Harga Diri

342 4 3
                                    

PLAK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Kanna. Setelah ia mengacaukan interview dengan Sang CEO Flesco Entertaiment, wajahnya kini semakin busuk di hadapan atasan-atasannya.

"Wanita tidak tahu diri! KELUAR!"

"Saya memang penyebab pembatalan interview, namun saya berhasil mendapatkan kelemahannya, pak."

"Aku tidak peduli! Kau dipecat!"

"Pak.."

"KELUAAR! AKU TAK INGIN MELIHAT WAJAH PELACUR SEPERTIMU LAGI DISINI! KELUAAR!"

BRAK!

Kanna tiba-tiba saja terduduk memohon. Ia menaikkan kedua tangannya, lalu mencoba memohon ke atasannya.

"Pak, saya memo-"

GREP!

"AAAAARGHHHKKK!!!!!"

Rambut Kanna yang panjang langsung dijambak oleh atasannya sendiri. Kanna yang sedari awal ingin memohon, kini tidak bisa berbuat apa-apa. Duduk di lantai dengan benar saja tidak bisa.

"Asal kau tahu, perusahaan kita ini kecil. Kau pikir melakukan kesalahan kecil seperti itu tidak mempengaruhi tampang perusahaan?"

"Uhk.. Pa-pak.. Akh..."

"Wanita sialan. Seharusnya dari dulu aku tidak mempekerjakanmu kalau tahu ternyata kerjamu cuma bisa bermain-main."

BRAK!!

"AHHGGK-!!"

Kanna dibanting ke arah meja kerja. Kepalanya terbentur siku meja dengan keras, dan ia langsung tersungkur ke lantai.

"U-uhk..."

"KAU DIPECAT!! WANITA BANGSAT!!"

Kanna yang tersungkur, mulai bernafas lemah. Namun, itu tidak menghentikan usaha Kanna mempertahankan karirnya.

Kanna masih mencoba duduk dengan rapi di lantai, kembali memohon agar tidak dipecat oleh atasannya.

"P-pak.. Saya mohon, saya akan berjanji akan melakukan semua yang bapak minta," rintih Kanna dengan suaranya yang gemetaran.

Meskipun di kepala Kanna mulai ada darah mengucur, mata yang mulai membengkak, dan pipi yang lebam, itu semua tidak sama sekali membuat atasannya itu goyah dengan keputusannya.

"Keluar."

"........, Ayah...."

Sesaat setelah mendengar kata itu keluar dari mulut Kanna, sang atasan langsung mengambil sebotol bir dan memukulkannya ke kepala Kanna dengan emosi yang hebat.

PRANG!!

"KELUAAR!!!!!"

Kanna kali ini tidak berteriak. Yang dia lakukan hanyalah terdiam dan menahan segala sakit yang ia terima dengan ikhlas.

My Deadly Reporter (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang