Bagian 14

1.7K 137 1
                                    

"Aku tadi lagi menonton TV, Bu, seperti yang ibu lihat sebelum pergi," Katya sedikit menjelaskan, "lalu aku ke kamar mandi buat pipis, dan bunga itu ada lagi disana, aku tidak menyentuhnya sama sekali kok, Bu," suara Katya terdengar cemas, seperti takut membahas hal itu.

"Lalu saat aku balik buat menonton, aku melihat ..." ucapan Katya terhenti sesaat, ia merasa merinding mengingat kejadian tadi. "Aku lihat diriku sendiri sedang menonton, Bu. Lalu diriku yang menonton itu berubah jadi setan yang menakutkan dan aku pingsan."

'tok! tok!' terdengar suara pintu belakang yang berada disamping gas berbunyi dua kali. Sontak saja Bu Dyah menoleh ke arah pintu itu.

"Aku tidak masuk ke kamar mandi lagi, Bu, apa lagi masuk ke bak mandi," lanjut Katya.

Bu Dyah kembali menoleh kepada anaknya. Katya masih bercerita dengan tatapan kosong. Sepertinya Katya tidak mendengar ketukan pintu barusan—padahal suaranya cukup keras seperti orang mengetuk pintu rumah.

Bulu roma Bu Dyah pun ikut berdiri. Ingatannya berputar lagi pada cerita Bu Neva tadi pagi. Ini sudah tidak benar, pasti ada yang tidak betul di rumah anaknya.

"Kamu telpon Rian, Ya, suruh pulang sekarang juga, kita nggak bisa berdua aja di rumah ini sekarang," ucap Bu Dyah seraya meninggalkan pekerjaannya dan ikut duduk di sebelah Katya.

Gadis itu menoleh pada ibunya, wajahnya masih tampak lemas. "Kasihan Mas Rian, Bu, dia keluar kota untuk kerja, sekarang disuruh pulang lagi, nanti dia kecapekan bolak-balik. Ujung-ujungnya malah Mas Rian jadi sakit juga kayak aku, dan kerjaannya juga nggak selesai," ucap Katya yang tidak ingin mengganggu pekerjaan suaminya.

"Kalau begitu telpon aja Dani, suruh dia ke sini sekarang. Ibu takut terjadi sesuatu yang aneh-aneh lagi, ibu nggak tahu harus minta bantuan sama siapa jika terjadi lagi kejadian seperti tadi, Ya," ucap Bu Dyah seraya memegang tangan anaknya.

Katya tampak bimbang. Ia pun sebenarnya juga merasa takut jika berdua saja dengan Bu Dyah di sana. Juga cemas jika nanti Faris juga melihat apa yang ia lihat. Itu bisa membuat anaknya ketakutan. Tapi ia juga tidak mau menyusahkan kakaknya. Jarak kota Katya dan Dani itu tidak dekat, belum lagi iparnya Katya yang mungkin juga merasa risih jika suaminya terus bolak-balik ke kota Katya, sehingga pekerjaan di toko mereka menjadi terbengkalai. Pada akhirnya Katya tidak memberikan tanggapan apapun pada saran ibunya.

Sore pun datang, semuanya masih berjalan dengan normal. Katya menemani Faris menonton televisi. Sementara Bu Dyah sibuk menutup semua jendela rumah. Saat menutup jendela depan, ia melihat ke depan pagar, memperhatikan keadaan. Tidak ada orang-orang yang diceritakan Bu Neva tadi pagi. Keadaan di depan rumah normal seperti biasa, ada banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan. Lampu jalan pun juga sudah menyala, di tambah cahaya lampu teras rumah Katya, membuat keadaan di depan amat terang dan tidak terlihat ada keganjilan.

Memanglah malam itu semuanya berjalan baik-baik saja. Mereka makan malam bertiga dan saat malam beranjak larut, semuanya sudah masuk ke kamar Faris. Katya sudah berbaring menemani anaknya tidur. Bu Dyah sibuk mengaji, berharap perlindungan Tuhan kepada anak dan cucunya. Berharap semua niat jahat orang-orang dengki dan iri menjauh dari kehidupan keluarga anaknya.

Menjelang pukul sepuluh malam, Bu Dyah yang masih sibuk mengaji merasakan hasrat untuk buang hajat. Ia kemudian mengakhiri kegiatan mengaji malamnya. Kemudian membuka mukenah dan melihat anak dan cucunya sudah tertidur di ranjang. Bu Dyah kemudian keluar dari kamar menuju kamar mandi. Ia membuang hajat sebentar dan kemudian mencuci tangan di wastafel.

Di sanalah untuk pertama kalinya Bu Dyah melihat apa yang diceritakan Katya. Ada bunga putih di sudut wastafel. Tadi saat ia masuk, bunga itu tidak terlihat sama sekali, tapi kenapa sekarang tiba-tiba aja ada bunga tersebut di sana? Dengan sedikit rasa penasaran Bu Dyah mengambilnya dan melihat dengan teliti. Ia tahu betul, itu bunga kantil. Bunga yang beberapa kali pernah ia lihat ketika tumbuh besar di kampung halamannya. Bunga yang juga dikenal sebagian orang memiliki pengaruh mistis.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang