Bagian 13

1.7K 140 0
                                    

Bu Dyah menarik Katya dengan sekuat tenaga untuk keluar dari bak mandi. ia menangis histeris melihat keadaan anaknya. Entah apa yang bisa ia perbuat, Bu Dyah tidak tahu sama sekali. Tubuh Katya tampak memucat kedinginan, seluruh badannya basah kuyup dan ia tidak sadarkan diri. Beberapa detik kemudian Bu Dyah segera bangkit, hendak mencari ponsel untuk menelpon Rian atau Dani. Namun untungnya dari arah depan, Meta sudah datang mengantarkan Faris.

Segera saja Bu Dyah berteriak memanggil Meta. Perempuan yang baru datang itu seketika panik melihat Bu Dyah yang tampak menangis histeris memanggilnya. Sadar dengan apa yang terjadi, Meta segera membantu Bu Dyah. Mereka mengangkat Katya menuju kamar Faris. Bu Dyah mengeringkan tubuh anaknya dan Meta berusaha menelpon Rian. Namun panggilan Meta tidak diangkat Rian sama sekali.

"Duh Rian, dimana sih? ini Katya lagi kayak gini."

Bu Dyah menoleh kepada Meta yang tampak panik dengan keadaan, gadis itu merutu kesal kepada Rian.

"Rian keluar kota, Ta, mungkin ponselnya lagi nggak aktif, atau mungkin dia nggak dapat sinyal," ucap Bu Dyah dengan dada sesak dan perasaan takut. Tangannya masih sibuk mengganti pakaian Katya yang basah.

Seketika saja Meta mendengus mendengar ucapan Bu Dyah. "Jelas-jelas istrinya baru keluar rumah sakit, kenapa dia harus keluar kota, Bu?" keluh Meta.

Di saat yang sama, Katya tiba-tiba saja batuk dan memuntahkan air yang tadi ia minum saat tenggelam. Meta dan Bu Dyah lekas membantu Katya.

***

Katya lagi-lagi memimpikan hal yang sama. Di depannya serba putih, ada ayahnya juga Zidan di sana. Mimpi kali ini pun juga sama dengan mimpi sebelumnya. Ayah Katya berbalik badan setelah mengaminkan doa mereka. Wajahnya tampak sedih dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ayah kenapa sedih?" tanya Katya, ini kali pertama Katya bisa berbicara di dalam mimpi itu.

Ayah Katya tidak menjawab, ia hanya bisa menggeleng lemah. Katya menoleh kepada Zidan. Wajah laki-laki itu tampak tenang dan matanya melihat datar kepada Katya. Sikap Zidan itu tidak dipedulikan oleh Katya. Gadis itu hendak bangkit untuk memeluk ayahnya. Namun ia merasakan tubuhnya kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Dari arah belakang Katya melihat ada empat tangan yang tengah memeluknya.

Dua tangan makhluk bertubuh besar, berbulu hitam yang tebal dan kasar. Dua lagi tangan perempuan yang pucat, berdarah dan bernanah, aromanya amat busuk menusuk hidung. Katya merasakan dadanya tiba-tiba sesak dan nafasnya tidak teratur. Tubuhnya seakan dicengkeram kuat oleh tangan-tangan tersebut. Ayah Katya dengan tenang berdiri, menghampiri Katya dan melepaskan tangan itu satu persatu.

***

Katya tersadar dengan keadaan tersedak air. Ia memuntahkan air yang menutupi saluran pernapasannya ke lantai. Gadis itu terbatuk-batuk dan Bu Dyah lekas memijit ringan punggung Katya agar anaknya bisa mengeluarkan air yang ditelannya. Katya mencoba melihat ke sekitar, namun pandangannya buram dan berkunang-kunang.

"Bu ..." panggil Katya dengan tubuh amat kedinginan.

"Apa, Sayang? Katya perlu apa?" tanya Bu Dyah.

Meta segera bangkit, berinisiatif mencari air panas di dapur. Setelah sibuk mengurus Katya dengan perasaan panik, takut, dan cemas, akhirnya keadaan itu dapat segera tenang saat Katya bisa terlelap tidur di kamar Faris. Tak ada yang diceritakan Katya saat sadar tadi. Ia hanya tampak linglung dan bingung. Faris yang melihat semua itu tampak shock dan tak banyak bicara, mentalnya seakan terpukul melihat keadaan mamanya nyaris meregang nyawa di bak mandi. Benar, Faris tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun melihat mamanya yang beberapa hari ini tampak aneh, membuat Faris takut akan kehilangan Katya.

Doa Penyelamat Tumbal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang