UNTITLED FEELING

8 1 2
                                    

Hun mendengarnya. Dengan sangat jelas. Anehnya, walaupun ia tidak membutuhkan pembelaan dari siapapun, Hun merasa senang. Ia tidak merasakan apapun ketika Montana berlari ke arahnya, namun Hun senang ketika Skithia melemparkan Brad di udara tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Gadis itu memang menakjubkan.

Aku bukan milik siapapun.

Telinga Hun berdengung. Kalimat itu seperti malapetaka baginya. 

Sejak kapan ia merasa sangat kecewa mendengar kata-kata seperti itu dari seorang wanita? Bahkan sekalipun wanita yang pernah berkencan dengannya berkata bahwa mereka tidak menginginkannya lagi, Hun tidak akan pernah menggubrisnya samasekali. Mereka mungkin berpikir bahwa Hun adalah angin lalu, namun mereka tidak tahu bahwa merekalah angin lalu dalam kehidupan Hun.

Saat Brad berdiri disana dan melipat kedua lengannya di depan dada, pria itu kelihatan begitu penasaran. Hun tidak akan menganggap Brad sebagai masalah jika bajingan itu menyentuh syal Skithia, tapi kedua tangan Brad jelas pasti akan patah jika ia menyentuh sedikit saja kulit gadis itu. Bahkan sehelai rambut pun—Hun mengerutkan dahi, sebuah kalimat yang tidak ia inginkan melintas dalam benaknya, ia pasti akan sangat cemburu.

Skithia menarik diri dari pria bertubuh besar itu. Ia menunjukkan ekspresi tidak senang dari sorot matanya."Jangan menyentuhku." Itu sebuah peringatan, dan Skithia bersungguh-sungguh dalam kalimatnya. Skithia tidak pernah suka di sentuh oleh siapapun, apalagi pria jahat seperti—siapa tadi namanya?—Tyler.

Seperti binatang yang berada di puncak rantai makanan, Brad merasakan keinginannya untuk menggoda gadis ini. Namun ia sungguh akan melakukannya seandainya binatang buas sialan yang berdiri dengan tangan mengepal di ujung sana tidak sedang memelototinya. Brad menghela napas, Hun tidak hanya sedang memelototinya, pria itu jelas sudah memiliki seribu tak-tik dalam otaknya untuk memutilasi Brad.

Siapa juga yang ingin pasangannya di sentuh oleh bajingan lain?

Brad juga tidak sudi, seandainya, ia juga memiliki pasangan itu.

"Sayang sekali." Bibir Brad melengkung sedikit, tatapannya nakal. "Pria itu pasti menghancurkanku dalam bentuk kepingan jika aku menyentuhmu. Aku tahu itu," jelas Brad kemudian mengalihkan tatapannya pada Hun. "Lihat bajingan itu? Kau pikir dia hanya sedang berdiri disana dan menunggu pembicaraan ini berakhir?" Brad tersenyum, menggeleng dan menegakkan tubuhnya. "Aku yakin, bahkan sebelum aku menyentuhmu, belati yang ada di pinggangnya sudah menusuk jantungku terlebih dahulu."

Beberapa Theron terkesiap.

Lucas tidak terkejut mendengar kalimat Brad. Lucas telah memperingatkan Brad tentang sikap protektif yang Hun tunjukkan sejak pria itu memutuskan untuk menemuinya waktu itu. Hun tidak sedang bercanda dengan emosi-emosi yang mengalir keluar dari dalam dirinya setiap kali dia menceritakan tentang gadis itu. 

Skithia melirik Hun yang terlihat begitu santai disana. Pria itu bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Seolah tidak akan melakukan apapun seandainya Skithia terluka disini, karena pria ini. Jadi, kalimat pria itu tidak tampak nyata baginya. Skithia menatap pria bernama Tyler itu dan menggigit bibir.

"Apa kau sudah selesai memeriksaku?"

Brad menggeleng, terkejut merasakan kekecewaan dalam diri gadis itu. "Kau ternyata meragukannya." 

Hal itu membuat Brad teringat akan tatapan seseorang. Tatapan yang sama seperti gadis ini.

Belum lama ini Brad bertemu dengan Athalita, seorang Theron dari divisi lain yang begitu membencinya. Suatu waktu Brad pernah mengajak Athalita untuk keluar dan berburu bersama, gadis itu menerima ajakannya. Terlihat begitu tenang dan bahkan seolah ia tidak peduli. Namun suatu waktu, Brad pernah menguping pembicaraan Athalita dan Marcus, seorang Theron yang pernah bekerja di bawahnya namun pindah ke divisi lain yang ada di California. Seolah tidak yakin dengan pendengarannya sendiri, Brad mendengar Marcus berkata—"Apa kau yakin pria itu menyukaimu? Kau hanya membuang waktumu, Athalita." 

Athalita tidak mengatakan apapun. Emosinya benar-benar kosong. Brad agak kecewa mengetahui wanita itu tidak begitu peduli padanya. Namun ketika Marcus beranjak dari sana dan pergi meninggalkannya, keheningan itu hancur. Brad terkejut merasakan keraguan yang menguap di udara. Keraguan yang berakhir pada sebuah kekecewaan dan rasa sedih.

"Berhentilah membuang waktumu, Tyler." Hun berbicara dari ujung ruangan. "Kau membiarkan gadis itu berdiri dihadapanmu sementara kau memikirkan hal lain yang jelas samasekali tidak berhubungan dengan masalah ini. Tidakkah lebih baik mengakhirinya dengan bertarung?" Yang lebih penting lagi, Hun sudah tidak sabar untuk menarik Skithia kesisinya dan menjauh dari mahluk buas itu.

Brad menatap Hun,"Perbaiki perilakumu, Czaron." Peringatan itu tulus. "Gadis ini mungkin meninggalkanmu dengan sikapmu itu." Mengambil langkah untuk mundur, Brad menoleh pada Skithia. Ia tersenyum pada gadis itu dan menggidikkan bahu. "Kau tidak bersalah jika meragukan perasaan seorang Theron. Kami memang seperti itu. Biasanya kami sering berganti pasangan dan menghilang sesuka hati kami. Bajingan itu—" ia mengangguk kearah Hun dan menatap Skithia,"sudah meniduri banyak wanita."

Hun tiba dihadapan Skithia dan mendorong Brad. "Sudah cukup basa-basimu, Tyler."

"Kau mungkin tidak percaya padaku," Brad kembali berbicara bahkan ketika Hun telah mendorongnya untuk menjauh. "Sekalipun kau tidak menyukaiku, aku memperingatkanmu dengan tulus." Brad terlihat berpikir. "Siapa namamu?" Ia sudah memeriksa data gadis itu, namun tetap saja Brad lupa.

"Skithia."

"Ya, Skithia. Aku sudah memperingatkanmu. Pria bernama Hun Czaron yang saat ini berdiri dihadapanmu, bukan pria baik-baik. Jika kau jatuh cinta padanya dan memberikan hatimu pada bajingan itu, maka kau sudah tamat."

Skithia mengerjab, tidak memahami beberapa kata yang pria itu ucapkan. "Apakah aku harus jatuh cinta padanya?" tanyanya.

Lucas.

Montana.

Brad.

Seluruh Theron.

Keheningan memenuhi ruangan saat pertanyaan itu terlontar.

Tidak ada yang mengajarkan Skithia cara mencintai. Hun sudah mengetahui keluguan gadis ini lebih dahulu dibandingkan orang-orang yang saat ini menatap Skithia dengan rasa tidak percaya. Brad pasti terkejut setengah mati. Ya, Hun juga begitu sebelumnya. Tapi sekarang ia tidak peduli, Skithia sangat cantik dengan keluguan itu.

Brad menyadari sikap tenang Hun. "Apa yang—"

"Apa kau tahu caranya?" Skithia kembali bertanya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk jatuh cinta. Aku sering mendengarnya di televisi. Tapi mereka tidak menjelaskan prosesnya. Tidak memberitahuku langkah-langkahnya."

Sebelumnya Hun bersikap begitu siaga, namun menyadari kekacauan itu berakhir seperti ini, Hun mengernyit. Ruangan itu dipenuhi berbagai suara. Berbagai pertanyaan dari setiap mulut. Hun tidak terlalu terkejut dengan kejadian ini, tapi sepertinya, mereka harus membiasakan diri.

"Kau—apa?" Brad kembali bertanya.

Skithia tersenyum, merasakan perubahan suasana hati pada pria berwajah seram itu. "Ajari aku caranya jatuh cinta. Aku melihat orang-orang bahagia setiap kali mengucapkan kata itu. Apa kau tahu caranya? Apa kau memiliki sesuatu yang membuatmu jatuh cinta? Kau pernah merasakannya? Bagaimana rasanya? Apakah menyenangkan?" tanya Skithia dalam satu tarikan napas.

Hun mengalihkan perhatiannya pada Skithia, memandang gadis itu dengan penuh kesabaran. Anehnya, keluguan ini sudah membuatnya terbiasa. Ia tidak terlalu terkejut mendengar pertanyaan Skithia. Ternyata Skithia penasaran tentang perasaan itu. Jatuh cinta? Hun merenung, mengabaikan tatapan yang tertuju padanya dari berbagai sudut. Sesaat kemudian, ia telah mengangguk. Sepertinya Hun memang harus mengajarkan Skithia cara untuk jatuh cinta. Hun tidak senang membayangkan bajingan bernama Brad Saint Tyler itu menjadi pria yang mengajarkan Skithia cara untuk jatuh cinta. Memikirkannya saja sudah membuatnya sangat marah.

"Apa kau sedang memancing amarahku?" Brad akhirnya bertanya.

SKITHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang