Katya membuka mata. Nafasnya terengah-engah seperti baru saja berlari jauh. Matanya membelalak menatap langit-langit kamarnya. Keringat dingin membasahi seluruh badan. Tubuhnya terasa membeku, seperti tidak dialiri darah sama sekali. Dadanya kembang kempis, terasa sesak disana.
"Ya, kamu kenapa, Sayang?" tanya Rian yang duduk di samping Katya yang masih berbaring. "Kamu mimpi apa, Ya? kenapa teriak-teriak aneh gitu?"
Katya masih belum menanggapi ucapan Rian. Laki-laki itu semakin cemas, ia bertanya lagi dan Katya masih belum menjawab.
Beberapa detik kemudian, kesadaran Katya sudah kembali dengan penuh. Ia menoleh kepada Rian dengan air mata bercucuran. Katya terisak tangis tak karuan. Rian yang tak kuasa melihat istrinya seperti itu mendekap erat Katya seraya mengusap lengannya untuk memberi ketenangan pada istrinya.
"Ya, kamu mimpi apa? jangan buat aku cemas ..." tanya Rian yang bingung dan khawatir dengan keadaan istrinya yang terlihat amat ketakutan.
Katya hanya bisa menangis terisak, entah kenapa, yang dirasakan Katya hanya ketakuan amat sangat di dalam hatinya. Gadis itu terus menangis terisak tanpa bisa bicara apapun. Rian terus berusaha menenangkan Katya. Beberapa menit keadaan tidak berubah. Katya masih menangis terisak-isak dalam pelukan suaminya. Melihat keadaan Katya yang tidak kunjung tenang, Rian berinisiatif hendak mengambilkan Katya air minum. Ia melepas pelukannya dan kemudian berdiri dari ranjang mereka.
"Aku ambilkan minum buat kamu ya, Ya."
Melihat suaminya berdiri, Katya pun ikut berdiri. "Aku takut, Mas, aku ikut ke dapur ya," ucapnya yang masih terisak sedih.
"Ya udah, ayo, kamu minum dulu, tenangkan dulu pikiran, kamu habis mimpi buruk," ucap Rian mendekati istrinya. Laki-laki itu pun memegang tangan Katya untuk keluar dari kamar menuju dapur, wajah Katya masih memperlihatkan ketakutannya.
Sesampainya di dapur, Rian lekas mengambil gelas. Sementara Katya berdiri di dekat meja makan, memperhatikan keadaan dapur mereka. Saat melihat pintu kamar mandi, Katya tiba-tiba saja merasa hendak buang hajat.
"Mas, aku ke kamar mandi bentar ya," ucapnya seraya menuju pintu kamar mandi.
Tak terlalu lama Katya memenuhi panggilan alam tersebut. Setelah bersih-bersih, ia seperti biasa mencuci tangan di wastafel. Kali ini Katya mencuci tangan tanpa memandang cermin. Ia fokus pada tangannya dengan perasaan sedih dan takut yang masih membaluti hati. Setelah selesai mencuci tangan, Katya kemudian mencuci mukanya, tadi ia menangis terisak-isak, dengan mencuci muka ia berharap keadaannya lebih tenang dan lebih segar. Serta pikirannya tidak kacau lagi.
Saat membuka mata lagi setelah mencuci muka. Sorot mata Katya tiba-tiba saja tertuju pada bunga kantil yang kembali ada di sudut wastafel kamar mandinya. Persis sama posisinya seperti bunga-bunga yang sebelumnya ditemukan oleh Katya di sana. Seketika saja pikiran Katya berputar pada apa yang ia lihat sebelumnya saat membuang bunga kantil di belakang rumah.
Serta kepada mimpi yang baru saja Katya alami. Mertuanya memberikannya bunga yang sama dan kemudian berubah menjadi sosok yang amat menakutkan. Demi melihat bunga itu, ketakutan kembali merasuki hati Katya, bulu roma gadis itu merinding, bergidik ngeri. Ia hendak berteriak, tapi nafasnya terasa sesak di dada. Lekas Katya keluar dari kamar mandi dan bergegas menghampiri Rian yang tengah minum di meja makan.
"Sudah selesai, Ya?" tanya Rian menatap istrinya yang masih tampak ketakutan.
"Udah, Mas." Katya mendekati suaminya, dan Rian memberikan segelas air putih untuknya.
"Kamu udah agak baikan, Ya?" tanya Rian mengusap pundak Katya.
"Mas, siapa sih yang membawa bunga nggak jelas itu ke kamar mandi? aku benar-benar nggak nyaman melihat bunga itu, Mas." Katya mengadukan masalah tersebut kepada Rian..
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)
Horror(TAMAT) Katya yang biasanya ceria mengalami banyak hal aneh beberapa waktu belakangan. Kejadian hal aneh ini sering terjadi di rumahnya, hingga akhirnya ia jatuh sakit yang tak kunjung sembuh kakaknya yang khawatir dengan keadaan adiknya memanggil s...