Skithia mengikuti pria itu dari belakang. Mengekorinya seperti anjing kecil. "Ada apa?"
Hun menghentikan langkahnya dan mengarahkan pistol ke kepala gadis itu. Sejenak gadis itu terlihat takut, namun ketakutan itu berganti dengan tatapan nakal khas anak perempuan yang sedang bermain-main dengan ayahnya. "Kau tidak memahaminya."
"Aku memahaminya," protes gadis itu.
Hun menggeleng,"Tidak. Kau tidak—"
Skithia memperhatikan ekspresi pria itu. Menyadari keputusasaan yang tersembunyi dalam sorot matanya. Skithia menegakkan tubuhnya, kemudian melirik ke balik bahu dan memperhatikan ranjang yang hampir roboh itu."Kau pasti takut melakukannya," angguk Skithia.
Hun tertawa, merasa seseorang telah memukul wajahnya dengan sebuah beton.
Skithia mendapati suara tawa itu mengagumkan. Karena itulah ia terdiam. Memandangi bibir yang beberapa menit sebelumnya telah mengecup bibirnya. "Seseorang memintaku untuk melakukan hal yang sama, tapi aku menolaknya, kupikir akan terasa menyakitkan. Apakah itu—seks?"
Di dalam, jauh di dalam diri Hun, ia mendapati dirinya telah berencana untuk membunuh seseorang itu. "Jika kau mengizinkan orang lain untuk berhubungan seks denganmu tanpa sepengetahuanku, aku bersumpah akan membunuhmu dan pria itu."
Skithia merenung,"Kau saja menolakku, jadi aku berpikir, mungkin karena itu jugalah mereka melepaskanku."
Alis Hun terangkat. Sebuah bom mungkin saja terjatuh di belahan bumi lain seandainya Hun memiliki kekuatan magis sehebat itu.
"Siapa namamu?"
Skithia menarik tali branya yang terjatuh ke atas bahu,"Skithia."
Gerakan halus dan tanpa dosa itu mengizinkan Hun untuk memandangi keindahan lekuk payudara—"Hanya itu?"
"Skithia Autumnee."
Hun mengangguk, kemudian menarik pinggul gadis itu ke bagian tubuhnya yang sensitif. Rintik hujan dan petir yang menggelegar di luar sana menghiasi tatapan yang dipenuhi rasa penasaran itu di waktu yang tepat. Hun mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, dan berbisik,"Berjanjilah kau akan meneriakkan namaku saat kau meledak."
Skithia terpaku, mendorong pria itu dengan cepat,"Kau akan meledakkanku?"
Hun menarik Skithia kembali ke pelukannya, lalu melumat bibir itu dengan cepat. Kulitnya yang pucat dan nyaris tidak nyata itu membuat Hun berhati-hati. Saat jemari Hun menelusuri pahanya, mereka telah berbaring diatas tempat tidur.
Skithia memandangi pria itu. Kebingungan memenuhi dirinya.
Aroma yang sama kembali memenuhi udara. Kali ini sungguh menyesakkan dada. Anehnya, Skithia tidak dapat membohongi dirinya bahwa ia penasaran. Dengan mata yang tetap menatap mata pria itu, ia menyentuh garis rahang yang berada tepat diatasnya. "Kupikir rasanya akan lebih baik jika aku terlahir dengan tubuh milikmu ini—"
Jantan. Sangat jantan.
Hun menarik turun tali yang telah membuatnya berdosa itu.
"Kau tidak mengetahui perbedaannya."
Skithia menyentuh dada telanjang yang berotot dan indah itu dengan jemarinya,"Aku hanya melihat bahwa tubuh para pria lebih besar dan lebih kuat. Apa lagi—"
Tangan Hun menangkap pipi Skithia,"Kau akan mengetahuinya setelah malam ini."
Skithia terdiam.
Tangan pria itu terasa panas, kalimatnya seolah menjanjikan hukuman.
Skithia tidak bisa lagi melihat wajah pria itu tanpa menengadahkan kepala. Wajah itu berada jauh di atasnya. Namun Skithia dapat merasakan embusan napas pria itu menerpa wajahnya. Saat dada pria itu menyentuh dadanya, Skithia merasakan perbedaan itu. Lalu tangan lainnya turun ke paha kiri Skithia, memaksa kakinya untuk mengangkang. Jemari pria itu seakan mengarahkannya untuk melakukan sesuatu yang samasekali tidak ia pahami. Lalu ketika pria itu menurunkan pinggangnya dan menyentuh bagian paling sensitif dari diri Skithia—napasnya tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKITHIA
FantasyHun adalah seorang Theron berwajah kejam yang tidak memiliki belas kasihan. Pertemuannya dengan gadis mutan bernama Skithia, membuatnya ingin memperalat gadis itu. Skithia masih berumur 20 tahun, namun pria bajingan yang cukup dewasa seperti dirinya...