RtS - 16 END

212 13 8
                                    

Dua manik itu terbuka lebar ketika merasakan sentakan keras menimpa dirinya.

"Huh?!"

Chanyeol melangkah mundur saat mendapati dirinya berdiri di bibir tebing.

Ia menatap sekitar dengan bingung. Tempat itu terasa begitu asing untuknya.

"Yeogiga eodiya?"

Gumamnya masih dengan mata menjelajah ke berbagai arah, berharap mendapatkan petunjuk.

Namun sejauh matanya memandang, ia hanya melihat hamparan hutan di seberang tebing dan belakang tubuhnya. Ia mencoba melongok ke dalam jurang namun hanya gelap yang ia dapat. Suasananya pun begitu tenang dan sunyi membuat Chanyeol bisa mendengar hembusan nafasnya sendiri.

"Appa?"

Alpha itu berjengit kaget. Ia berbalik dan menemukan seorang anak yang mungkin berumur sekitar 5 tahun berdiri di depannya.

Bocah laki-laki itu tersenyum, menampakkan dimple di sisi kiri pipinya. Wajahnya begitu familiar, mengingatkan Chanyeol akan Zi Ren saat seusia anak laki-laki tersebut.

Tapi meski mereka mirip, Chanyeol yakin anak itu bukanlah Zi Ren.

"Nuguya?"

Bocah itu tersenyum semakin lebar. Ia membungkuk sebelum memperkenalkan diri.

"Annyeonghaseyo appanim. Ja neun Park Aegi imnida!"

Mendengar nama yang bocah itu sebutkan, raut wajah Chanyeol berbuah cerah. Ia berlutut, meraih tubuh kecil itu lalu memeluknya.

"Aegi-yah, appa merindukanmu, Sayang!"

Chanyeol mencium setiap jengkal wajah sang bungsu, membuat si empunya tertawa kegelian.

"Aegi juga merindukan appa. Aku sangat senang Akhirnya appa datang menemuiku kemarin."

Chanyeol mengelus wajah halus anaknya. Jika Zi Ren memiliki struktur wajah yang halus, maka si bungsu memiliki wajah yang lebih tegas. Chanyeol yakin jika ia adalah seorang alpha, sama seperti dirinya.

"Aegi-yah, appa minta maaf karena terlambat menemuimu, ya?"

Masih dengan wajah dihiasi senyum, Aegi menggeleng.

"Appa tidak perlu minta maaf. Aku juga tidak marah pada appa atau Baba. Aku sangat menyayangi kalian meski aku tidak berhasil lahir ke dunia."

Chanyeol kembali memeluk tubuh si bungsu.

"Appa?"

"Nde?"

Kedua tangan mungil itu mendorong bahu lebar Chanyeol.

"Waktu appa sudah habis. Appa harus kembali."

Kening Chanyeol berkerut.

"Kembali? Apa maksudmu, Sayang. Kau tidak senang appa di sini menemanimu?"

"Tentu saja aku senang. Tapi belum saatnya appa ada di sini. Baba dan Kyung Hyung lebih membutuhkan appa."

"Bagaimana denganmu, eoh? Kau akan sendiri dan kesepian, Aegi-yah?"

Aegi menggeleng.

"Aku tidak pernah merasa kesepian, appa. Aku memiliki banyak sekali teman untuk bermain di sini."

"Tapi, appa ingin bersamamu,  Sayang."

"Akan tiba saatnya nanti kita berkumpul bersama-sama appa, dengan Baba, Kyung Hyung dan Baekhyun Hyung. Tapi sekarang appa harus segera kembali. Kalau tidak, Baba akan melakukan sesuatu yang buruk!"

"Huh?!"

***

"Xi Sun Yuan! Gunakan otakmu!"

Sun Jian ingin mendekat, tapi setiap langkah yang ia ambil justru membuat mata pisau makin menekan pembuluh darah sang adik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rewrite the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang