihadapannya. Lalu melirik kearah jam tangannya. Jam menunjukkan angka 8 pagi. Itu artinya hari mulai menjelang siang.
Hingga ada seorang lelaki berambut coklat tanpa sengaja menyenggol lengan perempuan berambut hitam panjang tersebut dan hampir tak bisa mengimbangi tubuhnya jikalau tak menahan tubuhnya sendiri.
Menatap tajam kearah siapa yang berani menyenggol namun ia urungkan kala melihat siapa yang berada dihadapannya ini. Seorang lelaki berambut coklat dengan keadaan basah kuyup dan kedua mata yang memerah menatapnya dengan tatapan sendu.
"Javanica" gumam lelaki tersebut.
Perempuan yang merasa terpanggil mendongak kepalanya menatap lelaki berambut coklat dengan tatapan kebingungan.
"Itulah namamu." ujarnya. Setelah itu mulai menggerakkan kedua kakinya seakan berniat meninggalkan tempat yang ia pijak sebelumnya terutama meninggalkan seorang perempuan bernama Javanica.
Javanica hanya diam menoleh menatap kepergian lelaki misterius tersebut dengan mengusap wajahnya yang terkena air hujan. Lalu menatap sendu kearah pagar menjulang tinggi dihadapannya ini.
Menghela nafas kasar, "Ingin sekali berhenti melangkahkan kakiku untuk masuk kegerbang ini. Aku selalu kesepian dikeramaian banyak orang, pernah merasakan bagaimana ditemani tapi sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan. Dan itu membuatku muak sekaligus benci dengan keadaan ini." gumam batinnya.
"Pertemuan pasti ada perpisahan juga, mungkin akan ada perpisahan yang tragis atau indah. Menurutku akan lebih baik memilih opsi tragis sepertinya daripada opsi indah. Sama halnya sebuah pertemuan, aku harap ini bukan pertemuan yang memulai kisah dimulai kembali."
Menatap keselilingnya banyak orang yang bercanda gurau, dikelilingi oleh banyaknya orang yang tertawa tanpa sebab, bercerita tak jelas, bermain tanpa tau manfaatnya.
Rasanya sesak berada ditengah keramaian banyak orang, sendiri tak ada yang mau berteman dengan dirinya. Hanya mampu menunduk membaca buku berharap waktu cepat berlalu.
Kedua tangannya mengepal kala kedua telinganya mendengar ada yang membicarakannya. Mengatakan dirinya adalah orang yang sombong dan yang paling menyedihkan adalah ada orang yang mengatakan dirinya bisu karna jarang berbicara.
"Aku ingin cepat-cepat lulus dari sekolah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Monasrita
Fiksi Remaja"Kata mereka aku adalah seseorang yang jumawa, padahal memang begini adanya aku terlahir dengan jiwa monasrita." kata Anaphalis Javanica. Anaphalis Javanica adalah seseorang yang dingin tak tersentuh, tak suka berkomunikasi lebih lama dengan orang l...