HER COMING

6 1 1
                                    

Jiwa Brad berubah dingin, sangat dingin. "Penyihir itu...apa katamu?" Suara Brad menjerat seluruh Theron ke dalam sebuah keheningan. Kengerian merambat ke setiap jiwa yang berada di ruangan itu.

Otak Brad kosong selama beberapa detik. Saat ia bisa bicara yang keluar hanyalah desahan. Informasi yang Hun sampaikan itu membuat dada Brad terasa di remas kuat oleh sesuatu. "Aku tidak mengerti. Siapa Skylea? Ada apa dengan prajurit sihir? Mengapa kau membahas Dr. Jam Miller dan Penyihir gila itu?"

Hun memilih hal pertama yang terlintas di benaknya. "Kita harus segera bertemu dengan Dr. Jam Miller."

Dulu, Brad hanya cemas akan kemungkinan bahwa dirinya harus kembali bertarung dengan Hun. Tapi bukan bahaya itu yang berdansa di depan matanya sekarang. Saat ini, yang Brad lihat hanyalah kehancuran. Dia mencondongkan tubuh ke depan, tidak lagi bisa menyembunyikan kegelisahan itu dari dalam dirinya. Hun memang tidak banyak bicara, namun tiga kata peringatan itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini.

Prajurit sihir. Dr. Jam Miller. Penyihir.

Kecemasan yang memenuhi benak Brad menjalar perlahan ke sekujur tubuhnya.

Brad memahaminya. Dengan sangat jelas.

Hun mengambil belati dari belakang celananya, memastikan benda itu masih ada di sana. Sepertinya perkataan pria tua itu benar, intuisinya sangat benar. Apapun yang akan terjadi ke depannya, Hun hanya ingin—"Apapun yang terjadi, Skithia tidak boleh terlibat di dalamnya."

Sebuah kalimat yang hampir saja keluar dari mulut Brad tertahan di ujung lidahnya,"Kau sudah membahas hal ini, dengannya?"

Ekspresi Hun tidak terbaca. Jawabannya jauh lebih keras kepala dari yang Brad ingin dengar darinya," Aku tidak ingin membunuhmu, Tyler. Kau hanya punya satu pilihan. Itu bukan sebuah permintaan. Aku tidak ingin pasanganku mati dalam peperangan sialan ini."

Ruangan berubah dingin dan sama heningnya dengan kuburan para Theron.

Pasangan.

Brad merasakan perutnya gatal. Itu bukan jawaban yang ingin ia dengar sama sekali.

Para Theron menatap lurus ke arah Brad. Terlihat mengharapkan sesuatu.

Pertarungan contohnya.

"Terserahmu, Czaron. Aku juga tidak ingin menghabiskan tenagaku untuk beradu mulut denganmu, apalagi bertarung." Brad mengatakan itu sambil lalu, namun setiap telinga dari mereka dapat mendengarnya dengan jelas. Saat Brad berjalan menuju altar, pikirannya penuh dengan tanda tanya. Sesuatu yang berbahaya akan terjadi. Kapan pun itu, Brad hanya ingin memastikan pasukannya siap saat hari itu datang.

Sudah lama rasanya Brad tidak merasa segelisah ini. Dia harus segera menghubungi para tetua. Tanpa saran dan arahan dari mereka, Brad tidak yakin seluruh Theronnya dapat bertarung tanpa harus mempertaruhkan nyawa mereka. Penyihir sialan itu terlalu gila untuk dihadapi tanpa perencanaan apa pun.

Hun mulai bosan. Sudah dua detik dia memperhatikan ujung sepatunya mengetahui Brad terlihat berpikir di atas altar sana. "Tyler...?" Hun memanggilnya sambil melangkah menuju pintu keluar. "Kau tidak sendirian," ucapnya kemudian menghilang di balik pintu.

Brad meletakkan pedangnya. Kegelisahannya menghilang bersamaan dengan kalimat itu. Pandangannya jatuh ke atas lantai, selama beberapa detik Brad pun akhirnya membulatkan keputusannya. "Luke, aku ingin kau menyampaikan informasi ini kepada para tetua. Minta saran dari mereka, lalu kembalilah kemari. Aku ingin mendengar jawaban mereka sesegera mungkin."

Lucas mengangguk lalu menghilang.

Langkah Brad meredam semua ketegangan. "Aku ingin kalian mempersiapkan persenjataan. Peluru yang banyak," Brad mengetuk-ngetuk kepala pedangnya,"...ah, yah, dan tolong siapkan cat, bensin, atau apa pun itu yang bisa kita gunakan untuk membakar makhluk-makhluk sialan itu. Aku tidak ingin kalah dalam peperangan ini. Tidak pernah berpikir untuk kalah sama sekali. Terima kasih dan selamat bekerja, Theron." Brad mengangguk pelan lalu melesat keluar dari ruangan itu.

Tidak sedikit dari para Theron yang terkejut menyadari ketenangan yang tampak pada wajah Brad. Terlihat berbeda sebelum akhirnya Hun mengucapkan sebuah kalimat yang tidak diharapkan oleh siapa pun.

Kau tidak sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKITHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang