Harta

122 3 3
                                    

Adam dan Kanna kini sudah tenang di dalam kamar Adam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adam dan Kanna kini sudah tenang di dalam kamar Adam. Mereka dihidangkan kopi dan sepiring Croissant untuk mengisi perut.

"Ini kamar apa ruang kerja? Besar banget," Kanna bangun dari duduknya, dan menatapi lukisan-lukisan mahal yang menghiasi kamar Adam dengan mewah.

Adam yang sepertinya sibuk dengan laptopnya, menatap Kanna dengan tatapan mengamati. Ia menatapi tubuh Kanna dari atas ke bawah, dan mendapati wajahnya sendiri kembali memerah.

"..... harus kau, ya?"

"Hm? Iya pak?"

"Bukan apa-apa. Saya cuma bingung kenapa Ayahmu nekat menjatuhkanku sampai membuatmu melakukan hal kriminal seperti itu."

"...... Ayahku sebenarnya berhutang banyak uang dari Hableron. Jadi, kami sekeluarga sekarang adalah budak-budak perusahaan itu."

"Apa harus dirimu yang melakukan semua rencana busuknya?

"Hmm, mungkin karena aku cantik? Aku memang sudah sering disuruh untuk memikat banyak pria. Khususnya dalam mencari informasi."

"Ayahmu punya rencana yang bagus. Saya suka."

"Sejujurnya itu semua bukan rencana langsung dari Ayahku. Beliau hanya memantau progress. Dan juga, saya bingung. Melecehkan, memporoti, meracuni, dan menipu? Kau suka hal-hal itu?"

"..... diam-diam, iya."

"....... CEO macam apa kamu?! Gak punya harga diri banget! Mau aja digituin?!"

"Sudah saya bilang, saya memang punya harga diri yang tinggi di mata orang lain, tapi di matamu saya cuma.."

"..., pria lemah yang bisa ditipu daya kapan saja?"

"Ya, begitulah."

"Dan sepertinya Pak CEO itu pria yang suka memilih-milih wanita. Bukan begitu?"

"Tergantung."

"Hm?"

"Berdasarkan pengalaman saya, wanita-wanita yang saya temui kebanyakan memang datang untuk menjatuhkan saya. Entah karena harta, atau suruhan seseorang. Saya hanya meladeni wanita yang menurut saya masih memiliki harga diri. Meskipun rendah."

"Dan Bapak terus bertingkah polos seakan-akan tidak tahu tujuan mereka? Bahkan memberikan mereka apa yang mereka mau? Bagaimana kalau mereka benar-benar bisa menjatuhkan bapak?"

"Benar, tapi nyatanya sampai sekarang saya tidak pernah goyah dari tahta saya. Bukan begitu?"

"....... Pak CEO."

"Hm?"

Kanna menghampiri Adam, dan ikut duduk di sofa, tepat di samping Adam. Ia menyingkirkan kedua tangan Adam dari laptopnya, dan sigap duduk di pangkuan Adam.

My Deadly Reporter (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang