Hari yang begitu cerah, langit yang berwarna biru begitu indah dan tenang dipandang apalagi tanpa adanya awan yang menutupi warna langit diatas sana. Ditambah alunan musik yang melodinya begitu menyenangkan.
Terbuai dalam lagu yang diputar, lagu korean ballad. Walaupun tak terlalu paham tentang lagu yang diputar namun entah kenapa dirinya tau kalau lagu yang diputar ini tentang kehidupan yang menyedihkan.
Kedua matanya terpenjam dengan bibir yang mulai bergerak mengikuti nyanyian lagu yang diputar dicafe yang ia kunjungi. Seakan terbawa suasana suaranya yang tadinya pelan seperti berbisik mulai sedikit bersuara. Sampai suaranya terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya.
"Javanica." panggil seorang perempuan cantik berkulit putih melebihi kulit putihnya Javanica.
Javanica sedikit tersentak kaget namun ia berusaha menyembunyikan rasa kagetnya dengan tersenyum membalas sapaan perempuan yang sudah duduk dihadapannya ini.
"Ah aku sampai tak mengenalimu Vani, rambutmu coklat dan kamu pakai soflen dibola mata hitammu itu. Matamu jadi sama denganku."
Javanica hanya menganggukkan kepalanya.
"Jadi, kenapa kamu memanggilku kesini? Ada apa?"
Javanica menghela nafasnya sejenak, "Kamu tau aku tipe orang yang langsung berbicara keintinya."
Perempuan itu menganggukkan kepalanya paham.
"Jadi, kita ini dulu sama-sama pernah menjadi pelaku pembullyan. Benar begitu?"
Perempuan itu terdiam lalu mulai paham apa yang Javanica bicarakan. "Ini masih tentang dia." ujarnya.
"Iya, sepertinya kasus dia belum usai. Aku lelah terus menerus merasa bersalah padanya. Padahal bukan salahku dia memilih mengakhiri hidupnya."
Perempuan dihadapan Javanica menghela nafas sejenak, "Sebenarnya ada alasan lain kenapa dia mengakhiri hidupnya Vani."
Perempuan itu menegakkan badannya dan menatap fokus pada Javanica, "Begini Vani, bukan karna aku atau kamu. Aku memang membullynya tapi bukan membullynya secara fisik melainkan aku selalu mencaci makinya dan mungkin karna ucapanku membuatnya berpikir negatif. Tapi aku berkata jujur padanya soal hmm mohon maaf, soal dia yang culun dan kutu buku."
"Jadi intinya?"
"Dia memutuskan mengakhiri hidupnya ada tiga alasan. Satu karna kedua orang tuanya yang cerai, kedua karna dirinya yang selalu dibully satu sekolah bahkan adik kakak kelas juga dan ketiga mungkin kamu tidak percaya apa yang aku ucapkan ini."
Javanica mengangkat satu alisnya, "Kenapa emangnya?"
"Dia dilecehkan."
Javanica terkejut dengan mulai membusungkan tubuhnya kedepan untuk memastikan apa yang ia dengar salah. "Coba kau ulangi."
"Dia korban pelecehan."
Javanica menutup mulutnya shock.
"Walaupun dia culun tapi sebenarnya dia cantik makanya dia dilecehkan. Dan satu fakta yang mengejutkan selama ini aku tutupi adalah pelaku yang melecehkannya adalah Ali. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Vani."
Javanica terdiam mematung.
"Aliandra, wah aku tidak menyangka dia menjadi aktor terkenal setelah apa yang di lakukannya kepada dia."
"Aku tau soal itu."
Perempuan itu menggebrakkan meja dihadapannya terkejut mendengar ucapan Javanica sembari menutup mulutnya shock sama apa yang dilakukan Javanica sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Monasrita
Novela Juvenil"Kata mereka aku adalah seseorang yang jumawa, padahal memang begini adanya aku terlahir dengan jiwa monasrita." kata Anaphalis Javanica. Anaphalis Javanica adalah seseorang yang dingin tak tersentuh, tak suka berkomunikasi lebih lama dengan orang l...