Kala Maut

12 4 0
                                    

Menghempaskan tangan seseorang yang memegang lengan tangannya seakan mencegahnya untuk pergi.

"Dek.." lirih seseorang itu.

"Aku bukan adikmu, bagaimana bisa aku punya seorang kakak?" ucap Ayunda pada Satya.

Ayunda tak menyangka akan bertemu dengan Satya dirumah sakit tempatnya ibunya dirawat. Ayunda cukup terkejut melihat Satya memakai pakaian rumah sakit, apa Satya sakit? Jujur ini sangat menyakitkan berpura-pura tak mengenali kakak tirinya ini. Tapi mau bagaimana lagi dirinya tak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Sang Ayah.

"Kenapa? Kamu berpura-pura seperti ini?"

Ayunda menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mengenalmu, jangan pernah mengaku sebagi kakakku. Aku sudah menjadi anak tunggal ketika adikku sudah tiada, kamu mau apa dariku hah?"

Satya yang mendengar ucapan Ayunda menundukkan kepalanya sedih. "Walaupun adik berpura-pura tidak mengenaliku, aku akan tetap kakakmu. Walaupun beda ibu tapi darah Ayah kita sama mengalir ditubuh kita dan mungkin darah itu akan terhenti ketika aku mati. Aku sakit dek..."

Ayunda tertegun mendengar ucapan Satya.

"Kamu pasti sedang berbohong."

Satya menggeleng kepalanya lemah, "Aku sudah lelah bertahan hingga detik ini."

Ayunda mendekati Satya lalu menarik kerah baju Satya cukup keras membuat Satya tersentak kaget melihat Ayunda mencengkram kerah bajunya cukup keras namun tidak membuat Satya tercekik.

"Kau sedang bohong bukan? Kau hanya berbicara omong kosong."

Satya menyentuh kedua tangan Ayunda yang masih mencengkram kerah baju pasien yang Satya kenakan.

"Aku berkata jujur dek."

"Jangan membuatku merasa kasihan padamu."

"Untuk apa aku melakukan itu."

"Kenapa kamu memberitahuku semua ini hah?" Sentak Ayunda dengan pandangan berkaca-kaca.

"AKU LELAH DEK!" pekik Satya sembari melepaskan kedua tangan Ayunda pada kerah bajunya.

"Kamu tidak tau apa yang aku rasakan, aku tidak bisa hidup sebebas Nando dan Aku lelah terus menerus datang ketempat ini, aku ingin punya adik dari dulu supaya mama papa tidak overprotektif padaku. Supaya mama papa berhenti memanjakanku, supaya perhatian mereka teralihkan dariku. Aku lelah seperti ini dek.." Satya mengeluapkan isi hatinya pada Ayunda yang terdiam membeku mendengar keluh kesah Satya.

"Jadi aku mohon sama adik jangan berpura pura lagi tak mengenaliku. Aku Satya kakak kamu dek!"

Ayunda menggelengkan kepalanya lalu Ayunda mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Satya dengan kedua mata berkaca-kaca, "Wajahmu yang sekarang tampak pucat.'

Satya meraih tangan Ayunda yang berada dipipi kirinya, lalu ia genggam erat. "Aku baik saja dek."

"Baik bagaimana? Kamu perpakaian rumah sakit, itu berarti kamu sakit parah."

Satya menggelengkan kepalanya, "Jangan khawatirkan aku dek, sekarang khawatirkan diri kamu sendiri. Apa adik sakit? Kenapa ada dirumah sakit ini?

"Aku tidak menyangka masih punya saudara." lirih Ayunda sembari menyentuh kedua bahu Satya dengan menahan isakan tangisnya. Ayunda sedang mengalihkan pembicaraan, Satya jangan sampai tau. Kalau sang ibu lagi sakit dan dirawat dirumah sakit ini.

Satya ingin sekali memeluk tubuh Sang adik tapi dirinya tak bisa, dirinya masih merasa bersalah pada Sang Adik. Seandainya ia tau sejak dulu kalau dirinya punya dua adik. Dan bodohnya ia beberapa kali bertemu dengan Andrian. Kenapa dirinya tidak menyadarinya? Kalau Andrian adalah adiknya. Bahkan sempat dekat, dan Satya rasanya ingin menertawakannya karna begitu bodoh. Dirinya sempat menjadikan Andrian sebagai adiknya, makanya nomor Andrian menjadi nomor satu di nomor daruratnya.

Jiwa MonasritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang