Chapter 002: Turns Out That She's Dead
"Kamu tuh ya, Liam, jangan terlalu baik kenapa sih sama orang. Jelas-jelas tadi si Rebecca sengaja nyenggol minuman aku biar tumpah, kenapa kamu malah belain dia? Trus kamu liat nggak tadi dia cengar-cengir kaya orang bego? Dia tuh seneng dibelain kamu, Liam, nggak sadar apa?!" gadis dengan rambut cokelat yang dikuncir kuda itu mengomel sepanjang koridor.
Liam, yang sedaritadi diam di sebelahnya, hanya sesekali melirik gadis itu; gadis berambut cokelat bernama Natalia, atau biasa dipanggil Nat. Pacarnya. Hampir 2 tahun. Sudah menjadi santapan sehari-harinya untuk melihat gadis itu menggerutu tentang hal-hal kecil, mengingat wataknya yang agak tomboy.
"Udah ngomelnya?" balas Liam pelan setelah gadis itu tidak mengomel lagi, membuatnya menoleh ke arah Liam dengan mata melotot.
"Belom," gadis itu bersungut-sungut dan meletakkan tangannya di pinggang.
"Masih pagi, Nat. Liat nih jam berapa," Liam menunjukkan jam tangannya pada gadis itu. "Lagian ya udah sih biasa aja kenapa. Rebecca tuh nggak sengaja. Kamu ngga kasian apa suka ngomelin anak orang sampe mukanya pucet gitu?"
Natalia mencibir. Oh, gadis itu mana mungkin peduli. Sensitif terhadap hal-hal kecil, lalu mengomel dan membesar-besarkan hal itu adalah hobinya setiap saat. Drama queen? Tidak, tidak. Lebih parah dari itu.
Evil-drama queen.
"Kalo kamu marah-marah gitu aku yang malu, Nat," kata Liam sambil menghela nafas.
Gadis itu kini melirik ke arahnya dengan tatapan sengit, namun tidak mengeluarkan satu patah katapun. Justru, ia malah mendesah dan ikut menghela nafas setengah hati.
"Iya, iya," cibir Natalia pelan. "Sorry deh."
Liam tidak menjawab. Ia tahu ucapan itu hanya sekedar ucapan. Seorang Natalia tidak minta maaf--kecuali kepada orangtuanya atau Liam, itu beda cerita. Sifat keras gadis itu kerap kali membuat orang-orang bertanya pada Liam mengapa bisa mereka pacaran; sedangkan sifat keduanya saling tolak belakang.
Liam yang kalem, bersatu dengan Natalia yang keras dan menyebalkan. Bukan kombinasi yang bagus.
Liam melirik ke arah gadis itu lagi, yang kini sedang membersihkan kukunya tanpa minat. "Nih ya Nat, aku bilangin. Kamu tuh cewek..."
"Stop," Natalia memotong ucapan cowoknya itu lalu menghela nafas lagi. "Aku harus lemah lembut dan anggun, ya kan? Kamu dan mama sama aja. Nggak ada bedanya."
Liam memutar bola mata lalu memutuskan untuk kembali berjalan, diikuti Natalia yang masih memasang wajah badmood-nya. Tidak ada gunanya menasehati gadis itu. Toh ucapannya akan masuk lalu keluar lagi melewati telinganya tanpa diserap sama sekali.
Keheningan yang terjadi diantara mereka mulai menggerogoti seperti jamur roti karena keduanya tampak enggan untuk bicara lagi. Sampai akhirnya, Evan Taylors, teman sebangku Liam di kelas Kimia itu datang menghampiri mereka dengan senyuman lebarnya.
"Woy, kemana aja lo?" Evan berkacak pinggang, lalu menjabat tangan Liam ala mereka.
"Sorry kemarin ga bisa ikut. Lo tau kan nyokap gue," Liam mendengus lalu menatap ke belakang punggung Evan yang sejujurnya menarik perhatiannya sejak tadi. "Kenapa rame tuh, Van?"
Evan ikut menoleh ke belakangnya, begitu juga Natalia, tempat dimana anak-anak bergerombol di depan mading. Hal ini merupakan hal tidak biasa karena mading selalu sepi pengunjung. Oke, siapa juga yang mau menatap bacaan-bacaan membosankan yang beritanya sudah kuno?

KAMU SEDANG MEMBACA
julia ft. liam james p
FanfictionAda satu hal yang selalu membuat Liam heran; kenapa orang-orang bisa bertahan ketika pasangan mereka berubah? // Genre : FanFiction & Mystery // [ Copyright © 28thOfJuly 2015 ]