Hun meletakkan pistolnya dan benda magis milik para Theron yang sempat hilang karena seorang pencuri dua minggu lalu, yang menyebabkan pertemuan tidak sengaja antara dirinya dan Skithia. Bahkan sampai hari ini pun Hun tidak yakin apakah pertemuan itu adalah sebuah kecelakaan atau takdir. Hun masih mempertimbangkan akibatnya.
Sejauh ini Hun tidak melihat gadis itu terlihat akan mengancamnya. Samasekali tidak. Namun menyadari komite yang belum juga melakukan pencarian untuknya, membuat Hun sedikit khawatir. Ia sadar gadis itu adalah penelitian penting bagi mereka, pasti ada hal besar yang sedang terjadi saat ini mengingat Skithia hanya dibebaskan begitu saja oleh mereka.
"Kau baik-baik saja?" Gadis itu muncul dari balik pintu kamar dan menyapanya seperti biasa. Rasa penasaran yang tampak dalam sorot mata itu tidak pernah berubah. Hun berjalan ke arah Skithia, menggantung jaketnya, kemudian menarik gadis itu ke pelukannya. Sebuah kebiasaan yang harus Hun hentikan sebenarnya.
Wajah mungil itu mendongak dan menatapnya. Hun telah memperingatkan dirinya berulang kali, gadis itu mungkin saja akan di ambil darinya suatu hari nanti. Ia menyadari konsekuensinya. Namun pemikiran itu selalu berhasil membuat Hun marah dan membuatnya lebih protektif pada Skithia. Awalnya ia hanya ingin bersikap biasa saja pada gadis ini, namun sikapnya ini, tidak bisa disebut biasa saja. Hun menyukai aroma tubuh gadis ini setiap kali ia datang dengan berlari kecil ke pelukannya. Hun menyukai rengekan dan protes yang begitu terus terang setiap kali ia melarang gadis ini untuk tidak melakukan sesuatu. Hun menyukai gadis ini ketika ia berlari dengan handuk dari kamar mandi menuju ruang tamu dan langsung duduk di sofa sembari menonton berita yang ada di TV. Hun juga suka saat gadis ini menjilat jemarinya ketika ada saos yang menempel di sana.
Anehnya, Hun suka gadis ini bersamanya.
"Kau melihat luka goresan di wajah atau tubuhku?" Hun mengangkat gadis itu ke atas meja, memotong jarak diantara mereka dan berbicara tepat di depan wajah Skithia. Gadis itu memeriksa permukaan wajahnya dan menggeleng. Menyentuh lehernya lalu kemudian menatap Hun dengan senyuman. Jelas tidak ada luka samasekali yang perlu dipermasalahkan. "Kau sudah makan?" Pertanyaan yang sama setiap harinya, namun tidak pernah terasa membosankan samasekali. Hun menyadarinya hari ini. "Kau melakukan suatu hal yang menyenangkan?"
Skithia terlihat berpikir,"Aku melakukan segala sesuatunya, seperti biasa."
Hun mendekatkan dirinya dan meletakkan wajahnya di bahu gadis itu. Tidak ada kata biasa setiap kali Hun ada di luar sana dan membayangkan gadis ini bercinta dengannya setiap malam. Hun tidak percaya bahwa sampai detik ini, ia berhasil menahan dirinya untuk tidak memaksa gadis ini melakukan semua hal yang sejauh ini telah ada di kepalanya. Ia bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri bahwa ia hanya mengizinkan dirinya sendiri untuk membalas ciuman gadis itu hanya ketika gadis itu menciumnya. Hun sejauh ini telah sukses dengan cara paling menyakitkan yang pernah ia bayangkan.
Seorang pria. Penuh gairah. Hanya berdiri memandangi detonator seksualnya.
"Hun?" Skithia kembali berbicara, menyentuh wajah pria itu dan menciumnya.
Hun memejamkan mata, ia sudah melewati setiap kecupan ini dengan penuh kesabaran. Ia sudah mengizinkan Skithia melakukannya tanpa—
Skithia kembali menciumnya, menarik Hun dengan kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang Hun. Skithia sadar bahwa sedari tadi aroma aneh itu telah memenuhi ruangan. Namun anehnya pria itu tidak melakukan apapun dan hanya memandanginya. Seolah bersumpah untuk tidak akan melakukan apapun dan hanya menunggunya. Skithia sering melihat Hun merasa begitu gelisah karena suatu hal. Kegelisahan khas para lelaki yang sering Skithia lihat dalam drama pagi hari kesukaannya.
Napas Hun tertahan, gadis itu menggigit bibirnya dan membuatnya membelalak kaget.
"Kau punya kebiasaan baru?" tanya Hun, menahan senyumnya.
Hun dapat melihat bahwa humor itu berhasil membuat Skithia tersenyum. Senyum yang kelihatan jelas di sudut matanya. Hun sudah memperhatikan wajah cantik ini tanpa rasa bosan, sampai ia bahkan dapat mengingat jumlah pori dan garis-garis humor yang terbentuk disana. Namun Hun tidak yakin apa yang terjadi pada dirinya. Gadis ini belum membuatnya merasa bosan. Mungkin karena Hun belum benar-benar berhasil mengajak gadis ini untuk—
Tidak benar.
Skithia kembali menempelkan bibirnya di bibir Hun. Perlahan mencecapi garis rahang pria itu. Garis rahang yang sudah sangat ia kenali bahkan ketika lampu tidur di matikan sekalipun. Lalu telapak tangan dengan permukaan yang kasar itu menyentuh wajahnya. Awalnya Skithia merasa tidak nyaman. Namun itu adalah Hun. Ia suka semua hal tentang Hun. Skithia harus mengakui hal itu. Di samping kenyataan bahwa Hun telah mengizinkannya untuk hidup layaknya manusia normal di rumah ini. Lebih tepatnya mutan yang hidup seperti manusia normal.
Napas Skithia tertahan.
Hun mengangkatnya, lalu di detik selanjutnya Hun telah membaringkannya dengan perlahan di atas tempat tidur. Aroma Hun memenuhi ruangan. Skithia membasahi bibir, menantikan tindakan Hun selanjutnya. Tatapan pria itu seolah siap melahapnya, begitu panas dan menginginkannya. Skithia bertanya-tanya, dalam sedetik yang singkat itu, mungkin saja ia keliru. Bagaimana kalau Hun—Skithia tersentak, mendesah saat sensasi aneh dan menakjubkan itu membelainya.
Bibir Hun melengkung sedikit, tapi itu merupakan senyum geli khas pria nakal.
Skithia merasakan celananya di tarik turun bahkan sebelum ia menyadari Hun telah bergerak dan berpindah ke atasnya. Lalu Hun mencengkeram pergelangan kaki Skithia, merentangkan kakinya. Kepala Skithia sampai terjatuh dari atas bantal.
"Kau ingin melakukan apa?" Pertanyaan polos lainnya, tapi Hun sudah mencium gadis itu bahkan sebelum kata lakukan berakhir dalam kalimatnya. Saat ciuman-ciuman lembut itu menyentuh leher Skithia, Hun mengangkat punggung gadis itu dan melepaskan kaitan branya. Detik selanjutnya, Skithia telah benar-benar hampir telanjang seutuhnya seandainya pakaian dalam berwarna putih yang melekat di perutnya tidak ada disana.
"Aku bertemu dengan seseorang hari ini," Hun mencium bahu Skithia dengan hati-hati.
Skithia merasa gelisah, tidak mampu fokus ketika tangan Hun mengelus pahanya. "Siapa seseorang itu?" Skithia menelan ludah. Ada sensasi asing yang membuatnya ingin mendesah. Sensasi yang akhir-akhir ini mulai ia kenali. Sesuatu yang ia rasakan setiap kali Hun menyentuh tubuhnya.
Hun menahan diri, merasakan tubuh gadis itu gemetar. "Kau baik-baik saja?"
Skithia menarik tangan Hun dan mengembalikannya ke posisi yang ia inginkan. Sentuhan itu membuatnya ingin meledak. Namun itu adalah ledakan yang pernah Hun sebutkan di hari pertama ketika pria itu mengajarkannya tentang gairah. Skithia mengarahkan tangan Hun untuk kembali menyentuh paha, perut dan—
Punggung Skithia melengkung sewaktu ia berusaha menyesuaikan diri.
Hun memahami keinginan gadis itu.
"Dr. Jam Miller pernah melakukan percobaan pada salah seorang Theron. Pria itu bernama Lucas. Lucas mencuri beberapa informasi tentang Dr. Jam Miller saat ia kabur dari ruang penelitian itu." Hun memperhatikan wajah Skithia yang menyukai sentuhannya. Gadis itu menatapnya lekat, sepertinya tidak terlalu fokus pada pembicaraan mereka. Jelas tidak fokus samasekali. Hun menyadarinya. "Lucas pernah mendengar bahwa ada dua gadis kecil yang di kurung di ruangan itu, diperlakukan dengan sangat istimewa dan hati-hati." Hun meletakkan tangannya di atas perut Skithia, mencium leher gadis itu dengan perlahan dan kembali berkata,"Salah satunya tewas karena penelitian yang gagal. Gadis itu adalah putri dari Dr. Jam Miller."
Gairah—
...tajam, berbahaya,tidak diundang—menghantam Skithia begitu kuat sampai membuatnya kesulitan untuk bernapas. Rona merah di wajahnya memudar ketika seluruh ingatan asing di kepalanya bergerak seperti susunan film.
Skithia mendengar suara teriakan seseorang dalam benaknya.
"Skithia! Cepatlah! Nyonya Lousie sudah datang. Kita harus berpakaian dan pergi menuju ruangan selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKITHIA
FantasyHun adalah seorang Theron berwajah kejam yang tidak memiliki belas kasihan. Pertemuannya dengan gadis mutan bernama Skithia, membuatnya ingin memperalat gadis itu. Skithia masih berumur 20 tahun, namun pria bajingan yang cukup dewasa seperti dirinya...