004

4.1K 726 453
                                    

Chapter 004: Really... a Hug?

  

Suara bola basket yang menyentuh tanah bergema di lapangan sekolah sore itu. Ini pertama kalinya Liam melihat Natalia latihan basket. Sebelumnya, ia hanya menonton saat pertandingan saja. Dan meskipun ia tahu ia akan kena marah Ibunya nanti, Liam tidak peduli. Kesempatan seperti ini bisa saja tidak datang dua kali.

Lagipula, siapa bilang Liam tidak berani melanggar peraturan Ibunya? Dia sudah SMA. Dia bukan lagi bocah ingusan yang bisanya hanya makan, tidur, lalu bermain saja.

Tapi setiap perbuatan ada konsekuensinya. Cowok itu kini menatap layar ponselnya dengan cemas, berharap benda sialan itu tidak akan berbunyi lagi. Ibunya sudah berkali-kali menelpon, dan sudah berkali-kali juga ia mengabaikan telepon itu. Liam sudah tahu, pasti Ibunya hanya akan menyuruhnya pulang.

Dan definisi dari 'menyuruh pulang' adalah, menelpon Liam berkali-kali sampai cowok itu mau mengangkat.  

"Kenapa? Ditelpon Mami?" tiba-tiba suara Natalia terdengar, dan tahu-tahu gadis itu sedang berdiri di hadapan Liam, meneguk sebotol air mineral penuh.

"Aku lupa izin," ujar Liam datar.

Natalia menghela nafas pelan, lalu meletakkan botolnya disamping Liam.

"Aku kan udah bilang, jangan nungguin aku latihan," desis gadis itu sambil menatap Liam kesal. "Tunggu sini, aku ganti baju dulu."

"Nggak apa-apa, Nat. Nanti aku telpon Mami kok," ujar Liam sambil menahan gadis itu, tidak mau Natalia pulang lebih awal dari latihan hanya karena dirinya.

Lagipula, ini semua salah Liam. Gadis itu sudah memperingatinya, hanya saja Liam terlalu keras kepala untuk mendengarkan.

"Nggak, aku emang pengen pulang kok," kata Natalia santai. Ia mengambil kaus bersih dari tasnya dan sabun cuci muka.

"Oh iya, Nat," ujar Liam tiba-tiba. "Minggu depan Barcelona vs Juventus tuh, nonton bareng lagi yuk?"

Natalia mendongak menatap Liam, lalu tersenyum. "Tapi kamu jagoin siapa?"

"Juventus," jawab Liam sambil tersenyum licik.

"Yah, ogah. Aku juga Juventus," kata Natalia sambil memutar bola mata.

"Ya elah, ya udah aku Barcelona," desis Liam, yang langsung membuat Natalia tertawa.

"Oke. Di rumah siapa? Ajak Louis lagi, kan?" tanya gadis itu bertubi-tubi dengan semangat.

Liam mengangguk. "Kemarin kan udah di rumah kamu, trus rumah Louis, sekarang gantian rumah aku."

Natalia mengangguk lalu memeluk kaus bersihny. "Oke. Tunggu sini dulu, ya."

Liam mengangguk lalu melihat Natalia berjalan menuju kamar mandi yang terletak di pojok lapangan. Sejujurnya, dia merasa tidak enak karena gadis itu harus pulang awal karenanya. Natalia pasti berpikir ia adalah cowok payah yang masih takut kena hukuman Ibunya.

Liam menopang dagunya dengan bosan, dan saat itulah ponselnya kembali bergetar. Oh, tentu saja. Maminya tidak akan menyerah sampai cowok itu mengangkat.

Liam menekan tombol hijau itu dengan gemas lalu menggerutu. "Apaan sih Miii?"

"Kamu dimana?" tanya Maminya tanpa jeda. Singkat, padat, jelas, dan to the point.

"Lagi nungguin Natalia latihan," ujar Liam setengah mendengus. 

"Ya ampun, izin dulu kenapa sih?" Ibunya itu mulai mengomel. "Mami sampe telpon Louis, loh. Kamu tuh jadi anak bisanya bikin khawatir doang."

julia ft. liam james pTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang