Hun telah tiba di sisi gadis itu dalam satu tarikan napas.
Ia menghadang sesuatu yang tidak mampu ia lihat dan berusaha menebas dengan pedangnya.
"Julio! Semprotkan cairannya sekarang!" seru Brad lalu memapah Lucas bersamanya.
Julio bergegas menyusul Hun, menyemprotkan cat putih itu dengan sembarang ke setiap tempat. Hun terlihat jengkel hingga salah satu bagian dari tubuh mahluk itu terkena semprotannya. "Aku melihatnya," Hun mulai berbicara,"tugasmu selesai."
Sebuah anggukan dan Julio telah menghilang dari sana.
Fred menghilang ke suatu tempat, ia ingat pernah melihat bensin tidak jauh dari garasi. Mereka sering menyimpan stok bensin untuk perjalanan jauh. Pikirannya kacau saat tumpukan barang menghalau jalannya. Matanya mencari-cari. Fred tidak punya waktu untuk berlama-lama di tempat ini. Fred mengernyit, bergerak secepat kilat lalu melompat. Saat ia menemukan benda itu, ia kembali ke aula dua detik setelahnya. "Brad, aku sudah mendapatkan bensin." Ia berseru.
Brad telah ada disana bersama dengan Lucas dan membaringkan Lucas disisi Fred. "Aku tidak peduli dengan apapun yang terjadi padaku dan Hun, tapi jangan pernah biarkan satu pun Theron tewas hari ini. Itu perintah, Xavier."
Fred mengangguk.
Skithia berjuang untuk keluar dari lubang besar yang ia ciptakan dengan tubuhnya sendiri. Seluruh otot pada tubuhnya sakit. Lengan kanannya patah menghantam lantai. Kau masih ada disana? Skithia kembali berbicara pada dirinya sendiri. Tidak ada suara apapun. Lalu ia berlutut di detik selanjutnya dan menyadari kalau ia harus menyembuhkan diri. Keringat membasahi dahinya. Lengan kanannya berdenyut, seperti biasanya, seolah saling menghancurkan dari balik kulitnya.
Hun memperhatikan Skithia. Tiba-tiba merasakan kerentanan gadis itu dalam dirinya, ia hampir saja bergerak untuk menolong Skithia saat gadis itu berguling kesakitan tidak jauh dihadapannya. "Tyler, lakukan dengan cepat," jelasnya, kemudian mengalihkan perhatiannya pada hewan-hewan itu lagi. Saat Hun menjauh dari semprotan bensin itu, api telah menjalar di sekujur tubuh mahluk-mahluk itu. Julio bergerak dengan sangat cepat sesuai arahan Brad. Sekalipun Hun baru beberapa menit lalu mengetahui nama pria itu, Hun yakin ia akan mengingatnya seumur hidup.
Di sisi lain, seharusnya kematian para mahluk itu membuat Brad lega, tapi ia tidak tenang sedikitpun. Saat ini yang ia rasakan adalah rasa jengkel yang menggebu-gebu dari dalam dirinya. Seandainya sejak awal Brad berpikir lebih cepat dan mencari tahu cara—bagaimana cara gadis itu—Brad berbalik dan menghadap Skithia yang menahan teriakannya di tengah ruangan. Gadis itu terlihat kesakitan. "Apa gadis itu baik-baik saja?" Brad tiba disisi Hun, tidak lagi peduli dengan teriakan putus asa yang keluar dari mulut para mahluk itu.
Pemikiran yang aneh, sensasi yang aneh, berdiri di ruangan kudus dan sakral yang sering Brad ucapkan, yang kini telah berubah menjadi kepingan bangunan tidak berbentuk. Ia tidak yakin apa yang telah terjadi di ruangan sakralnya. Tapi kematian para mahluk itu jelas bukanlah akhirnya—Brad sangat yakin tentang hal itu. Ia menghela napas.
"Sama seperti keinginanmu untuk melindungi tempat ini, gadis itu juga sama berharganya untukku, Tyler. Aku tidak ingin kau menjadikannya senjata untuk memburu mahluk-mahluk lainnya. Kuharap kau bisa berpikir lebih cepat—"
Menyudahi celotehan Hun, Brad mengangguk,"Aku juga menyesali kebodohanku yang satu itu, Czaron. Tidak perlu mengajariku. Apa kau sudah pernah bertemu dengan para mahluk ini?" ia mengangkat alis dan melipat kedua tangan di depan dada,"Tidak seorang pun yang pernah melihat mereka sebelumnya, sekalipun Skithia memutuskan untuk bertarung, kau juga harus yakin kalau gadismu itu...tidak serapuh yang kau kira." Brad memperhatikan Julio dan Theron muda lainnya,"Sekalipun mereka belum berpengalaman, keingintahuan mereka juga sama besarnya dengan kita. Dengan sikapmu ini, Skithia tidak akan bertahan denganmu lebih dari sebulan. Gadis itu—bukan anak-anak."
Hun menunggu dengan sabar—seolah ia mempunyai waktu selamanya dan Brad merupakan salah satu sasaran yang telah ia catat ke dalam daftar buruan selanjutnya. Bagaimana mungkin Brad, yang bahkan belum pernah jatuh cinta pada siapapun memiliki hak untuk menghakimi rasa khawatirnya terhadap gadis itu?
"Apa yang kau ketahui tentang rasa khawatir, Tyler?" Kedipan pelan merupakan satu-satunya pertanda yang diberikan Brad bahwa Hun mengejutkannya. "Bolehkah aku tahu rasa khawatir apa yang saat ini terlintas dalam benakmu saat Lucas dan satu-satunya pasanganmu tertusuk di medan perang?"
Brad membisu.
Ekspresi Hun berubah, menunjukkan intensitas amarahnya dengan sangat jelas pada Brad. "Cleanade Joseph."
Setiap kepala mengarah pada Hun dan Brad.
Brad spontan mencengkeram leher Hun dan memperingatkannya,"Jaga mulutmu, atau aku benar-benar akan—"
"Skithia tahu semua ini disebabkan oleh wanita sinting itu," Hun melepaskan diri, menyembunyikan seluruh ekspresinya lalu bergerak kesisi Skithia. Skithia tidak sadarkan diri. "Kau tahu apa yang benar-benar membuatku marah?" Hun mengangkat Skithia, memeluknya dengan begitu erat,"Aku mengabaikan gadis ini di sepanjang perjalanan dan membiarkannya berdiri di tempat terbuka tanpa perlindungan apapun, karena dia menyebutkan nama terkutuk itu dihadapanku. Lalu kau berkata apa? Dia bukan anak-anak?" Hun mengatupkan rahangnya. "Karena kebodohan kita, gadis yang baru saja melihat dunia ini, hampir saja mati untuk kedua kalinya."
Jiwa Brad berubah dingin, sangat dingin.
"Jika kau tidak berpikir bahwa gadis ini adalah seorang anak, maka kau pasti bisa merelakannya untuk mati di medan pertempuran. Tapi tidak denganku, aku tidak akan pernah sanggup melakukan itu. Aku mengizinkanmu untuk menanyakan pendapatnya, tapi tidak untuk memengaruhinya untuk bertarung di tengah perang. Dia belum mengetahui apapun. Dia baru saja keluar dari jeruji besi sialan itu dan kau memaksanya untuk menanggung rasa bersalah dan tanggung jawab sebesar ini sementara ia hanya berharap untuk bisa hidup layaknya mutan yang normal? Kau bercanda?"
Brad tidak menjawab sebelum Hun berhenti. Ia menghargai kalimat pria itu.
"Bawa gadis itu—jika Hun tidak mengizinkannya, seret gadis itu dengan tali pada tangan dan kakinya."
Kalimat sialan itu terngiang di benak Brad. Ikatan yang ia miliki dengan para Theronnya jelas lebih kuat dibandingkan dirinya dengan Skithia. Rasa bersalah dalam hati Brad tersampaikan saat ia menahan Hun yang hampir saja berlalu,"Maafkan aku."
Lucas tidak sungguh-sungguh mengharapkan kalimat itu. Pertarungan dua banteng itu berakhir terlalu cepat mengingat Hun saat ini benar-benar dipenuhi amarah. Seolah tidak mempercayai penglihatannya, Lucas memaksakan diri untuk bangkit. Ia pernah mendengar Brad memaki, mengucapkan sumpah serapah, mengutuk—tapi ini kali pertama Lucas, tidak, Lucas menyapukan pandangan ke setiap Theron yang ada di ruangan itu, ini adalah kali pertama mereka mendengar Brad mengucapkan kata maaf.
Hewan-hewan itu terbakar. Hun agak lega namun juga khawatir. Siapapun yang menciptakan hewan-hewan ini jelas menyepelekan mereka. Brad pasti merasakan hal yang sama. Sekalipun ini adalah kali pertama—"Apakah hewan ini yang kau lihat di Mega Mall waktu itu?" Hun bertanya, ia tahu Skithia telah sadar.
Jemari Skithia meremas bahu Hun, rasa takutnya berkurang menyadari dirinya ada di tangan yang tepat. Hampir saja ia melukai Hun dan menusuknya dengan sel-sel ini. Skithia berkeras untuk menenangkan diri. "Aku belum melihat wujudnya secara langsung. Haruskah aku mencari tahu?"
"Hentikan itu Skithia," Hun menurunkan gadis itu.
Kedua kaki Skithia gemetar. Tubuhnya condong ke depan dan menabrak Hun. Pria itu menatapnya, tidak ada emosi apapun disana. "Maafkan aku." Skithia tersadar, beberapa jam lalu Hun terlihat benar-benar marah padanya. "Apakah aku melakukan suatu kesalahan?" Perlahan, dengan begitu hati-hati, Skithia menarik diri dan menahan bobot tubuhnya dengan kedua kakinya yang lemah. Seluruh tubuhnya terasa seperti jeli. Sekalipun salah satu dari hewan itu menyerangnya saat ini, Skithia yakin dia pasti mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKITHIA
FantasyHun adalah seorang Theron berwajah kejam yang tidak memiliki belas kasihan. Pertemuannya dengan gadis mutan bernama Skithia, membuatnya ingin memperalat gadis itu. Skithia masih berumur 20 tahun, namun pria bajingan yang cukup dewasa seperti dirinya...