⬆️ Play Music : Budi Doremi-Tak kan hilang⬆️"Kelak, kau akan tahu mengapa Abah bersusah payah untuk semua ini dan memintamu untuk menikah, Ilyas," tutur Abah.
Ilyas menatap ke arah jendela mobil dengan deru perasaan yang bergejolak, antara was-was yang bercampur dengan rasa sakit atas peristiwa malam tadi yang begitu menyentak dirinya. Ia menutup mata dan berusaha menyegarkan pikiran yang dipenuhi kabut, menyesakkan setiap sendi tubuhnya yang tidak tenang. Suara murottal terpatri di telinganya, mengumandangkan sebuah ayat Qur'an yang membuat Ilyas bergetar hebat. Ayat yang menceritakan tentang Nabi Yusuf yang saat itu hampir tergoda dengan rayuan dari Zulaikha dan akhirnya memilih untuk dipenjara karena sebuah fitnah yang menderanya.
"Inna Kaidakunna 'Adziim."
Tubuh Ilyas seketika diserang dengan godaan yang menimpanya bertubi-tubi ketika perempuan itu mendekap dan mencoba untuk merayunya melakukan sebuah perbuatan yang tidak senonoh. Darahnya seakan mendidih, antara syahwat yang tumbuh dengan gejolak yang tidak tertahan dan rasa takut akan perbuatan dosa yang menjeratnya.
Tidak apa-apa, Ilyas. Bukankah kau di tempat yang melegalkan hal ini? Kau bisa menutup mulut Ghazi kalaupun laki-laki itu curiga kepadamu, bisik setan di telinganya.
Nafas Ilyas seketika terengah. Ia mengepal tangannya dengan kuat. Air matanya tiba-tiba mengalir jatuh di pipinya.
Allah, berikanlah kekuatan iman kepada hambaMu yang begitu lemah ini.
Seketika, wajah Abah dengan penuh kekhawatiran melintas di pikirannya.
Abah, maafkan aku.
Ilyas seketika terisak dan membuat perempuan itu didera rasa kebingungan serta melepas dekapannya. Baru kali ini ia melihat seorang laki-laki yang menangis ketika diserang dengan godaan yang bertubi-tubi darinya. Tubuh Ilyas terasa lemas. Ia terduduk di atas lantai dengan perasaan bersalah yang menghantuinya.
"Gus Ilyas?"
Ghazi melirik ke arah Ilyas yang tertidur dengan airpods yang masih terpasang di telinganya. Tampak gurat matanya masih dipenuhi dengan bekas air mata yang menggenang.
"Misi 05 gagal dilaksanakan."
Setelah perempuan itu keluar dari guest house dan gagal melaksanakan misi yang diberikan oleh Black World, Elena mendapatkan sebuah rekaman dari kamera yang dibawa oleh perempuan itu.
Orang itu? Kenapa menangis? batin Elena.
Seketika, Elena dipenuhi getaran yang merasuk ke dalam jiwanya ketika menyaksikan rekaman video Ilyas yang duduk dan terisak dalam waktu lama. Perasaannya tertusuk. Ada sebuah hal yang membuatnya bertanya-tanya dan didera berbagai macam pertanyaan. Di satu sisi entah mengapa sedikit perasaan bersalah menghantuinya.
*****
Keukenhof, Lisse, Belanda.
Sepanjang perjalanan menuju Keukenhof, Ilyas menunjukkan hal yang tidak biasa seperti pada umumnya. Ia terus terdiam, matanya terlihat sendu, dan terus-terusan menghembuskan nafas. Ghazi yang berada di situasi tersebut berusaha untuk tidak mengganggu dan membiarkan Ilyas untuk meraih ketenangannya.
Ilyas berjalan pelan memasuki gerbang utama yang bertuliskan Keukenhof, sementara itu Ghazi mengikuti laki-laki itu dari belakang dengan rasa yang memberontak dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spy in Pesantren
Teen Fiction[Mystery-Thriller-Romance Spiritual] Elena Brechtje, seorang perempuan muda asal Belanda yang berumur 19 tahun dan tergabung dalam organisasi "Black World", ditugaskan menyamar menjadi laki-laki untuk sebuah misi mata-mata, demi mencari kelemahan da...