Bagian 17

1.7K 147 3
                                    

Tak ada satu orang pun yang sadar bahwa Katya sudah terkapar di ruang tengah. Saat Rian bangun menjelang shubuh, ia mendapati Katya sudah tidak ada di ranjang. Tangan Rian memegang sisi kasur tempat Katya tidur semalam, ia tidak merasakan kehadiran Katya disana.

"Ya!" panggil Rian. Ia kemudian duduk dan mengusap matanya yang masih terasa perih. Kemudian melihat ke sisi kasur yang kasur kosong.

Memang tidak ada Katya di sana. Rian yang masih merasa letih dengan tubuhnya segera berdiri mencari Katya, sadar bahwa istrinya semalam terlihat masih amat lemas. Baru saja ia melangkah keluar dari kamar, Rian langsung mendapati Katya sudah terkapar tak berdaya di belakang sofa ruang tengah.

"KATYA!!!" teriak Rian tak percaya.

Pagi itu juga mereka berangkat ke rumah sakit. Katya masuk IGD dan mendapatkan pertolongan pertama. Ia mendapatkan infus untuk mengisi kekuatan tubuhnya yang amat memprihatinkan.

Bu Dyah menjelaskan kepada dokter bahwa ia memastikan Katya makan teratur dan cukup. Namun dokter mengatakan hal sebaliknya, Katya kekurangan nutrisi di tubuhnya yang kemungkinan disebabkan karena kurang makan. Hingga tubuh gadis itu amat lemah dan itulah penyebab Katya pingsan. Hal yang benar-benar tidak masuk akal bagi Bu Dyah.

Setelah dipindahkan ke ruangan perawatan dari IGD, barulah satu persatu keluarga di telpon. Dani yang pagi itu masih merasa letih karena bolak-balik ke kota Katya tetap memaksakan diri berangkat melihat adiknya. Semua rasa lelah di badannya dilawan oleh Dani demi adik yang amat ia sayangi.

Katya sudah sadarkan diri setelah beberapa menit dipindahkan dari IGD, namun perempuan itu hanya diam dan tidak bisa bicara. Tatapannya kosong dan matanya tidak bisa berkedip sama sekali. Kosong, benar-benar kosong.

"Ya, kamu sudah bangun?" tanya Bu Dyah melihat mata Katya sudah terbuka.

Rian yang mendengar mertuanya bicara mendekat ke ranjang Katya seraya memegang tangan Faris yang tak mau lepas darinya, anak itu paham bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja.

"Ya, gimana rasanya? ada yang sakit?" tanya Rian yang cemas dengan keadaan istrinya.

Katya hanya diam, tatapannya masih kosong, ia tidak merespon sama sekali ucapan Bu Dyah dan Rian.

"Ya, ada yang sakit? bilang sama aku?" gumam Rian lagi dengan bibir mendekat ke arah telinga Katya. Gadis itu masih diam.

"Sayang, kamu kenapa, Nak? apa yang kamu lihat?" tanya Bu Dyah mulai panik dengan keadaan. Melihat keadaan Katya yang tidak merespon ucapan mereka, Rian lekas keluar mencari suster untuk segera memanggil dokter.

Selang beberapa menit seorang dokter datang dan lekas memeriksa Katya. Keadaan gadis itu masih belum berubah, ia masih menatap kosong tak bergerak sama sekali. Dokter tersebut juga memeriksa mata Katya yang masih tak berkedip. Ia terlihat bingung dengan hal tersebut.

"Istri Bapak baik-baik saja," ujar Dokter itu di akhir pemeriksaannya.

"Baik-baik gimana, Dok? dari tadi kami ajak bicara istri saya cuma diam, nggak ngerespon apa-apa, dan lihat matanya, dari tadi terus seperti itu sejak ia bangun," tukas Rian yang kesal dengan penjelasan Dokter tersebut.

Hembusan nafas berat keluar dari mulut dokter, ia mengurut dahinya yang sedikit berkerut. Itu bukan kali pertama buat dokter tersebut menangani pasien seperti Katya sekarang. Hal yang dalam ilmu medis dinilai sehat-sehat saja, namun secara nyata tampak sedang bermasalah.

"Saya tidak bisa menjelaskan apa-apa, Pak, tapi keadaan istri Bapak memang baik-baik saja. Denyut jantungnya normal, suhu tubuhnya juga normal seperti orang sehat kebanyakan. Pernafasannya juga normal, tidak ada yang salah," jelas Dokter.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang