Wajah Ilyas menampakkan gurat kemuraman ketika keluar dari toilet kamar. Ia menahan nafas yang begitu berat menerjang setiap ruang lingkup organ tubuhnya.Tok! Tok!
Pintu diketuk dari luar dengan suara yang menggema pelan. Ilyas sedikit mendengus ketika suara Ghazi memanggil dirinya berbaur dengan suara ketukan pintu.
"Gus Ilyas?" panggil Ghazi.
Ilyas membuka pintu kamarnya dengan helaan nafas dan wajah yang masih menyiratkan peluh karena diare yang dialaminya. Laki-laki itu menatap tajam ke arah Ghazi yang memasang wajah penuh kekhawatiran.
"Kau sepertinya menaruh racun di mie samyang itu ya?" delik Ilyas dengan perasaan kesal. Ghazi sedikit terkesiap, setelah itu buru-buru mengambil minuman air jahe dan obat yang sudah disiapkannya untuk Ilyas.
"Saya minta maaf. Apa Gus Ilyas tidak bisa makan pedas?" Ghazi menjulurkan nampan ke arah Ilyas. "Ini saya sudah buatkan air jahe dan ada obat juga. Semoga bisa meredakan diarenya."
Perasaan kekesalan yang memuncak pada Ilyas seketika luntur ketika Ghazi dengan pandangan yang seakan meminta pengampunan dan membuatkan obat untuknya yang terkena diare. Wajahnya yang muram karena rasa marah yang menerjang, seketika merona. Jantungnya merasakan suatu debaran yang aneh. Ia menggeleng kepala pelan.
Apa-apaan ini? Kenapa hanya karena perhatian kecil dari Ghazi, kewibawaanku seketika runtuh?
Kenapa jantungku berdebar dan menderu begitu kuat?
"Sampeyan normal 'kan?"
Candaan yang dilontarkan Ali kala itu membuat Ilyas didera kekalutan dan tubuhnya merinding.
Astaghfirullah, enak saja! Tentu saja aku normal menyukai perempuan!
"Gus Ilyas?"
Ilyas membuyarkan lamunannya dan segera mengambil nampan yang berisi air jahe dan obat yang telah disiapkan oleh Ghazi.
"Terima kasih," ucap Ilyas dengan nada datar dan cepat-cepat ia menutup pintu kamarnya.
Benar-benar kau, Ali! Aku itu normal! Sampai sekarang aku tidak tertarik dengan perempuan karena mengejar ambisi untuk menjadi pemain sepak bola! Ingat itu!
Memang apa enaknya menyukai sesama jenis jika Allah menciptakan keindahan pada seorang perempuan di mata laki-laki?
Memikirkannya saja membuatku merinding dan merasa itu sesuatu hal yang menjijikkan.
Tapi, sampai saat ini belum ada yang bisa membuatku tertarik. Aku hanya tertarik untuk menjalankan persyaratan Abah demi mengejar impianku.
*****
"Ghaziii!" teriak para santri perempuan seraya melambaikan tangan ke arah laki-laki itu. Mereka saling berbisik satu sama lain membicarakan bagaimana terpananya mereka dengan rupawan dan kejeniusan Ghazi saat para Kyai dan pengurus mengetes hafalan Qur'an serta kitab dengan nilai yang sangat sempurna.
"Di mana ayat Qur'an yang menjelaskan tentang "Islam adalah agama yang diridhoi di sisi Allah"?"
Ghazi berdehem pelan dan dengan cepat menjawab pertanyaan yang dilempar oleh salah satu pengurus pesantren. Ia membaca surat Ali 'Imron ayat 19 dengan fasih serta menyampaikan makna dan tafsir yang tertera pada ayat tersebut. Tidak lupa menjabarkan letak ayat tersebut di halaman ketiga pada surat Ali 'Imron jika menggunakan mushaf Utsmani.
"Ayat sebelumnya syahidallahu annahu...."
Bukan hanya ayat setelahnya yang dilafadzkan, tapi juga dua ayat sebelumnya yaitu Ali 'Imron ayat 17-18 juga Ghazi bacakan di hadapan para hadirin yang berada di masjid saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spy in Pesantren
Teen Fiction[Mystery-Thriller-Romance Spiritual] Elena Brechtje, seorang perempuan muda asal Belanda yang berumur 19 tahun dan tergabung dalam organisasi "Black World", ditugaskan menyamar menjadi laki-laki untuk sebuah misi mata-mata, demi mencari kelemahan da...