Additional Part: I'm Julia
*bitchy = sifat nyebelin, cenderung ke licik dan biasanya bikin gondok parah
- Pauline -
Panggil Pauline tidak sopan, tapi ia tidak bisa berhenti menatap ke arah senior cantik bernama Natalia yang sedang duduk di depan kelasnya dengan beberapa batang cokelat Cadbury di tangannya.
Kebiasannya itu mengingatkannya pada seseorang.
"Line, gue duluan ya!" suara Matthew, temannya, terdengar di belakang sana.
Pauline menoleh ke arah cowok berambut ikal itu, lalu mengangguk. "Oke."
Gadis itu kembali melirik ke arah Natalia yang sedang menghabiskan bungkus keduanya. Tatapannya semakin tidak bisa lepas ketika melihat tulisan CARAMEL yang tertera di bungkus cokelat itu.
Ia pikir hanya dia saja yang menyukai Caramel limited edition.
"Ngeliatin orang itu nggak sopan, tau."
Pauline mengerjap, menyadari bahwa orang yang ia tatap sedaritadi kini bicara padanya. Mampus gue.
"Eh, maaf, Kak..." Pauline nyengir gugup lalu berpura-pura seakan hendak pergi. Sekolah sudah mulai sepi, dia tidak mau berurusan dengan senior dalam keadaan sepi.
Apalagi beberapa hari yang lalu ia menabrak kakak kelas itu.
"Kok belum pulang?" tanya Natalia sambil berdiri dari tempatnya, berjalan mendekati Pauline.
Mampus, gue mau dilabrak.
"I- ini mau pulang, Kak," kata Pauline sambil tersenyum gugup. "Duluan, ya."
Namun langkah Pauline terhenti ketika tangan Natalia menghalangi jalannya. Gadis itu berhenti lalu mendongak menatap kakak kelasnya itu dengan takut-takut. Ia benar-benar habis siang ini.
"Gue kangen Julian," ujar Natalia sambil tersenyum tipis.
Mata Pauline membelalak. Julian yang ia tahu hanya satu, dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Natalia.
Menyadari perubahan raut wajah Pauline, Natalia tergelak seolah ini semua lucu baginya. "Gue Julia, Line, jangan kaget."
Refleks, Pauline mundur satu langkah dan jantungnya berdegup kencang. Apa-apaan, sih, kakak kelas ini? Mengerjai adik kelas seenaknya dan membawa-bawa nama yang tidak seharusnya disebutkan.
"Gue bukan Kak Nat," kata Natalia lagi sambil menatap Pauline serius. "Gimana kabar adik gue, Julian? Masih cengeng?"
Pauline menatapnya sambil tidak berkedip. Bahkan ketika Natalia memutar bola matanya lalu melayangkan kedua tangannya di hadapan wajah Pauline, gadis itu tetap bungkam.
Sadar bahwa temannya itu bingung dan tidak percaya, Julia yang ada di dalam tubuh Nat tertawa lagi. Ia melingkarkan tangannya di leher Pauline layaknya seorang sohib dekat.
"Pauline West Huggens, lahir 18 Februari 1997 di St. Thomas' Hospital," ujar Julia, menyebutkan hal-hal tentang Pauline yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali dirinya. "Lo pernah bikinin mixtape buat gue, salah satunya ada lagu Dirty Little Secrets yang sering kita dengerin kalo nginep bareng."
Mendengar semua itu, Pauline kini tampak lebih dari terkejut. Wajahnya pucat pasi, seolah ia bisa pingsan kapanpun. Mulutnya pun terasa kaku hingga ia tak mampu berbicara satu patah katapun.
Julia kini membalikkan tubuh Pauline agar menghadapnya. "Gue tau ini jahat, ngerasukkin tubuh Kak Nat. Tapi bayarannya setimpal."
Pauline membelalak lagi lalu meneguk ludahnya. "K- kemana Kak Nat?"
"Wah," Julia mengendikkan bahunya. "Itu bukan urusan gue. Gue nggak tau."
"Lo udah mati, Juls," ujar Pauline pelan. "Lo nggak bisa seenaknya hidup lagi pake badan orang."
Julia tampak cemberut, sebelum akhirnya menggeleng tak peduli. Ia kembali duduk di bangku yang tersedia di setiap sisi koridor, memainkan sepatunya dengan santai.
"Gue udah bilang; bayarannya setimpal," ujar Julia sambil tersenyum lemah.
"Apa bayarannya?" tanya Pauline, terpancing.
Julia terkekeh. "Gue mendapatkan hal-hal yang dulu nggak bisa gue dapetin."
Mata Pauline membulat. Ia jelas tahu apa yang dimaksud dengan gadis itu. Tangannya mengepal seolah menahan dirinya agar tidak terpancing emosi.
"Kak Liam bakalan sadar," ujar Pauline, menahan agar suaranya tidak terlalu keras.
"Hmm," Julia menopang dagunya, berlagak bingung. "Sayangnya, dia udah sadar. Cuman sedikit terlalu bego aja buat sadar kalo ada orang lain di tubuh pacarnya."
Pauline menatap sahabatnya dengan tampang tak percaya. Sulit rasanya berbicara dengan orang yang ia kenal dari hati, namun tidak dari fisik. Bahkan cara bicaranya pun masih persis seperti Julia yang dulu.
Julia yang perfeksionis. Julia yang selalu ingin menjadi pusat perhatian. Julia yang bitchy*. Julia yang selalu ingin jadi cewek populer yang digandrungi banyak cowok seperti di film-film. Dan sayangnya, Julia tidak memiliki satupun dari keinginannya itu.
"Kak Nat nggak pernah ngelakuin apa-apa ke lo," ujar Pauline datar. "Tapi lo ambil hak hidupnya dia."
"Masa?" Julia mengangkat satu alisnya lalu tertawa hambar. "Gue cuman ambil kesempatan saat kesempatan itu ada."
"Apa maksud lo?" tanya Pauline dengan alis bertautan.
Julia hanya tertawa tanpa menjawab, sebelum akhirnya suara Liam yang sedang berbincang-bincang dari kejauhan terdengar. Mereka berdua pun spontan menatap ke arah sumber suara.
Liam, dengan setumpuk buku di tangannya, sedang berjalan di samping seorang gadis berwajah oriental. Mereka berdua tampak membicarakan sesuatu, namun suara mereka tidak cukup keras untuk di dengar.
Julia, dengan senyuman tipis di bibirnya, kini melirik Pauline kembali.
"Dan, Line, gue kasih tau sama lo..." ujar gadis itu sambil kembali menatap Liam dari kejauhan. "Nggak selamanya punya pacar ganteng itu indah. Selalu ada orang kegatelan berlalu-lalang."
++
a.n.:
sip. jadi chapter tambahan ini cuma buat nyeritain pas julia ngaku ke pauline. jadi udah jelas, kan, kalo julia itu masuk ke tubuhnya nat karena ada kesempatan??? =)) silahkan tebak maksudnya apa. lel.
KAMU SEDANG MEMBACA
julia ft. liam james p
FanfictionAda satu hal yang selalu membuat Liam heran; kenapa orang-orang bisa bertahan ketika pasangan mereka berubah? // Genre : FanFiction & Mystery // [ Copyright © 28thOfJuly 2015 ]