Iblis

88 0 0
                                    

Malamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malamnya.

Adam menatap bayangannya yang tercermin ke pintu elevator. Namun dalam tatapan matanya tersebut, bisa dipahami terdapat banyak sekali pikiran, tujuan, maupun rencana yang harus ia pikirkan matang-matang.

Ia kembali mengingat raut wajah Kanna yang menangis tersendu-sendu. Mengaku takut akan dirinya yang terancam bisa hancur kapan saja, membuat Adam sedikit lengah.

Tidak seperti pria, semua wanita selalu menangis, entah karena takut, marah, atau bahagia sekalipun. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa Adam mulai membuka hatinya hanya karena tangisan seorang wanita?

Tentu saja jawabannya tidak.

Yang membuatnya lengah adalah bagaimana selama ini Kanna bersikap padanya. Entah bagaimana ia bekerja, berbicara, bagaimana ia bersikap sopan santun, maupun kemampuan merangsangnya di atas ranjang. Adam dengan saksama memperhatikan semuanya.

"Apa ia kloningan wanita itu atau sesuatu?" ujar Adam bingung dalam hati.

***

Dalam dua bulan terakhir, sifat dan kepribadian Kanna berubah. Dan yang lebih mengagetkannya lagi, sifat dan kepribadian Kanna kini sangat mencerminkan seseorang. Karena itu perlahan pria itu mulai lengah.

"Kalau benar reporter itu bawahannya langsung, bisa jadi wanita bangsat itu melatih pola pikirnya agar sama persis dengannya untuk membuatku lengah," pikir Adam mendalam.

Namun tidak ada jawaban pasti. Kalau ingin mencari tahu, jalan yang terbaik adalah dengan bertanya langsung. Entah pada Kanna atau Annika.

Ting!

Pintu elevator akhirnya bergeser, membuka jalan bagi Adam untuk kembali ke kantornya untuk bekerja.

Tap.. Tap.. Tap..

"Selamat malam, pak."

"Malam."

Selagi berjalan, Adam terus memikirkan apakah menerima Kanna menjadi sekutu adalah keputusan yang terbaik. Karena akan selalu ada kemungkinan ia bisa berkhianat, apalagi pola pikir Annika sudah merasuki otaknya.

Namun, lagi-lagi ia tak merasa khawatir.

Tak akan ada yang bisa mengganggu tahtanya. Meskipun lawannya adalah Annika sekalipun, Adam tidak merasa takut.

Malah, ia telah merasa tertantang.

***

Tit.. Tit.. Tit..

Jeglek!

"Ah!"

Tepat setelah memasuki ruang kerjanya, Adam sedukit terkejut. Ia nampaknya telah memergoki seorang wanita sedang mengacak-ngacak meja kerjanya.

Meskipun begitu, Adam masih bersikap tenang, berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

"Bella?"

"Pa-Pak CEO!!"

My Deadly Reporter (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang