Bagian 20

1.8K 153 1
                                    

Mata itu sudah lama tidak dilihat oleh Zidan, mata yang dulu hanya bisa ia lihat dari jauh, sekarang dapat dilihatnya dari jarak yang amat dekat. Zidan terdiam beberapa saat, untuk kemudian membuang muka saat sadar ada suami Katya disana.

"Kita tidak pernah dekat, berteman pun tidak, bicara pun hanya satu dua kali. Tidak ada kesalahan dariku ataupun darimu diantara kita," jawab Zidan.

"Lalu kenapa kamu berbuat begini?"

"Berbuat apa maksudmu?"

Dani mengepalkan tangan. Tak senang anak itu masih mengelak setelah tertangkap basah. Sementara Rian menatap Zidan dengan tatapan marah—cemburu tepatnya.

"Aku sakit seperti ini karena ulahmu, kan? kamu mau membunuhku sebagai tumbalmu, entah itu untuk apa, aku tidak tahu, tapi yang jelas kamu ingin aku segera mati," ucap Katya yang kembali kesulitan bernafas, matanya berkaca-kaca atas kalimatnya barusan.

"Jadi kamu ingin bertemu denganku hanya untuk membenarkan tuduhanmu, Ya?" tanya Zidan yang kali ini melihat kepada Katya lagi dengan mata penuh kekecewaan.

"Zidan ..." Katya memegang dadanya, ia merasakan sakit di sana, namun ia memaksakan diri untuk tetap bicara. "Sejak aku merasakan hal-hal aneh, sampai aku sakit parah dan terkapar disini, aku selalu mimpi bertemu ayahku, dan di setiap mimpi itu datang, selalu ada kamu disana. Itu sudah cukup bagiku untuk tahu pelakunya."

Zidan tersenyum getir. "Kamu menuduhku karena sebuah mimpi? apa tidak ada yang lebih konyol dari itu?" tanya Zidan menahan sesuatu di dadanya.

"Tutup mulutmu!" bentak Rian menunjuk wajah Zidan dengan geram. Ia tidak terima dengan kata-kata konyol dari mulut laki-laki itu.

Zidan tak menanggapi. Katya tiba-tiba saja batuk yang tidak bisa berhenti. Awalnya mereka mengira batuk biasa, tapi karena tak kunjung berhenti, semua orang menjadi panik.

"Ya, kamu nggak apa-apa, Ya?" tanya Rian memegang pundak istrinya dan menggenggam tangan Katya dengan erat.

Zidan menatap itu dengan perasaan tak jelas di hatinya. Bu Dyah lekas berdiri mengambil air minum untuk Katya. Tiba-tiba saja Katya muntah darah yang amat banyak. Semua orang seketika panik. Zidan melihat kejadian itu dengan mata berkaca-kaca. Ia kemudian pergi dari sana di tengah kepanikan. Tak ada yang menyadari kepergian laki-laki itu—karena semua orang sudah histeris melihat keadaan Katya.

Darah yang dimuntahkan Katya membuat selimut dan ranjang memerah, hingga ke lantai pun darah berserakan. Bahkan sebagian pakaian Meta pun ikut terkena darah yang dimuntahkan Katya. Bu Dyah histeris, Rian dan Dani panik. Bergegas keluar memanggil dokter. Meta berusaha memegang Katya. Membacakan doa-doa untuk Katya yang tengah meregang nyawa.

Hanya air mata yang ada disana. Seakan waktu Katya di dunia benar-benar sudah habis.

"Ya, sadar, Nak, ibu mohon," ucap Bu Dyah penuh keputusasaan. Katya tak bisa menjawab, ia kejang-kejang tak jelas, matanya membelalak melihat ke langit-langit ruangan. Meta ikut histeris melihat temannya.

"Ya, Tuhan, Ya, nyebut, Ya, nyebut," ujar Meta ketakutan. Di dekat sofa, Faris menangis histeris tak kuasa melihat mamanya muntah darah seperti itu.

Beberapa saat kemudian Katya sudah dipindahkan ke unit lain untuk segera mendapatkan penanganan. Barulah saat Katya ditangani di dalam, semua orang yang ada disana sadar bahwa Zidan telah menghilang dan tidak ada lagi di sisi mereka.

"Brengsek! memang dia pelakunya, ilmu apa yang dia punya? hingga bisa membuat Katya muntah darah saat bicara dengannya," tanya Dani dengan mata merah dan penuh sakit hati. Tangannya mengepal memukul dinding dengan emosi, jantungnya berdegup tak jelas. Wajah Dani tampak mengeram, menahan amarahnya yang butuh pelampiasan.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang