Chapter 011: There's Always A Way In
Liam, Louis dan Pauline duduk di sofa ruang TV Liam dengan posisi berbeda-beda. Liam duduk dengan gusar sambil bercerita, sekali-kali berdiri mondar-mandir untuk mendramatisir ceritanya. Louis setengah tiduran di single sofa, dengan sekaleng soda di tangannya, sesekali melirik Liam tanpa minat.
Dan Pauline, gadis berambut emas itu, justru berbalik dengan Louis. Ia mendengarkan cerita Liam dengan teliti, sekali-kali menunjukkan ekspresi horror di wajahnya.
"... gue ga bohong, mukanya berdarah-darah!" ujar Liam sambil menjambak rambutnya. Lalu tatapannya beralih ke Pauline. "Gue langsung keinget omongan lo, dan gue lari. Gue takut."
Pauline tampak meneguk ludahnya. "Julia bilang, dia nggak bisa seterusnya keliatan normal di wujud Kak Nat. Kadang, waktu lagi mandi, darah bercucuran di dahinya seolah wujud 'kecelakaan'nya muncul lagi."
Liam menatap gadis itu dengan horror, sementara Louis menyipitkan matanya, mencoba mengerti apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu.
"Cuma orang-orang pinter yang bisa lihat wujud Julia di tubuh Kak Nat," kata Pauline melanjutkan.
Liam merasakan jantungnya berdenyut lebih cepat dari biasanya. Wanita di supermarket itu. Pantas saja wanita itu menanyakan tentang kaki Natalia yang dituduh 'habis jatuh'.
Oh, astaga.
"Jadi... selama ini bener?" Liam meneguk ludahnya dengan gugup. "Oke, gue minta maaf sama lo, karena sekarang gue percaya sama kata-kata lo."
Pauline mengangguk pelan, sementara Louis menegakkan posisi tubuhnya dengan dahi berkerut.
"Kata-kata apa?" tanya Louis menimpali sambil meneguk sisa soda di kalengnya.
Dan sebelum Liam menjawab, Pauline sudah mendahului. "Julia. Dia ada di tubuh Kak Nat."
Kini Louis menurunkan kakinya dari atas sofa lalu menatap gadis itu dengan mata tak berkedip. "Trus, trus? Gue ga ngerti, deh."
"Itu sebabnya gue bilang Nat berubah, Lou," timpal Liam sambil duduk di sofa yang masih kosong. "Gue ngotot selama ini Nat berubah, ternyata dia memang bukan Nat."
"Serius? Trus siapa?" tanya Louis dengan mata membelalak.
Liam menepuk jidatnya dengan frustasi sementara Pauline menghela nafas dengan sabar. Dengan perlahan, gadis itu menjelaskan secara rinci dari awal kematian Julia sampai sekarang.
"Ooh, jadi dia curi kesempatan masuk ke tubuhnya Natalia biar bisa deket sama Liam?" simpul Louis ketika Pauline sudah selesai berbicara.
Gadis yang diajak bicara itu mengangguk. "Gitu lah, kira-kira."
Louis langsung bergidik ngeri dan menatap Liam. "Kok bisa, sih? Gue nggak percaya."
"Lo pikir gue percaya?" sembur Liam dengan nada panik. "Tapi tadi gue liat darahnya sendiri, Lou. Dari mukanya. Lo bayangin darah itu keluar darimana coba? Dari pori-pori?!"
"Iya, sih," Louis menggumam lalu mengendikkan bahu dengan cuek. "Harusnya lo foto dulu tadi."
Liam menggeram lalu menyandarkan tubuhnya di sofa itu. Sabar. Louis memang agak bolot kalau diajak bicara serius, dan Liam harusnya bisa memakluminya.
Tiba-tiba, suara lain datang. Arahnya dari pintu. "Wah ada apa ini? Rame banget, kayaknya."
Liam menoleh dan melihat Maminya masuk dari balik pintu utama dengan jaket merah cerah dan kacamata yang menyangkut di kerah bajunya. Samar-samar, Liam juga melihat ada orang lain di belakang Maminya. Pasti teman kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
julia ft. liam james p
FanfictionAda satu hal yang selalu membuat Liam heran; kenapa orang-orang bisa bertahan ketika pasangan mereka berubah? // Genre : FanFiction & Mystery // [ Copyright © 28thOfJuly 2015 ]