Cuaca mendung disertai gerimis tipis di hari itu menambah kelabu suasana hati seorang pria yang tengah berdiri di depan pusara seseorang yang begitu berarti untuk hidupnya.
Gundukan tanah yang masih basah terhiasi taburan bunga-bunga segar di atasnya itu terletak bersebelahan dengan gundukan seseorang yang sudah lebih dulu pergi lima tahun lalu.
Hampir separuh waktu hidup pria itu dihabiskan bersama dengan dua orang yang kini jiwanya telah naik ke langit sana.
"Sun Yuan?"
Sun Yuan - pria yang sejak tadi menatap dua pusara di depannya itu menoleh ketika seseorang menyerukan namanya dengan lirih.
"Ge?"
Sahutnya pada pria yang lima tahun lebih tua darinya itu.
"Ayo pulang. Gerimisnya semakin deras."
Nampak keengganan didalam manik mata minimalis milik Sun Yuan, membuat pria yang lebih tua melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu ini berat untukmu melepaskan kepergian Baba. Tapi, bukan hanya kau yang merasa kehilangan atas kematiannya, Yuan."
Sun Jian-pria yang lima tahun lebih tua dari Sun Yuan itu berucap dengan lirih sarat penuh kesedihan.
Dada Sun Yuan tersentak. Ia mengangkat wajahnya, menatap balik tatapan pria berwajah malaikat tersebut. Bisa ia lihat manik jernih itu berwarna merah penuh akan duka yang begitu mendalam.
Seketika Sun Yuan sadar, jika rasa sedih dan kehilangan yang memenuhi dadanya tidaklah sebanding dengan yang saat ini dirasakan oleh pria di depannya.
Pria yang notabenenya adalah anak kandung dari dua orang yang kini tubuhnya sudah bersemayam dalam pusara itu tentu merasakan kehancuran yang lebih hebat darinya.
Greb
"Maafkan aku Ge."
Bibir tipis Sun Jian terangkat sedikit, menampilkan sebuah senyum tipis di wajah lelahnya.
Ia mengangkat kedua tangannya, melingkarkannya mengelilingi bahu Sun Yuan, membalas pelukan sang adik.
"Mereka berdua pasti sudah bahagia di sana, benar 'kan?"
Sun Yuan mengangguk, menanggapi ucapan Sun Jian baru saja dengan satu tangan mengelus punggung lebar sang kakak. Keduanya mencoba tegar dan kuat, meski begitu air mata lagi-lagi lolos dari netra mereka.
***
"Baba!"
Sun Yuan merentangkan tangannya guna menerima pelukan dari seorang anak muda berusia dua puluh tahun – Zi Ren.
"Kenapa Baba dan paman lama sekali?"
Tanyanya dengan nada sedikit merajuk setelah melepaskan pelukannya. Kedua matanya yang besar menatap sang ayah seperti anak anjing yang tersesat.
"Kau sudah meminum obatmu?"
Bukannya menjawab pertanyaan sang anak, Sun Yuan justru melemparkan sebuah pertanyaan. Tangannya bergerak untuk meraba kening Zi Ren yang masih terasa sedikit hangat.
"Hhh---aku sudah meminumnya, Baba. Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa Baba dan Paman Jian lama sekali di sana."
Sun Yuan menatap teduh pada sang anak, bibirnya membentuk sebuah senyuman sambil menangkup wajah mungil Zi Ren dengan kedua tangannya.
"Baba dan Paman Jian hanya mengatakan beberapa hal penting pada Kakek sebelum benar-benar mengikhlaskannya pergi."
Netra Zi Ren sontak berair mendengar jawaban sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Star
Fanfiction"Aku tidak akan menjual rumah ini pada siapapun, berapapun harga yang mereka tawarkan." Sun Yuan berkata dengan tegas setelah membaca surat yang ia terima. "Aku sudah menduga jika kau akan mengatakan hal itu, tapi tidak ada salahnya tetap menerima k...