*Kudus*

1.3K 190 12
                                    



Kudus, Jawa Tengah.

Kota dengan sebutan kota kretek. Bukan tanpa sebab julukan itu tersemat pada kota Kudus, namun karena banyaknya pabrik rokok yang tersebar di setiap sudutnya. Di balik semburan bau tembakau yang menyengat, ada sebuah kesejukan yang terasa damai dengan banyaknya pesantren yang berada di kota itu. Salah satunya Pesantren Al-Mahabbah— salah satu pesantren tertua yang berada di kota Kudus juga Indonesia, serta mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran Islam dan dakwah Qur'an. Selain dari hal tersebut, para tokoh yang berada di sana menjadi salah satu rujukan penting bagi ulama di Indonesia dalam berbagai pemikiran, fatwa kontemporer, hukum Islam serta salah satu markaz sanad Qur'an yang masyhur.

Kota Kudus menjadi sebuah saksi sejarah tentang sebuah toleransi yang berdampingan, di mana terukir di sana sebuah kisah Sunan Kudus yang membangun Masjid Al-Aqsho Menara Kudus dengan arsitektur perpaduan kultur Hindu dan Islam. Menara kecoklatan yang tegak berdiri serupa bangunan candi, bersanding dengan kubah warna keabuan yang berkilau. Pintu masuk menuju masjid begitu unik, berbentuk gapura dari susunan batu merah yang menjadi sebuah kekhasan. Ornamen yang berada di dalam masjid juga didominasi kayu yang menambah seni artistik bangunan.

Di dalam lingkungan masjid terdapat makam Sunan Kudus yang setiap harinya dipadati oleh peziarah dari berbagai daerah. Menuju ke arah belakang area masjid terdapat makam dari keluarga sunan yang berjejer dengan nisan yang tertancap. Suasana di sekitar masjid siang itu dipenuhi oleh peziarah dan penduduk sekitar. Area sekitar juga dipadati oleh para penjual yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan.

Hari itu, sebagian dari santri baru Pesantren Al-Mahabbah diajak berkeliling Masjid Menara Kudus dengan dipandu oleh ustadz pembimbing. Mereka dijelaskan beberapa sejarah dari asal muasal pembangunan masjid yang sudah berumur ratusan tahun, juga tentang dakwah Sunan Kudus dalam menyebarkan ajaran Islam di kota tersebut.

"Masjid Menara Kudus adalah salah satu contoh bagaimana Islam mengajarkan sebuah penghormatan kepada pemeluk agama lain tanpa harus menanggalkan aqidah sebagai Muslim," jelas salah satu ustadz kepada para santri.

Elena menatap ke arah bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya.

Penghormatan kepada pemeluk agama lain?

"Islam adalah agama yang sangat radikal. Mereka para Muslim adalah orang yang sangat keras dan tidak mempunyai toleransi kepada pemeluk agama lain. Lihatlah berbagai kejadian pengeboman yang menerpa di beberapa negara. Pelakunya sebagian besar adalah orang Muslim yang menyimpan paham ekstrimis di balik kedok topeng ajarannya," ujar Ayah kepada Elena dengan perasaan dendam yang membuncah. Gadis itu semakin menyimpan rasa kebencian kepada agama Islam yang membuatnya bertekad untuk menghancurkannya bersama organisasi Black World.

Tapi, mengapa mereka membangun masjid dengan memadukan arsitektur bangunan kultur agama lain jika memang seperti itu? tanya Elena dalam hati.

"Di Kudus ini masyarakat Muslim tidak memotong sapi untuk menghormati masyarakat Hindu sejak zaman penyebaran agama Islam Sunan Kudus. Jadi, jangan harap sampeyan menemukan daging sapi di sini," jelas ustadz lagi.

Tidak memotong sapi untuk menghormati penganut agama lain? Bukankah Islam adalah agama yang tidak mempunyai toleransi?

Elena terus bertanya-tanya di dalam pikirannya dengan gurat kebingungan yang menerpa. Ia memandang ke arah para peziarah yang duduk di pelataran masjid seraya mengobrol satu sama lain dengan perasaan yang diliputi keanehan. Beberapa orang yang berlalu lalang masuk dan keluar area makam nampak mengusap beberapa sudut untuk mengambil barokah dari tempat tersebut.

Namun, dari kejauhan satu sosok mengarahkan pandangannya seraya mengingat kejad''ian kemarin saat mereka berada di bangunan kosong yang sedang dalam masa pembangunan.

Spy in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang