012

3.2K 653 575
                                    

Chapter 012: Sick Truth

 

"Siapa bilang? Pintu garasi belum dikunci, tuh."  

Liam mendongak dan menatap Natalia berdiri di depan dapurnya, dengan senyuman tipis di bibirnya. Dan Liam bersumpah seluruh darah di wajahnya turun, meninggalkan warna pucat di kulit wajahnya. 

"Ngapain lo disini?" Liam mengeluarkan pertanyaan yang ada di benaknya. Dia terkejut karena suaranya tidak segugup perasaannya sekarang. 

Mendengar nada Liam yang kurang bersahabat, gadis itu mengerutkan dahinya, yang mana justru membuat Liam semakin gugup. Ia bersumpah ia bisa pingsan kapan saja. 

"Kok kamu gitu, sih, ngomongnya?" gadis itu mendengus, menarik salah satu kursi di meja makan rumah Liam dan duduk disana. 

Liam mencelos. Ia harus keluar dari sini, tapi waktunya tidak akan cukup untuk memutar kunci berkali-kali dulu. Dan pintu garasi jaraknya terlalu jauh dan jalannya terlalu banyak halangan; meja telepon dekat pintu, sepedanya, belum lagi sepatu-sepatunya yang berserakkan di garasi. 

Oh, mungkin jika Liam tidak bisa keluar, gadis itu yang harus keluar.

"Keluar," kata Liam setelah memikirkan kata-kata yang pas. "Keluar dari rumah gue." 

Natalia tampak terkejut. "Kenapa?" 

"Lo bukan Natalia," sembur Liam. Atau lebih tepatnya lagi, keceplosan. Sial.

Liam mengira gadis itu akan terlihat panik atau semacamnya, tapi ia salah. Natalia malah terlihat santai dan bibirnya terukir membentuk senyuman. 

"Kamu ngomong apa, sih? Jelas-jelas aku Nat," kata gadis itu lalu terkekeh. 

Tangan Liam mengepal membentuk tinju. Ingin rasanya ia lari karena -- oh, jangan tanya -- ia takut setengah mati, tapi ia pandai menyembunyikan ketakutannya. 

Lalu hal tidak terduga terjadi. Liam mengatakan sesuatu yang menurutnya tidak seharusnya di ucapkan.

"Lo udah mati, Julia." 

Suasana hening langsung terjadi. Tatapan gadis itu terarah pada Liam seolah siap menusuk kapan saja. Tenang, Louis akan segera datang, batinnya mencoba menghibur. 

"Julia? Apa maksud kamu Julia?" tanya gadis itu, dan Liam bisa menangkap secuil rasa gugup di nadanya. 

"Lo apain Nat?" tanya Liam datar, tak menggubris ucapan gadis itu tadi. 

"Aku tanya," Natalia berdiri dari kursinya. "Apa maksud kamu 'Julia'?" 

Liam merasakan darah di seluruh tubuhnya mengalir begitu deras keluar, menyisakan tubuhnya yang pucat. Kalau saja ada cermin di depannya, Liam mungkin akan tertawa karena ia pasti terlihat seperti pengecut sekarang. 

"Ga usah pura-pura bodoh," ujar Liam pahit. "Gue tau itu lo, Julia. Sekarang gue tanya, lo apain Nat?" 

"Aku ga ngerti kamu ngomong apa," gadis itu menatap ke seluruh ruangan kecuali Liam, menghindari kontak mata dengan cowok itu.

Liam, entah kerasukan apa, tiba-tiba dengan beraninya memojokkan gadis itu sampai punggungnya menyentuh tembok. Tangannya berada di leher gadis itu, membuat dagu indahnya terangkat sedikit ke atas. 

"Lo Julia. Julia yang nelpon gue. Julia yang selama ini terobsesi sama gue," Liam menjeda sebelum melanjutkan, "Julia yang udah meninggal." 

Dan sesaat setelah Liam selesai mengatakannya, tatapan gadis itu berubah seolah kata 'meninggal' benar-benar menyinggungnya. Tatapannya menajam dan wajahnya yang tadinya panik, berubah datar. Liam mencelos. Tidak, gadis ini tidak akan mengamuk, kan?

julia ft. liam james pTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang